Laman

Thursday, March 1, 2018

Berpegang Teguh Pada Firman (1)

Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-61 tanggal 2 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).

Censura Morum hari ke-15 Masa Pra Paskah.

Bacaan : Mazmur 119:145-150.

"Aku berseru dengan segenap hati...ketetapan-ketetapanMu hendak ku-PEGANG. Aku berseru kepadaMu;...Aku hendak berPEGANG pada peringatan-peringatanMu...hidupkanlah aku sesuai dengan hukumMu (Mzm. 119:145-146, 149)".

Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda diberkati.

Saudaraku...
Ini adalah sebuah cerita konyol tetapi bagi saya sangat inspiratif untuk mengoreksi kehidupan spiritual setiap kita. Diceritakan tentang seorang nenek yang sangat rindu merasakan nikmatnya berkeliling kota dibonceng oleh cucunya. Karena itu, ia meminta sang cucu untuk mewujudkan harapannya itu. Sang cucu pun menyanggupinya.

Nenek: ngimana cu...udah siap boncengin nenek keliling-keliling kota?.

Cucu : siap nek...yang penting nenek jangan terlalu banyak goyangnya jika dibonceng, ya!.

Nenek: Okey...ntar sore kita jalan-jalan.

Sore itu pun mereka bersiap untuk berkeliling kota. Motor pun disiapkan dan si cucu mengajar neneknya bagaimana cara membonceng yang benar.

Cucu :  Udah siap nek?.

Nenek: Udah cu...sekarang kita let's go.

Cucu :  Nenek pegangan yng kuat, ya?.

Nenek: Okey...cu, nenek udah pegangan nih!.

Cucu :  Betul, nenek udah pegangan?.

Nenek: Udah...kenapa kamu koq cerewet banget sih! Kamu ini sama saja dengan ibumu.

Cucu :  aku cuma ngingatkat nenek supaya jangan jatuh.

Nenek: Udah....nenek udah pegangan dari tadi.

Mesin motorpun dinyalakan dan langsung meluncur. Tapi tiba-tiba terdengar bunyi seperti ada benda yang terjatuh. Ternyata yang jatuh itu adalah si nenek. Si cucu pun kaget bukan kepalang. Ia jadi bingung, mengapa neneknya bisa terjatuh padahal, kata neneknya bahwa ia sudah berpegang erat. Jangan-jangan si nenek salah pegang; pikir si cucu.

Cucu :  Lo...nenek kog bisa terjatuh. Emangnya nenek nggak pegangan, ya?.

Nenek: iya nih...kog nenek bisa jatuh, ya. Padahal nenek rasa sudah pegangan kuat tadi.

Cucu :  Emangnya nenek pegang apa tadi, kog bisa sampai terjatuh seperti ini?.

Nenek:   Nenek tadi berpegang pada tiang pagar. Kamu sih yang suruh nenek pegangan kuat. Jadinya nenek pegang tiang itu kuat-kuat....eh....ternyata apes, nenek malah terjatuh.

Cucu :  (dengan perasaan geli, si cucu tertawa terpingkal-pingkal). Nek....nek...Tadi itu aku suruh pegangan di motor, bukan di pagar. Atau kalau nenek mau aman, nenek peluk aku yang kuat supaya nggak terjatuh. Heee...yang dipegang malah tiang  pagar! Ya..pasti terjatulah kalo motornya udah jalan. Nenek mau rasakan nikmatnya naik motor keliling kota, karena nenek salah berpegang, apes deh.....

Saudaraku...
Pesan moral dari cerita tersebut tentu anda sudah dapat menangkapnya, bukan?

Ya...setiap kita tentunya sangat rindu menikmati hidup yang bahagia, hidup yang penuh dengan kesenangan dan keceriaan. Namun untuk mengalami hal demikian sangat ditentukan sikap batin anda dan dengan siapa anda berjalan serta pada siapa anda berpegang atau berharap. Kita tahu bahwa hidup bahagia, hidup penuh kesenangan dan keceriaan; bukanlah perkara mudah atau sesuatu yang kebetulan atau untung-untungan; tetapi sesuatu yang harus dikerjakan dan diperjuangkan baru bisa mengalaminya. Tetapi untuk hal ini juga, belum merupakan kepastian, sebab manusia hanya mereka-reka jalan hidupnya, tetapi jawaban akhir itu datangnya dari Tuhan.

Anda sadari atau tidak akan hal ini, tetapi saya mau tegaskan bahwa: "Hal ini adalah sebuah realita. Terkadang kita merencanakan ini dan itu dengan matang, kita sudah mengatur strategi yang menurut kita jitu untuk mendapatkan sesuatu yang kita ingin, tetapi yang kita temukan dan yang kita hasilkan bukanlah seperti apa yang kita pikirkan, rencanakan dan yang kita kerjakan. Terkadang yang kita temui justru kegagalan atau malah buntung sekalian. Bukannya bahagia yang kita alami, tetapi yang terjadi adalah keterpurukan. Bukannya tawa-ceria yang mewarnai kehidupan, tetapi kemurungan bahkan ratap dan tangis. Karena itu, jangan anda menepuk dada sebelum apa yang anda rindukan itu ada dalam genggaman anda. Sebab semua yang kita rencanakan dan yang kita kerjakan akan berujung pada dua kemungkinan: BERHASIL atau TIDAK BERHASIL".

Saudaraku....
Mazmur 119 membuka mata rohani kita untuk menyadari bahwa jalan hidup setiap orang adalah sebuah rahasia, dan dalam kondisi seperti itu, setiap orang membutuhkan pegangan yang pasti agar ia tidak terjatuh dalam menjalani kehidupannya. Mungkin bagi anda, ini adalah sebuah guyonan, tetapi bagi saya adalah sebuah kenyataan; bahwa konteks kehidupan kita sekarang ini adalah "DUNIA", bukan "SORGA". Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka ini ada dalam dunia, lalu dengan pongahnya berjalan seolah-olah ada dalam sorga. Hai saudaraku....sadarlah bahwa dunia di mana kita hidup ini adalah dunia yang telah ada dalam kuasa kegelapan, dan karena itu setiap orang butuh suluh untuk menerangi jalan yang dilaluinya. Tanpa suluh, anda akan berjalan sambil meraba-raba; semuanya menjadi tidak jelas dan tidak pasti. Itulah sebabnya, mazmur ini berbicara tentang FIRMAN sebagai SULUH atau PELITA, sehingga setiap orang yang hidupnya dikuasai oleh Firman Tuhan, maka sekalipun ia berjalan dalam kegelapan, ia tidak akan pernah merasa takut, sebab firman Tuhan memampuhkannya untuk melangkah menembus kegelapan itu.

Dalam konteks seperti inilah maka bahagian dari firman Tuhan hari ini menggambarkan bagaimana kerinduan sang pemazmur untuk mengalami kuasa pertolongan Tuhan; dan hal itu hanya mungkin ketika ia berseru dan berusaha berpegang pada ketetapan-ketetapan Tuhan. Karena itu, bagi sang pemazmur, firman Tuhan adalah "Kebutuhan Utama atau Kebutuhan Primer" dalam kehidupannya; sehingga pagi-pagi buta, ia sudah bangun dan berteriak minta tolong; dengan jalan "berharap pada Tuhan melalui firmanNya (ay. 148). Ia bangun mendahului waktu jaga malam, untuk merenungkan janji-janji Tuhan (ay. 149)". Sang pemazmur tahu dan sadar benar bahwa jika ia tidak hidup berdasarkan tuntunan firman Tuhan, maka hidupnya pasti binasa. Itulah sebabnya, firman Tuhan menjadi pegangan hidupnya dan menjadi sumber motivasi untuk meraih atau menikmati kehidupan yang berbahagia.

Dan hal ini jugalah yang disampaikan Tuhan kepada bangsa Israel melalui hambaNya, Musa:
"Jika engkau baik-baik mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintahNya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka Tuhan Allahmu akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi (Ul. 28:1). Haruslah kamu ber-PEGANG pada perintah, peringatan dan ketetapan Tuhan Allahmu yang diperintahkanNya kepadamu; haruslah engkau melakukan apa yang benar dan baik di mata Tuhan, supaya baik keadaanmu (Ul. 6:17-18)".

Saya hanya mau mengatakan ini kepada saudara:
Sebenarnya Tuhan tidak menginginkan hidup anda celaka. Dan benar bahwa tidak ada sedikitpun pikiran Tuhan untuk mencelakakan atau mencederai setiap orang yang disapaNya sebagai anak. Dan bahkan saya berani mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah berharap bahwa anda ada dalam standar MEDIOERE (Rata-rata). Tuhan sangat berharap agar anda menjadi pribadi yang sangat istimewa; anda menjadi KEPALA dan bukan EKOR, dan anda akan semakin NAIK, bukan TURUN. Dan kunci untuk kehidupan yang demikian terletak pada sikap batin anda untuk selalu: "ber-PEGANG pada firmanNya (Ul. 28:13)".

Jadi sekarang menjadi renungan buat anda:
Kepada siapa anda harus berharap agar anda dapat mengalami hidup yang diberkati?.
Dan apa yang harus menjadi pegangan hidup anda agar anda tidak terjatuh dan binasa?.

Selamat bercensura morum.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.

2 comments:

Web gratis

Web gratis
Power of Love