Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-71 tanggal 12 Maret 2017 - Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-23 Masa Pra Paskah.
Bacaan : Amsal 10:17-21.
"Di dalam banyak bicara pasti banyak pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi (Ams. 10:19)".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda diberkati.
Saudaraku...
DIAM adalah sesuatu hal yang sesungguhnya sangat mudah untuk kita lakukan dan sangat murah; sebab kita tidak perlu mengerahkan tenaga maupun mengeluarkan materi karenanya. Tetapi entah mengapa, hal tersebut sangat sulit untuk diwujudkan oleh setiap pribadi; sebab fakta mengatakan bahwa kita lebih suka berbicara dibandingkan menahan diri untuk tidak bicara alias DIAM.
Sebuah studi yang dilangsungkan di Amerika Serikat mengatakan bahwa dalam sehari saja seorang perempuan bisa mengucapkan + 20 ribu kata-kata, sementara seorang laki-laki mengucapkan kata-kata + 7 ribu. Saya tidak mau mengulas lebih jauh tentang perbedaan itu, tetapi yang saya mau tegaskan bahwa kecenderungan untuk berbicara itu lebih dominan dalam diri setiap pribadi dibandingkan kecenderungan untuk berdiam diri. Bahkan untuk sebuah percakapan antara 2 orang saja, moment untuk berdiam diri atau jeda dengan memberi kesempatan kepada pihak lain untuk berbicara itu, sangatlah singkat. Untuk orang Inggris yang bergerak di dunia bisnis, dikatakan bahwa waktu jeda di mana seseorang berdiam diri dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk berbicara hanya dapat bertahan 4 detik saja. Lebih daripada itu, orang tersebut akan gelisah dan berusaha untuk memotong pembicaraan teman bicaranya. Sebab waktu 1 detik sangat dihargai, dan itulah ungkapan "Time Is Money".
Dan survei membuktikan bahwa bangsa di dunia ini yang dapat bertahan untuk berdiam diri dan memberikan kesempatan kepada lawan bicaranya untuk berbicara ketika membangun komunikasi bisnis adalah bangsa Jepang, yang justru senang dengan moment DIAM selama 8,2 detik. Di Jepang, kekuatan DIAM itu muncul lewat konsep HARAGEI, yang menyatakan bahwa: "Komunikasi terbaik adalah ketika sama sekali kita tidak bicara. Ketika anda mendominasi pembicaraan, maka sesungguhnya anda sudah gagal, dan anda membutuhkan begitu banyak waktu untuk memperbaiki kegagalan itu sendiri".
Pakar Sales yang bernama Gavin Presman mengatakan: "Dalam dunia bisnis, 5 detik mungkin terlalu lama berdiam diri untuk tidak bicara, tetapi lebih baik hal itu terjadi dari pada 1 detik anda berbicara namun karena kesalahan berbicara anda kehilangan kesempatan emas meraih pasar".
Saudaraku...
Saya teringat kepada seorang Negarawan Besar dunia yang berasal dari Afrika Selatan, yakni Nelson Mandela. Ia telah berjuang melawan rezim Apartheid yang sangat diskriminatif, dan karena perlawanannya itu, maka ia dicebloskan ke dalam penjara selama 27 tahun. Selama di penjara itulah, Nelson Mandela berlajar untuk bijaksana dalam soal berkata-kata. Ia mengatakan seperti ini:
"Bukan kebiasaan saya sekarang untuk berkata-kata dengan sembarangan. Pengalaman selama 27 tahun mendekam di penjara telah mengajar saya untuk menggunakan kesunyian dari kesendirian itu guna memahami betapa berharganya perkataan, dan betapa kuat dampak perkataan terhadap hidup dan matinya seseorang".
Bagi seorang Nelson Mandela, lebih baik bersikap DIAM daripada mengumbar perkataan yang tidak ada isinya. Lebih baik berdiam daripada mengeluarkan kata-kata yang hanya menyakiti dan melukai hati orang lain. Lebih baik diam daripada perkataan itu menjadi bumerang bagi diri sendiri. Karena itu, tidak ada untungnya anda mengungkit rasa sakit hati anda karena perlakuan kasar orang lain terhadap anda di masa lalu. Adalah lebih terhormat jika anda diam dan melupakan apa yang sudah berlalu, dibandingkan anda mengorek kembali hal tersebut sehingga menciptakan konflik yang baru.
Karena itu saudaraku, hanya dengan memperhatikan perkataan-perkataan yang keluar dari mulut kita, akan sangat menentukan kualitas diri kita yang sesungguhnya. Itulah sebabnya firman Tuhan hari ini mengajarkan sesuatu hal yang mungkin sepele bagi orang lain tetapi bagi anda yang percaya, sangat besar kuasanya; yakni menahan diri untuk tidak mudah mengumbar kata-kata. Amsal 10:19 mengatakan: "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi". Benarlah ungkapan ini: "Silence is Golden".
Dengan demikian, semakin anda menguasai pembicaraan, maka semakin terbuka peluang yang besar bagi anda untuk melakukan pelanggaran; tetapi ketika anda berusaha untuk menahan diri dalam situasi DIAM pada sesuatu hal yang menuntut anda untuk berdiam diri, maka anda sesungguhnya telah menyelamatkan hidup anda sendiri.
Selamat bercensura morum.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Masale, hari ke-71 tanggal 12 Maret 2017 - Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-23 Masa Pra Paskah.
Bacaan : Amsal 10:17-21.
"Di dalam banyak bicara pasti banyak pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi (Ams. 10:19)".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda diberkati.
Saudaraku...
DIAM adalah sesuatu hal yang sesungguhnya sangat mudah untuk kita lakukan dan sangat murah; sebab kita tidak perlu mengerahkan tenaga maupun mengeluarkan materi karenanya. Tetapi entah mengapa, hal tersebut sangat sulit untuk diwujudkan oleh setiap pribadi; sebab fakta mengatakan bahwa kita lebih suka berbicara dibandingkan menahan diri untuk tidak bicara alias DIAM.
Sebuah studi yang dilangsungkan di Amerika Serikat mengatakan bahwa dalam sehari saja seorang perempuan bisa mengucapkan + 20 ribu kata-kata, sementara seorang laki-laki mengucapkan kata-kata + 7 ribu. Saya tidak mau mengulas lebih jauh tentang perbedaan itu, tetapi yang saya mau tegaskan bahwa kecenderungan untuk berbicara itu lebih dominan dalam diri setiap pribadi dibandingkan kecenderungan untuk berdiam diri. Bahkan untuk sebuah percakapan antara 2 orang saja, moment untuk berdiam diri atau jeda dengan memberi kesempatan kepada pihak lain untuk berbicara itu, sangatlah singkat. Untuk orang Inggris yang bergerak di dunia bisnis, dikatakan bahwa waktu jeda di mana seseorang berdiam diri dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk berbicara hanya dapat bertahan 4 detik saja. Lebih daripada itu, orang tersebut akan gelisah dan berusaha untuk memotong pembicaraan teman bicaranya. Sebab waktu 1 detik sangat dihargai, dan itulah ungkapan "Time Is Money".
Dan survei membuktikan bahwa bangsa di dunia ini yang dapat bertahan untuk berdiam diri dan memberikan kesempatan kepada lawan bicaranya untuk berbicara ketika membangun komunikasi bisnis adalah bangsa Jepang, yang justru senang dengan moment DIAM selama 8,2 detik. Di Jepang, kekuatan DIAM itu muncul lewat konsep HARAGEI, yang menyatakan bahwa: "Komunikasi terbaik adalah ketika sama sekali kita tidak bicara. Ketika anda mendominasi pembicaraan, maka sesungguhnya anda sudah gagal, dan anda membutuhkan begitu banyak waktu untuk memperbaiki kegagalan itu sendiri".
Pakar Sales yang bernama Gavin Presman mengatakan: "Dalam dunia bisnis, 5 detik mungkin terlalu lama berdiam diri untuk tidak bicara, tetapi lebih baik hal itu terjadi dari pada 1 detik anda berbicara namun karena kesalahan berbicara anda kehilangan kesempatan emas meraih pasar".
Saudaraku...
Saya teringat kepada seorang Negarawan Besar dunia yang berasal dari Afrika Selatan, yakni Nelson Mandela. Ia telah berjuang melawan rezim Apartheid yang sangat diskriminatif, dan karena perlawanannya itu, maka ia dicebloskan ke dalam penjara selama 27 tahun. Selama di penjara itulah, Nelson Mandela berlajar untuk bijaksana dalam soal berkata-kata. Ia mengatakan seperti ini:
"Bukan kebiasaan saya sekarang untuk berkata-kata dengan sembarangan. Pengalaman selama 27 tahun mendekam di penjara telah mengajar saya untuk menggunakan kesunyian dari kesendirian itu guna memahami betapa berharganya perkataan, dan betapa kuat dampak perkataan terhadap hidup dan matinya seseorang".
Bagi seorang Nelson Mandela, lebih baik bersikap DIAM daripada mengumbar perkataan yang tidak ada isinya. Lebih baik berdiam daripada mengeluarkan kata-kata yang hanya menyakiti dan melukai hati orang lain. Lebih baik diam daripada perkataan itu menjadi bumerang bagi diri sendiri. Karena itu, tidak ada untungnya anda mengungkit rasa sakit hati anda karena perlakuan kasar orang lain terhadap anda di masa lalu. Adalah lebih terhormat jika anda diam dan melupakan apa yang sudah berlalu, dibandingkan anda mengorek kembali hal tersebut sehingga menciptakan konflik yang baru.
Karena itu saudaraku, hanya dengan memperhatikan perkataan-perkataan yang keluar dari mulut kita, akan sangat menentukan kualitas diri kita yang sesungguhnya. Itulah sebabnya firman Tuhan hari ini mengajarkan sesuatu hal yang mungkin sepele bagi orang lain tetapi bagi anda yang percaya, sangat besar kuasanya; yakni menahan diri untuk tidak mudah mengumbar kata-kata. Amsal 10:19 mengatakan: "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi". Benarlah ungkapan ini: "Silence is Golden".
Dengan demikian, semakin anda menguasai pembicaraan, maka semakin terbuka peluang yang besar bagi anda untuk melakukan pelanggaran; tetapi ketika anda berusaha untuk menahan diri dalam situasi DIAM pada sesuatu hal yang menuntut anda untuk berdiam diri, maka anda sesungguhnya telah menyelamatkan hidup anda sendiri.
Selamat bercensura morum.
Tuhan Yesus memberkatimu.
Amin.
ReplyDelete