Laman

Friday, March 9, 2018

Honor Est in Honorante

Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-69 tanggal 10 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).

Censura Morum hari ke-22 Masa Pra Paskah.

Bacaan : Yohanes 8:1-11.

"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu....Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua...Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau? Jawabnya: Tidak ada, Tuhan. Lalu kata Yesus: Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang (Yoh. 8:7b, 9-11)".

Shabbath Shalom bagimu.
Semoga hari ini hidup anda diberkati.

Saudaraku...
Bagian dari perikop bacaan hari ini adalah sesungguhnya potret dari kehidupan kita yang sesungguhnya. Jika kita sudah menaruh perasaan marah dan dendam pada seseorang, maka apapun kebaikan yang dilakukan orang tersebut selalu salah di mata kita. Dan kecenderungan ketika hati sudah dirasuki dengan amarah dan dendam, maka kita berusaha untuk menjelek-jelekkan yang bersangkutan bahkan mencari jalan untuk mempermalukannya di depan umum dengan menempuh cara-cara yang tidak elegant. Ketika hati sudah terbelenggu oleh amarah dan dendam maka kita akan berusaha untuk mencari alasan yang tepat dalam rangka menjebak dan menjatuhkannya.

Saya mau mengajak anda untuk sejenak berimajinasi seolah-olah anda turut serta menjadi saksi dari peristiwa itu. Terserah, apakah anda memposisikan diri anda sebagai bagian dari mereka yang setia mendengarkan pengajaran Tuhan Yesus, atau justru salah seorang dari kelompok Farisi dan ahli-ahli Taurat yang tidak merasa nyaman dengan kehadiran Yesus. Mari kita sama-sama membayangkan situasi yang terjadi di Bait Allah saat seorang perempuan diseret-seret seperti binatang yang dibawa ke pembantaian. Saya membayangkan situasi tersebut sama seperti yang terjadi pada hari Selasa, 1 Agustus 2017 di Kampung Cabang Empat, Desa Muara Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi - Jawa Barat ketika masyarakat beramai-ramai menghakimi seorang pria (M. Alzahra alias Joya) yang dituding mencuri Amplifier di sebuah Mushalla lalu pria itu dibakar hidup-hidup.

Sekarang mari kita berkontemplasi sejenak. Silahkan anda duduk bersilah dan mengambil saat hening. Buatlah situasi di sekitar anda menjadi teduh....teduh....teduh sekali. Sekarang saya menuntun anda untuk memasuki realita Alkitabiah:

Bisakah anda membayangkan situasi ruang ibadah di Bait Allah yang hening karena orang lagi khusyuk menyembah kepada Allah dan di situ juga Yesus berada dengan murid-muridNya sambil mengajar tentang kebenaran-kebenaran Firman Tuhan, lalu tiba-tiba orang masuk dalam rombongan yang cukup banyak sambil berteriak-teriak?.

Bisakah anda membayangkan bagaimana situasi yang hening itu seketika berubah jadi GADUH hanya karena persoalan ingin melengserkan seseorang yang dianggap sebagai lawan atau saingan dengan menjadikan seorang perempuan sebagai jembatan untuk mewujudkan niat mereka yang jahat itu?.

Bisakah anda membayangkan bagaimana serunya teriakan-teriakan mereka yang tanpa rasa belas-kasihan, menyeret-nyeret seorang wanita yang tak daya sambil mata mereka melotot memandang kepada Tuhan Yesus?. Ya...wanita ini tidak sadar bahwa dirinya hanyalah alat untuk tujuan yang jahat dan orang banyak pun tidak sadar juga bahwa maksud kelompok ini bukan menghakimi perempuan tersebut melainkan untuk menjebak dan menyingkirkan Tuhan Yesus. Apakah anda menyadari bahwa kenyataan yang dialami perempuan ini kelak menjadi adegan yang real/nyata ketika Yesus menjalani apa yang disebut VIA DOLOROSA, di mana Dia diseret-seret seperti seekor anak domba yang dibawa ke pembantaian; dicambuk, diludahi, diolok-olok, jatuh-bangun memanggul salib ke Golguta dan pada akhirnya digantung di antara penjahat-penjahat kelas kakap?.

Bisakah anda membayangkan jawaban apa yang akan diberikan oleh Tuhan Yesus untuk tidak terjebak dalam sandiwara kotor kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat? Bisakah anda sendiri dalam kondisi yang terdesak seperti itu mampu merajuk kata-kata untuk menjawab dagelan mereka ini, sebab fakta yang mereka ajukan seolah-olah tak terbantahkan: "mereka mendakwa seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah seperti kejadian atau peristiwa OTT kasus korupsi di negeri ini"?
.

Saudaraku.....
Saya justru terinspirasi dengan apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus tidak mau berdebat dengan mereka. Tuhan Yesus tidak mau menghabiskan waktu dan energiNya hanya untuk memperdebatkan sesuatu yang konyol dan dibuat-buat. Tuhan Yesus tidak memberi respons apa-apa. Jalan yang terbaik dalam menghadapi situasi seperti ini adalah "Ketenangan Batin dan Kejernihan Pikiran". Tidak tergesa-gesa atau sikap responsif dalam menanggapi persoalan.

Di ayat 7 dikatakan bahwa: "Mereka terus-menerus bertanya kepadaNya". Dalam pikiran saya, sudah pasti pertanyaan itu diajukan sambil menunjuk-nunjuk wanita itu, ataukah bertanya sambil menendang-nendang wanita yang tak berdaya itu, ataukah justru bertanya sambil menunjuk-nunjuk muka Tuhan Yesus; ya...mereka mengajukan suatu pertanyaan dengan luapan emosi dan amarah tingkat tinggi (ingat kasus AHOK). Dan sungguh ajaib bahwa, Tuhan Yesus dalam kondisi yang tidak terkendali itu justru memainkan peran yang begitu mengesankan sehingga semua alasan yang begitu kuat menjadi mentah dan perempuan itu juga lolos dari hukuman yang sudah dirancangkan kepadanya.

Pertanyaannya sekarang:
Mengapa hal itu bisa terjadi?.
Mengapa dalam kondisi yang seharusnya Tuhan Yesus terpojok seperti AHOK yang sudah terpojok, dan dalam kasus perempuan yang tertangkap basah melakukan zinah seperti yang dituduhkan kepada MA yang dibakar hidup-hidup karena tuduhan mencuri amplifier, justru persoalan berbalik di mana semua orang yang telah kesetanan karena dendam dan emosi itu, malah kembali dengan muka tertunduk dan perasaan penuh malu?.

Saudaraku...
Seringkali konflik muncul karena kita yang memunculkannya; persoalan kecil yang harus dilupakan justru kita perbesar-besarkan. Dan saya mau mengatakan bahwa kegaduhan, perkelahian, keributan, disharmoni dalam membangun relasi, semua itu terjadi karena ada kepentingan. Banyak orang karena kepentingan seolah-olah terbentur tembok yang kokoh, mereka berusaha mencari kambing hitam untuk menciptakan CHAOS = KACAU, GADUH. Sekelompok orang yang merasa diri hebat, merasa paling penting, paling istimewa, merasa hanya mereka yang bisa berbicara, merasa bahwa hanya diri mereka yang baik dan benar; lalu ketika melihat kondisi yang tidak memungkinkan mereka untuk mempertontonkan gaya hidup mereka sebagai kaum terpandang, lalu menciptakan KEGADUHAN dengan mengkambing-hitamkan hal-hal yang sepele.

Tema yang saya pilih sangat tepat untuk menjadi bahan perenungan kita dalam menutup Minggu III Pra Paskah dan mempersiapkan diri kita untuk menyambut Minggu IV Pra Paskah: "Honor Est ini Honorante = Kehormatan hanya bagi yang menghormati sesama". Saya tidak akan memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas, tetapi saya hanya mengantar anda untuk mencari jawaban sendiri.

Apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, dapat saya artikan seperti ini:
"Ketika Ia membungkuk dan menulis di atas tanah, Ia sesungguhnya sedang menuntun kita untuk membungkuk dan melihat diri kita yang sesungguhnya. Tidakkah kita ini hina? Tidakkah kita ini kotor? Tidakkah kita ini hanyalah debu? Apa yang bisa dibanggakan pada kemanusiaan kita? Tidakkah kita diambil dari tanah dan akan kembali ke tanah? Sehebat apapun kita sekarang, seabrek bagaimanapun uang, harta dan emas emas; hal-hal itu tidak akan mengubah diri kita pada akhirnya; karena pada akhirnya kita akan kembali ke tanah dan menjadi debu? Lalu kemudian tindakan Yesus berlanjut dengan pertanyaan: Siapa yang bisa mengklaim dirinya tidak berdosa, hendaklah dia melempari perempuan ini? Ya....adakah anda bisa menjamin bahwa anda tidak berdosa? Jika anda tidak bisa menunjukkan sedikitpun alasan bahwa anda tidak berdosa, maka apa kelebihan anda dari pada orang lain? Apa dasarnya anda untuk menuding-nuding orang lain sebagai pendosa padahal anda sendiri adalah seorang  pendosa?. Jadi KEHORMATAN hanya mungkin melekat pada diri anda ketika anda menghormati orang lain".

Selamat bercensura morum.
Selamat beraktifitas.
Selamat mempersiapkan diri memasuki Minggu IV Pra Paskah.
Tuhan Yesus memberkati anda.

1 comment:

Web gratis

Web gratis
Power of Love