Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-72 tanggal 13 Maret 2018, Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-24 Masa Pra Paskah.
Bacaan : Efesus 2:11-22.
"Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan rapi tersusun, menjadi Bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh (Ef. 2:21-22)".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda diberkati Tuhan.
Saudaraku...
Mungkin anda pernah mendengar orang mengatakan seperti ini: "Jangan merusak tubuh anda dengan hal-hal yang tidak baik, misalnya merokok, minum minuman keras, mentatto tubuh, atau hal-hal yang lainnya yang dapat merusak tubuh anda; sebab tubuhmu adalah Bait Roh Kudus".
Tetapi persoalannya:
Apakah dengan tidak merokok maka tubuh kita tidak akan pernah rusak?.
Apakah dengan tidak meminum minuman keras maka kita dapat menjamin bahwa tubuh kita tidak akan pernah rusak?.
Apakah dengan tidak melakukan ini dan itu terhadap tubuh kita maka kita dapat menjamin bahwa tubuh kita tidak akan tersentuh oleh persoalan kerusakan?.
Bagaimana dengan orang yang memproteksi dirinya untuk tidak makan ini dan itu, berpantangan ini dan itu, lalu tiba-tiba dia mengalami kanker atau penyakit yang mematikan? Apakah kita mengatakan bahwa tubuhnya tetap terpelihara dengan baik padahal dengan kasat mata kita menyaksikan bahwa sesungguhnya tubuhnya sudah mengalami kerusakan yang sangat parah?.
Saudaraku...
Hari ini saya sangat tertarik untuk membahas tentang "Tubuh" yang adalah "Beth'El". Dan sangat menarik bahwa bahasa Yunani yang dipakai dalam perikop ini untuk menunjukkan Bait Allah yang adalah "Tubuh kita" ternyata belumlah menunjuk pada Bait atau Bangunan yang sudah rampung; melainkan sebuah bangunan yang belum tuntas terbangun sehingga masih terus dikerjakan perampungannya. Ya....Tubuh kita ini memang oleh perikop bacaan disebut sebagai Beth'El, tetapi sebuah Beth yang belum sempurna. Tetapi kita terus berusaha untuk menyempurnakannya. Bisa jadi bahwa dalam mengerjakan perampungan pembangunan Beth ini, selalu saja ada keteledoran sehingga kita harus membongkarnya kembali dan menyusun lagi dengan rapi satu per satu batu demi batu itu hingga menampakkan sebuah bangunan yang lebih baik lagi dan lebih kokoh. Sebuah Beth yang belum rampung tentu hal tersebut mau menyadarkan kita bahwa jangan ada di antara kita yang merasa sempurna dalam hal pemahaman iman tentang makna keselamatan, dan jika kita terjebak dengan konsep seperti itu, -(merasa sempurna)-, maka kita akan mengklaim diri kita sebagai pemilik sorga lalu dengan mudahnya kita mengkofar-kafirkan sesama.
Sangat berkesan bahwa fondamen atau dasar dari Bangunan atau Beth itu dirancang oleh Tuhan dan oleh kuasa Roh Kudus, setiap orang berkewajiban untuk meletakkan batu imannya masing-masing hingga suatu kali kelak terbentuklah sebuah bangunan yang utuh dan berdiri kokoh di tengah-tengah dunia ini untuk menyambut kedatangan Sang Mempelai.
Sangat penting juga untuk kita pahami bahwa Paulus memilih kata NAOS ketika membahas tentang Bait Allah, karena kata ini digunakan untuk menunjuk tempat peribadatan khusus yaitu Ruangan Tabernakel dari Bait Allah di Yerusalem. Paulus tidak memilih kata HIEROS yang menunjuk pada Pelataran Luar. Tentu ini sangat menarik karena sering kita cenderung memperhatikan KULIT atau BUNGKUSAN dari pada ISI. Dan Paulus dalam hal ini lebih tertarik pada NAOS dari pada HIEROS.
NAOS sangat penting bagi Paulus untuk menguraikan konsep atau pemahamannya tentang makna "Tubuh kita sebagai Tabernakel", sehingga dengan itu kita harus menjaganya dengan baik agar tidak dikotori oleh dunia luar sekalipun kita ada dalam konteks dunia yang telah dirusakkan oleh dosa. Tabernakel adalah tempat di mana Tabut Perjanjian diletakkan dan bagi bangsa Israel, Tabernakel sekaligus menjadi simbol kehadiran Allah di tengah-tengah umatNya.
Dengan menggunakan kata NAOS, maka Paulus hendak mengatakan bahwa: "Kita adalah bangunan di mana saat kita bertumbuh dan berkembang di bawah arahan kuasa Roh Kudus, maka kita akan menjadi tempat yang kudus, tempat di mana hadirat Allah berdiam sepanjang masa".
Saudaraku...
Saya hanya mau meluruskan pemahaman kita yang keliru selama ini yang mempersoalkan makanan ini dan itu yang harus kita berpantang dalam rangka menjaga kekudusan Beth, atau berusaha untuk memproteksi diri dengan tidak melakukan ini dan itu, -(tidak merokok, tidak minum minuman keras, tidak merajah atau mentatto tubuh, dan lain-lain)-, demi menjaga kekudusan Beth tersebut. Dan bagi Tuhan Yesus sendiri, bukan persoalan apa yang masuk dalam tubuh ini yang mencemarkan kekudusan Beth, tetapi apa yang keluar; yakni: pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat (Mat. 15:18-19).
Firman Tuhan hari ini justru menegaskan tentang relasi personal atau interaksi antar pribadi yang terjalin dengan penuh cinta-kasih akan membuat Beth'El dalam diri kita terbangun dengan baik dan sempurna. Tentu dengan hal ini kita mau kembali diajak untuk mengingat kembali apa yang dikisahkan dalam kitab Kejadian. Dosa semakin beranak-pinak karena hubungan antar pribadi dan hubungan dengan alam ini menjadi rusak; sebab yang satu menuduh yang lain menjadi biang kerok, sedangkan yang lain berusaha untuk mencari kambing hitam demi pembenaran diri (Kej. 3:12-13).
Dalam konteks inilah saya memahami mengapa Tuhan Yesus berusaha dijebak untuk mengucapkan sepatah kata yang berisi keluhan dan pembelaan diri atas derita yang dialamiNya di atas kayu salib, namun sedikit pun kata tidak keluar dari mulutNya untuk mengumpat bahkan berkeluh-kesah. Coba perhatikan apa yang dicatat dalam Mat. 27:40-43...."Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diriMu jika Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu. Demikian juga Imam-iman Kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: Orang lain Ia selamatkan, tetapi diriNya sendiri tidak dapat Ia selamatkan. Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami percaya kepadaNya. Ia menaruh harapanNya pada Allah: Baiklah Allah menyelamtkan Dia, jikalau Allah berkenan kepadaNya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah". Bahkan salah seorang penjahat yang tersalib bersama dengan Dia pun turut memperolok-olok diriNya: "Bukankah Engkau Kristus? Selamatkanlah diriMu dan kami! (Luk. 23:39)".
Tetapi justru di tengah cobaan dan godaan tersebut, Tuhan Yesus mempertontonkan kekudusan Beth yang sesungguhnya, dengan berdoa dan memohonkan ampun atas perilaku yang tidak benar dalam membangun relasi. Tuhan Yesus tidak terpancing sedikit pun untuk melakukan pembenaran diri dengan mempersalahkan ini dan itu. Yang Ia lakukan adalah: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat (Luk. 23:34)". Ya...sekali pun diriNya diperlakukan dengan tidak manusiawi, tetapi Tuhan Yesus masih memandang betapa indah hidup dalam persaudaraan, sehingga Ia rela menerima jalan via dolorosa sebagai taruhan yang sangat mahal untuk mempertahankan relasi antar personal dan juga untuk menjaga relasi antara manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhannya.
Jadi, saudaraku...
"Tubuh kita" akan menjadi Beth'El ketika kita menyambut orang lain sebagai bagian dari diri kita. "Tubuh kita" akan menjad Beth'El ketika kita memandang orang lain lebih mulia atau setara dengan diri kita dan kita berusaha untuk menghargai mereka tanpa melihat latar-belakang kehidupan yang bersangkutan. Ketika anda mampu memandang orang lain sebagaimana anda memandang Tuhan, maka sesungguhnya anda telah merampungkan pekerjaan pembangunan Beth'El dan anda layak disebut MAN of GOD (1 Tim. 6:11).
Selamat bercensura morum.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Masale, hari ke-72 tanggal 13 Maret 2018, Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-24 Masa Pra Paskah.
Bacaan : Efesus 2:11-22.
"Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan rapi tersusun, menjadi Bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh (Ef. 2:21-22)".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda diberkati Tuhan.
Saudaraku...
Mungkin anda pernah mendengar orang mengatakan seperti ini: "Jangan merusak tubuh anda dengan hal-hal yang tidak baik, misalnya merokok, minum minuman keras, mentatto tubuh, atau hal-hal yang lainnya yang dapat merusak tubuh anda; sebab tubuhmu adalah Bait Roh Kudus".
Tetapi persoalannya:
Apakah dengan tidak merokok maka tubuh kita tidak akan pernah rusak?.
Apakah dengan tidak meminum minuman keras maka kita dapat menjamin bahwa tubuh kita tidak akan pernah rusak?.
Apakah dengan tidak melakukan ini dan itu terhadap tubuh kita maka kita dapat menjamin bahwa tubuh kita tidak akan tersentuh oleh persoalan kerusakan?.
Bagaimana dengan orang yang memproteksi dirinya untuk tidak makan ini dan itu, berpantangan ini dan itu, lalu tiba-tiba dia mengalami kanker atau penyakit yang mematikan? Apakah kita mengatakan bahwa tubuhnya tetap terpelihara dengan baik padahal dengan kasat mata kita menyaksikan bahwa sesungguhnya tubuhnya sudah mengalami kerusakan yang sangat parah?.
Saudaraku...
Hari ini saya sangat tertarik untuk membahas tentang "Tubuh" yang adalah "Beth'El". Dan sangat menarik bahwa bahasa Yunani yang dipakai dalam perikop ini untuk menunjukkan Bait Allah yang adalah "Tubuh kita" ternyata belumlah menunjuk pada Bait atau Bangunan yang sudah rampung; melainkan sebuah bangunan yang belum tuntas terbangun sehingga masih terus dikerjakan perampungannya. Ya....Tubuh kita ini memang oleh perikop bacaan disebut sebagai Beth'El, tetapi sebuah Beth yang belum sempurna. Tetapi kita terus berusaha untuk menyempurnakannya. Bisa jadi bahwa dalam mengerjakan perampungan pembangunan Beth ini, selalu saja ada keteledoran sehingga kita harus membongkarnya kembali dan menyusun lagi dengan rapi satu per satu batu demi batu itu hingga menampakkan sebuah bangunan yang lebih baik lagi dan lebih kokoh. Sebuah Beth yang belum rampung tentu hal tersebut mau menyadarkan kita bahwa jangan ada di antara kita yang merasa sempurna dalam hal pemahaman iman tentang makna keselamatan, dan jika kita terjebak dengan konsep seperti itu, -(merasa sempurna)-, maka kita akan mengklaim diri kita sebagai pemilik sorga lalu dengan mudahnya kita mengkofar-kafirkan sesama.
Sangat berkesan bahwa fondamen atau dasar dari Bangunan atau Beth itu dirancang oleh Tuhan dan oleh kuasa Roh Kudus, setiap orang berkewajiban untuk meletakkan batu imannya masing-masing hingga suatu kali kelak terbentuklah sebuah bangunan yang utuh dan berdiri kokoh di tengah-tengah dunia ini untuk menyambut kedatangan Sang Mempelai.
Sangat penting juga untuk kita pahami bahwa Paulus memilih kata NAOS ketika membahas tentang Bait Allah, karena kata ini digunakan untuk menunjuk tempat peribadatan khusus yaitu Ruangan Tabernakel dari Bait Allah di Yerusalem. Paulus tidak memilih kata HIEROS yang menunjuk pada Pelataran Luar. Tentu ini sangat menarik karena sering kita cenderung memperhatikan KULIT atau BUNGKUSAN dari pada ISI. Dan Paulus dalam hal ini lebih tertarik pada NAOS dari pada HIEROS.
NAOS sangat penting bagi Paulus untuk menguraikan konsep atau pemahamannya tentang makna "Tubuh kita sebagai Tabernakel", sehingga dengan itu kita harus menjaganya dengan baik agar tidak dikotori oleh dunia luar sekalipun kita ada dalam konteks dunia yang telah dirusakkan oleh dosa. Tabernakel adalah tempat di mana Tabut Perjanjian diletakkan dan bagi bangsa Israel, Tabernakel sekaligus menjadi simbol kehadiran Allah di tengah-tengah umatNya.
Dengan menggunakan kata NAOS, maka Paulus hendak mengatakan bahwa: "Kita adalah bangunan di mana saat kita bertumbuh dan berkembang di bawah arahan kuasa Roh Kudus, maka kita akan menjadi tempat yang kudus, tempat di mana hadirat Allah berdiam sepanjang masa".
Saudaraku...
Saya hanya mau meluruskan pemahaman kita yang keliru selama ini yang mempersoalkan makanan ini dan itu yang harus kita berpantang dalam rangka menjaga kekudusan Beth, atau berusaha untuk memproteksi diri dengan tidak melakukan ini dan itu, -(tidak merokok, tidak minum minuman keras, tidak merajah atau mentatto tubuh, dan lain-lain)-, demi menjaga kekudusan Beth tersebut. Dan bagi Tuhan Yesus sendiri, bukan persoalan apa yang masuk dalam tubuh ini yang mencemarkan kekudusan Beth, tetapi apa yang keluar; yakni: pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat (Mat. 15:18-19).
Firman Tuhan hari ini justru menegaskan tentang relasi personal atau interaksi antar pribadi yang terjalin dengan penuh cinta-kasih akan membuat Beth'El dalam diri kita terbangun dengan baik dan sempurna. Tentu dengan hal ini kita mau kembali diajak untuk mengingat kembali apa yang dikisahkan dalam kitab Kejadian. Dosa semakin beranak-pinak karena hubungan antar pribadi dan hubungan dengan alam ini menjadi rusak; sebab yang satu menuduh yang lain menjadi biang kerok, sedangkan yang lain berusaha untuk mencari kambing hitam demi pembenaran diri (Kej. 3:12-13).
Dalam konteks inilah saya memahami mengapa Tuhan Yesus berusaha dijebak untuk mengucapkan sepatah kata yang berisi keluhan dan pembelaan diri atas derita yang dialamiNya di atas kayu salib, namun sedikit pun kata tidak keluar dari mulutNya untuk mengumpat bahkan berkeluh-kesah. Coba perhatikan apa yang dicatat dalam Mat. 27:40-43...."Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diriMu jika Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu. Demikian juga Imam-iman Kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: Orang lain Ia selamatkan, tetapi diriNya sendiri tidak dapat Ia selamatkan. Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami percaya kepadaNya. Ia menaruh harapanNya pada Allah: Baiklah Allah menyelamtkan Dia, jikalau Allah berkenan kepadaNya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah". Bahkan salah seorang penjahat yang tersalib bersama dengan Dia pun turut memperolok-olok diriNya: "Bukankah Engkau Kristus? Selamatkanlah diriMu dan kami! (Luk. 23:39)".
Tetapi justru di tengah cobaan dan godaan tersebut, Tuhan Yesus mempertontonkan kekudusan Beth yang sesungguhnya, dengan berdoa dan memohonkan ampun atas perilaku yang tidak benar dalam membangun relasi. Tuhan Yesus tidak terpancing sedikit pun untuk melakukan pembenaran diri dengan mempersalahkan ini dan itu. Yang Ia lakukan adalah: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat (Luk. 23:34)". Ya...sekali pun diriNya diperlakukan dengan tidak manusiawi, tetapi Tuhan Yesus masih memandang betapa indah hidup dalam persaudaraan, sehingga Ia rela menerima jalan via dolorosa sebagai taruhan yang sangat mahal untuk mempertahankan relasi antar personal dan juga untuk menjaga relasi antara manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhannya.
Jadi, saudaraku...
"Tubuh kita" akan menjadi Beth'El ketika kita menyambut orang lain sebagai bagian dari diri kita. "Tubuh kita" akan menjad Beth'El ketika kita memandang orang lain lebih mulia atau setara dengan diri kita dan kita berusaha untuk menghargai mereka tanpa melihat latar-belakang kehidupan yang bersangkutan. Ketika anda mampu memandang orang lain sebagaimana anda memandang Tuhan, maka sesungguhnya anda telah merampungkan pekerjaan pembangunan Beth'El dan anda layak disebut MAN of GOD (1 Tim. 6:11).
Selamat bercensura morum.
Tuhan Yesus memberkatimu.
No comments:
Post a Comment