Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-77 tanggal 18 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).
Ringkasan Khotbah Minggu V Pra Paskah.
Disampaikan Dalam Ibadah Raya Jemaat.
Gereja Toraja Jemaat Masale.
Bacaan :
(1). Yeremia 31:31-34.
(2). Ibrani 5:1-10.
(3). Yohanes 12:20-33 (Bahan Utama Khotbah).
"Aku berkata kepadamu: sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal (Yoh. 12:24-25)".
Shalom bagimu.
Semoga hari ini anda mengalami kasih dan berkat Tuhan dari dalam BaitNya.
Saudaraku.....
Ada pertanyaan yang saya mau ajukan buat anda:
Siapakah sesungguhnya Yesus bagi anda?.
Apa yang spesial pada Yesus sehingga anda mempercayai Dia dan anda menyebutNya sebagai Tuhan dan Juruselamat anda?.
Dari semua saudara yang hadir saat ini pastilah mempunyai jawaban masing-masing yang tentunya berbeda satu dengan yang lain. Dan bisa jadi masing-masing akan mengklaim bahwa jawabannyalah yang benar dan yang lainnya itu salah.
Saya memastikan bahwa kondisi seperti inilah yang sedang dialami oleh murid-murid Tuhan Yesus ketika orang-orang Yunani datang kepada mereka untuk bertemu dengan Tuhan Yesus.
Sedikit penjelasan tentang orang Yunani, khususnya orang-orang Yunani Kuno. Mereka terkenal sebagai orang-orang yang mempunyai dorongan batin yang sungguh sangat luar-biasa dalam kaitan dengan pencarian apa yang disebut "Sofia atau Hikmat". Mereka adalah bangsa yang sangat menggandrungi atau mencintai, -(Mencintai =Filos)-, apa yang disebut Sofia. Karena itu, orang-orang Yunani terkenal sebagai ahli-ahli Filsafat; contohnya: Plato, Aristoteles, Socrates, Heraklitus, Thales, Anaximandros, Anaximenes, Pythagoras, Gorgias, Empedokles, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Dan kebiasan bagi orang-orang Yunani adalah mereka pertama-tama bertanya kepada salah seorang murid dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti:
Siapa sesungguhnya guru anda?.
Apa yang spesial pada guru anda sehingga anda mau menjadi muridnya?.
Apa faedah yang sudah anda dapatkan selama anda menjadi murid dari sang guru?.
Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang lain. Dan jika sang murid mampu menjawab dengan baik pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa guru mereka sangat hebat.
Karena itu, dalam ayat 21-22 dikatakan bahwa mereka mula-mula datang kepada Filipus.
Mengapa mereka datang kepada Filipus?.
Mengapa tidak langsung saja datang kepada Yesus?.
O...ternyata nama Filipus itu adalah nama Yunani. Karena itu sangkaan mereka bahwa Filipus itu orang Yunani dan karena itu mereka semakin tertarik bahwa ada seorang Yunani yang menjadi murid Tuhan Yesus; padahal belum tentu Filipus murid Yesus ini seorang Yunani. Sama saja ketika ada orang Jawa yang datang ke Toraja lalu tiba-tiba bertemu dengan seorang yang bernama Manto atau So' Manto, tanpa bertanya bla-bla-bla, ia langsung menarik kesimpulan bahwa Manto atau So' Manto itu pasti orang Jawa, padahal nama lengkapnya: Manto Tulak Langit Kombong Kila'.
Itulah sebabnya, ketika mereka datang kepada Filipus lalu bertanya ini dan itu, Filipus jadi bingung. Filipus tidak bisa memberi jawaban atas pertanyaan mereka. Karena bingung untuk memberi jawab, maka Filipus membawanya kepada Andreas. Tentu Filipus juga menarik kesimpulan bahwa Andreas akan mampu memberi pemahaman kepada mereka, sebab Andreas sendiri sudah melanglang-buana untuk berguru. Bukankah sebelum Andreas menjadi murid Tuhan Yesus, Andreas telah berguru kepada Yohanes Pembaptis (Yoh. 1:40). Tetapi Andreas juga bingung, sehingga keduanya langsung membawanya kepada Tuhan Yesus.
Saudaraku.....
Apa yang terjadi pada diri Filipus dan Andreas adalah gambaran real dari kehidupan banyak orang yang mengklaim dirinya sebagai anak-anak Tuhan. Jujur saya mau mengatakan bahwa sesungguhnya banyak orang yang mempunyai kerinduan untuk mengenal lebih dekat tentang siapa itu Yesus, banyak orang yang tertarik kepada ajaran-ajaran Tuhan Yesus, banyak orang yang merasa kagum terhadap pelayanan Tuhan Yesus; tetapi sangat disayangkan bahwa, mereka yang mengklaim dirinya sebagai pengikut Yesus, anak-anak Tuhan, justru menjadi batu sandungan bagi mereka. Akibatnya mereka semakin jauh dari Tuhan Yesus bahkan menganggap kekristenan itu sebuah kebodohan.
Sangat.....sangat disayangkan, jikalau ladang yang terhampar luas ini, yang hendak dituai sudah menguning, tetapi ternyata para penuai tidak bisa melaksanakan tugasnya untuk menuai. Karena itu mereka main oper sana, oper sini layaknya seperti orang main sepakbola. Emangnya ada orang yang suka dijadikan sebagai bola. Coba saja anda sendiri bayangkan, kalau anda sedang mengurus sesuatu di kantor kecamatan, anda maunya cepat; kalau bisa satu atau dua jam semuanya beres. Ternyata anda sampai di sana harus ngantri untuk ambil nomer panggilan. Setelah itu anda masuk ke salah satu ruang yang ditunjukkan. Sampai di ruang itu, sang pegawai mengatakan: pak/bu, anda salah ruangan. Seharusnya anda di ruangan sebelah. Sampai di ruangan sebelah, tiba-tiba ada yang tanya, pak/bu, mau ngurus apa? O...saya mau ngurus KTP! Ya...maaf ya pak/bu, bapak/ibu harus daftar dulu di depan lalu besok ibu datang lagi ke sini.
Inilah gaya kekristenan kita sekarang.
Mengapa demikian?.
Karena kita malas bersekutu!
Karena kita malas membaca Alkitab!
Karena kita malas berdoa!
Kita lebih suka ngerumpi!
Kita lebih suka memperdebatkan hal-hal yang sepele!
Kita lebih suka memperdebatkan hal-hal yang teknis!
Kita lebih hebat dalam berdebat tetapi nol dalam action!
Karena itu, jangan salahkan Mahatma Gandhi ketika ia berkata: Aku suka pada Yesusmu, tetapi aku tidak suka pada Kristenmu. Yesus....Yes, Christian....nei.
Tetapi pandanglah kepada Mother Teresa yang sungguh-sungguh mampu menghadirkan Kristus dalam dirinya, sehingga ketika orang mentemu dengannya walau berbeda latar belakang budaya dan agama, namun mereka merasakan perjumpaan dengan Tuhan.
Saudaraku......
Tema kita di Minggu V Pra Paskah adalah: "Ditanam Untuk Berbuah Banyak".
Bagi saya, tema ini sangat menarik dan sekaligus sangat menantang. Sebab persoalan terletak pada "Oknum Yang Menanam". Sangat menarik karena yang menanam dan memberi kemungkinan untuk mengalami pertumbuhan atau kehidupan itu adalah Tuhan sendiri. Siapa yang tidak bangga menjadi milik Tuhan? Siapa yang tidak senang menjadi keluarga Allah? Tetapi tidak hanya menarik saja melainkan juga menantang. Saya katakan sangat menantang karena Tuhan mengharapkan agar apa yang ditanamNya itu harus menghasilkan buah yang baik. Tuntutan untuk menghasilkan buah yang baik itu tidak main-main. Sebab kalau tidak, maka setiap pohon yang tidak menghasilkan buah akan dipotong dan setiap ranting yang tidak berguna akan dipangkas, lalu dibuang dan setelah itu dikumpulkan dan dicampakkan ke dalam api. Tentunya Yes. 5:1-7 sangat tepat untuk menjadi bahan perenungan masing-masing pribadi: "Apakah saya sudah menghasilkan buah anggur yang manis seperti yang dinantikan sang pemilik kebun anggur; ataukah justru saya menghasilkan buah yang asam".
Tema ini justru mengingatkan saya pada ucapan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya:
"Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap (Yoh. 15:16)".
Apa yang mau ditekankan dari ayat ini? Ayat ini mau menekankan bahwa seluruh gerak langkah hidup kita, pikiran kita, pertimbangan kita, keputusan-keputusan atau kehendak-hkehendak batin kita; harus ditaklukkan di bawah otoritas atau kewibawaan Kristus. Dan di sinilah letak salib kita. Kita harus mematikan ego kita, supaya kehidupan bersama dimungkinkan untuk bertumbuh. Inilah yang dikatakan oleh Tuhan Yesus: "Aku berkata kepadamu: sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa menerima nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa yang tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal (Yoh. 12:24-25)".
Memang ayat ini sedikit membingungkan banyak orang; sebab seolah-olah Tuhan Yesus mau mengatakan seperti ini: "Hei...kau you mau hidup, you harus mati dulu". Tetapi bukan seperti itu maksudnya. Yang dimaksudkan oleh Yesus yang sebenarnya adalah sesuatu yang amat real dalam kehidupan kita sehari-hari saat ini. Yesus tahu bahwa dari pengikut-pengikutNya dan juga manusia dunia yang sangat mencintai dirinya, mencintai hartanya, mencintai kekuasaannya, mencintai kedudukannya, mencintai orangtuanya, mencintai sanak saudaranya; sangking mencintai hal-hal seperti itu, mereka sangat sulit untuk menyatakan komitment ketika Yesus mengatakan "IKUTLAH AKU". Tentu mengikut Yesus dengan cara: "Menyangkal diri dan memikul salib". Manusia sekarang ini kalau sudah merasa nyaman dengan keadaannya, maka persoalan Spiritual; hubungannya dengan Tuhan tidak dipandang sebagai hal yang prinsip.
Ya....ketika kehidupan spiritual tidak lagi menjadi hal yang prinsip, maka seseorang akan memiliki sikap yang demikian: lebih baik ia kehilangan keyakinannya dari pada kehilangan istri yang cakap atau suami yang ganteng. Lebih baik ia kehilangan keyakinannya daripada kehilangan kedudukan dan kekuasaan. Lebih baik ia kehilangan keyakinannya daripada kehilangan pekerjaan. Lebih baik ia kehilangan keyakinannya daripada kehilangan hartanya. Lebih baik ia kehilangan keyakinannya daripada kehilangan hpnya, androidnya, tabnya, dan lain-lain sebagainya.
Hidup ini memang berharga bahkan sangat berharga. Kita memang wajib menjaganya, kita memang wajib memeliharanya. Tetapi persoalannya; hidup ini tidak abadi, tetapi hidup ini hanya sementara. Berharganya hidup bukan ditentukan oleh kemampuan anda mengumpulkan harta, kemampuan anda untuk menjadi orang sukses, mapan, berkuasa, dan lain-lain; tetapi berharganya hidup ketika anda "Telah menjadi berkat bagi orang lain". Itulah gandum yang jatuh dan mati, tetapi kemudian memberikan pertumbuhan yang baru dan menghasilkan buah yang banyak.
Selamat menikmati Minggu V Pra Paskah.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Masale, hari ke-77 tanggal 18 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).
Ringkasan Khotbah Minggu V Pra Paskah.
Disampaikan Dalam Ibadah Raya Jemaat.
Gereja Toraja Jemaat Masale.
Bacaan :
(1). Yeremia 31:31-34.
(2). Ibrani 5:1-10.
(3). Yohanes 12:20-33 (Bahan Utama Khotbah).
"Aku berkata kepadamu: sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal (Yoh. 12:24-25)".
Shalom bagimu.
Semoga hari ini anda mengalami kasih dan berkat Tuhan dari dalam BaitNya.
Saudaraku.....
Ada pertanyaan yang saya mau ajukan buat anda:
Siapakah sesungguhnya Yesus bagi anda?.
Apa yang spesial pada Yesus sehingga anda mempercayai Dia dan anda menyebutNya sebagai Tuhan dan Juruselamat anda?.
Dari semua saudara yang hadir saat ini pastilah mempunyai jawaban masing-masing yang tentunya berbeda satu dengan yang lain. Dan bisa jadi masing-masing akan mengklaim bahwa jawabannyalah yang benar dan yang lainnya itu salah.
Saya memastikan bahwa kondisi seperti inilah yang sedang dialami oleh murid-murid Tuhan Yesus ketika orang-orang Yunani datang kepada mereka untuk bertemu dengan Tuhan Yesus.
Sedikit penjelasan tentang orang Yunani, khususnya orang-orang Yunani Kuno. Mereka terkenal sebagai orang-orang yang mempunyai dorongan batin yang sungguh sangat luar-biasa dalam kaitan dengan pencarian apa yang disebut "Sofia atau Hikmat". Mereka adalah bangsa yang sangat menggandrungi atau mencintai, -(Mencintai =Filos)-, apa yang disebut Sofia. Karena itu, orang-orang Yunani terkenal sebagai ahli-ahli Filsafat; contohnya: Plato, Aristoteles, Socrates, Heraklitus, Thales, Anaximandros, Anaximenes, Pythagoras, Gorgias, Empedokles, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Dan kebiasan bagi orang-orang Yunani adalah mereka pertama-tama bertanya kepada salah seorang murid dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti:
Siapa sesungguhnya guru anda?.
Apa yang spesial pada guru anda sehingga anda mau menjadi muridnya?.
Apa faedah yang sudah anda dapatkan selama anda menjadi murid dari sang guru?.
Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang lain. Dan jika sang murid mampu menjawab dengan baik pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa guru mereka sangat hebat.
Karena itu, dalam ayat 21-22 dikatakan bahwa mereka mula-mula datang kepada Filipus.
Mengapa mereka datang kepada Filipus?.
Mengapa tidak langsung saja datang kepada Yesus?.
O...ternyata nama Filipus itu adalah nama Yunani. Karena itu sangkaan mereka bahwa Filipus itu orang Yunani dan karena itu mereka semakin tertarik bahwa ada seorang Yunani yang menjadi murid Tuhan Yesus; padahal belum tentu Filipus murid Yesus ini seorang Yunani. Sama saja ketika ada orang Jawa yang datang ke Toraja lalu tiba-tiba bertemu dengan seorang yang bernama Manto atau So' Manto, tanpa bertanya bla-bla-bla, ia langsung menarik kesimpulan bahwa Manto atau So' Manto itu pasti orang Jawa, padahal nama lengkapnya: Manto Tulak Langit Kombong Kila'.
Itulah sebabnya, ketika mereka datang kepada Filipus lalu bertanya ini dan itu, Filipus jadi bingung. Filipus tidak bisa memberi jawaban atas pertanyaan mereka. Karena bingung untuk memberi jawab, maka Filipus membawanya kepada Andreas. Tentu Filipus juga menarik kesimpulan bahwa Andreas akan mampu memberi pemahaman kepada mereka, sebab Andreas sendiri sudah melanglang-buana untuk berguru. Bukankah sebelum Andreas menjadi murid Tuhan Yesus, Andreas telah berguru kepada Yohanes Pembaptis (Yoh. 1:40). Tetapi Andreas juga bingung, sehingga keduanya langsung membawanya kepada Tuhan Yesus.
Saudaraku.....
Apa yang terjadi pada diri Filipus dan Andreas adalah gambaran real dari kehidupan banyak orang yang mengklaim dirinya sebagai anak-anak Tuhan. Jujur saya mau mengatakan bahwa sesungguhnya banyak orang yang mempunyai kerinduan untuk mengenal lebih dekat tentang siapa itu Yesus, banyak orang yang tertarik kepada ajaran-ajaran Tuhan Yesus, banyak orang yang merasa kagum terhadap pelayanan Tuhan Yesus; tetapi sangat disayangkan bahwa, mereka yang mengklaim dirinya sebagai pengikut Yesus, anak-anak Tuhan, justru menjadi batu sandungan bagi mereka. Akibatnya mereka semakin jauh dari Tuhan Yesus bahkan menganggap kekristenan itu sebuah kebodohan.
Sangat.....sangat disayangkan, jikalau ladang yang terhampar luas ini, yang hendak dituai sudah menguning, tetapi ternyata para penuai tidak bisa melaksanakan tugasnya untuk menuai. Karena itu mereka main oper sana, oper sini layaknya seperti orang main sepakbola. Emangnya ada orang yang suka dijadikan sebagai bola. Coba saja anda sendiri bayangkan, kalau anda sedang mengurus sesuatu di kantor kecamatan, anda maunya cepat; kalau bisa satu atau dua jam semuanya beres. Ternyata anda sampai di sana harus ngantri untuk ambil nomer panggilan. Setelah itu anda masuk ke salah satu ruang yang ditunjukkan. Sampai di ruang itu, sang pegawai mengatakan: pak/bu, anda salah ruangan. Seharusnya anda di ruangan sebelah. Sampai di ruangan sebelah, tiba-tiba ada yang tanya, pak/bu, mau ngurus apa? O...saya mau ngurus KTP! Ya...maaf ya pak/bu, bapak/ibu harus daftar dulu di depan lalu besok ibu datang lagi ke sini.
Inilah gaya kekristenan kita sekarang.
Mengapa demikian?.
Karena kita malas bersekutu!
Karena kita malas membaca Alkitab!
Karena kita malas berdoa!
Kita lebih suka ngerumpi!
Kita lebih suka memperdebatkan hal-hal yang sepele!
Kita lebih suka memperdebatkan hal-hal yang teknis!
Kita lebih hebat dalam berdebat tetapi nol dalam action!
Karena itu, jangan salahkan Mahatma Gandhi ketika ia berkata: Aku suka pada Yesusmu, tetapi aku tidak suka pada Kristenmu. Yesus....Yes, Christian....nei.
Tetapi pandanglah kepada Mother Teresa yang sungguh-sungguh mampu menghadirkan Kristus dalam dirinya, sehingga ketika orang mentemu dengannya walau berbeda latar belakang budaya dan agama, namun mereka merasakan perjumpaan dengan Tuhan.
Saudaraku......
Tema kita di Minggu V Pra Paskah adalah: "Ditanam Untuk Berbuah Banyak".
Bagi saya, tema ini sangat menarik dan sekaligus sangat menantang. Sebab persoalan terletak pada "Oknum Yang Menanam". Sangat menarik karena yang menanam dan memberi kemungkinan untuk mengalami pertumbuhan atau kehidupan itu adalah Tuhan sendiri. Siapa yang tidak bangga menjadi milik Tuhan? Siapa yang tidak senang menjadi keluarga Allah? Tetapi tidak hanya menarik saja melainkan juga menantang. Saya katakan sangat menantang karena Tuhan mengharapkan agar apa yang ditanamNya itu harus menghasilkan buah yang baik. Tuntutan untuk menghasilkan buah yang baik itu tidak main-main. Sebab kalau tidak, maka setiap pohon yang tidak menghasilkan buah akan dipotong dan setiap ranting yang tidak berguna akan dipangkas, lalu dibuang dan setelah itu dikumpulkan dan dicampakkan ke dalam api. Tentunya Yes. 5:1-7 sangat tepat untuk menjadi bahan perenungan masing-masing pribadi: "Apakah saya sudah menghasilkan buah anggur yang manis seperti yang dinantikan sang pemilik kebun anggur; ataukah justru saya menghasilkan buah yang asam".
Tema ini justru mengingatkan saya pada ucapan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya:
"Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap (Yoh. 15:16)".
Apa yang mau ditekankan dari ayat ini? Ayat ini mau menekankan bahwa seluruh gerak langkah hidup kita, pikiran kita, pertimbangan kita, keputusan-keputusan atau kehendak-hkehendak batin kita; harus ditaklukkan di bawah otoritas atau kewibawaan Kristus. Dan di sinilah letak salib kita. Kita harus mematikan ego kita, supaya kehidupan bersama dimungkinkan untuk bertumbuh. Inilah yang dikatakan oleh Tuhan Yesus: "Aku berkata kepadamu: sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa menerima nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa yang tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal (Yoh. 12:24-25)".
Memang ayat ini sedikit membingungkan banyak orang; sebab seolah-olah Tuhan Yesus mau mengatakan seperti ini: "Hei...kau you mau hidup, you harus mati dulu". Tetapi bukan seperti itu maksudnya. Yang dimaksudkan oleh Yesus yang sebenarnya adalah sesuatu yang amat real dalam kehidupan kita sehari-hari saat ini. Yesus tahu bahwa dari pengikut-pengikutNya dan juga manusia dunia yang sangat mencintai dirinya, mencintai hartanya, mencintai kekuasaannya, mencintai kedudukannya, mencintai orangtuanya, mencintai sanak saudaranya; sangking mencintai hal-hal seperti itu, mereka sangat sulit untuk menyatakan komitment ketika Yesus mengatakan "IKUTLAH AKU". Tentu mengikut Yesus dengan cara: "Menyangkal diri dan memikul salib". Manusia sekarang ini kalau sudah merasa nyaman dengan keadaannya, maka persoalan Spiritual; hubungannya dengan Tuhan tidak dipandang sebagai hal yang prinsip.
Ya....ketika kehidupan spiritual tidak lagi menjadi hal yang prinsip, maka seseorang akan memiliki sikap yang demikian: lebih baik ia kehilangan keyakinannya dari pada kehilangan istri yang cakap atau suami yang ganteng. Lebih baik ia kehilangan keyakinannya daripada kehilangan kedudukan dan kekuasaan. Lebih baik ia kehilangan keyakinannya daripada kehilangan pekerjaan. Lebih baik ia kehilangan keyakinannya daripada kehilangan hartanya. Lebih baik ia kehilangan keyakinannya daripada kehilangan hpnya, androidnya, tabnya, dan lain-lain sebagainya.
Hidup ini memang berharga bahkan sangat berharga. Kita memang wajib menjaganya, kita memang wajib memeliharanya. Tetapi persoalannya; hidup ini tidak abadi, tetapi hidup ini hanya sementara. Berharganya hidup bukan ditentukan oleh kemampuan anda mengumpulkan harta, kemampuan anda untuk menjadi orang sukses, mapan, berkuasa, dan lain-lain; tetapi berharganya hidup ketika anda "Telah menjadi berkat bagi orang lain". Itulah gandum yang jatuh dan mati, tetapi kemudian memberikan pertumbuhan yang baru dan menghasilkan buah yang banyak.
Selamat menikmati Minggu V Pra Paskah.
Tuhan Yesus memberkatimu.
Amin...Amin...Amin...
ReplyDeleteTrima kasih atas refleksinya.
TYM .
Amin.
ReplyDelete