Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-78 tanggal 19 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-29 Masa Pra Paskah.
Bacaan : Lukas 17:11-19.
"Lalu Yesus berkata: Bukankah kesepuluh orang tadi sudah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini? (Luk. 17:17-18)".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Kiranya hari ini hidup anda diberkati.
Adalah sebuah kisah yang dialami oleh saudara John, dan ia sudah sangat pusing untuk mencari jalan keluarnya. Hari ini, John masuk kerja, namun wajahnya tampak kusut. Tidak seperti biasanya, hari ini John seperti tidak memiliki semangat kerja sebagaimana biasanya yang dia tunjukkan kepada bossnya dan teman-teman di kantornya. Hal ini membuat si boss memanggil John untuk menanyakan kondisinya.
Mr. X : Loh...John! Kenapa koq kamu hari ini kelihatannya murung? Kamu sakit ya..?.
John : Tidak boss, tetapi rasanya hari ini aku lagi apes!.
Mr. X : Emangnya kamu kenapa?.
John : Anakku sakit parah! Aku pusing mau dapat duit dari mana untuk bayar rumah sakit!.
Mr. X : Apa engkau sudah usahakan untuk minjam ke saudaramu?.
John : Gimana ya boss...saudara aku juga orang kurang mampu. Makan aja nggak cukup.
Mr. X : Okey...besok kamu bawa anakmu ke rumah sakit. Kamu tidak usah pusing biayanya.
John : (Sambil mencium tangan si boss)....terima kasih boss. Boss memang orang baik.
Sepenggal dialog di atas hanyalah sebuah pengantar untuk memahami bahwa betapa tak beretikanya jika kita telah ditolong oleh seseorang namun kita tidak tahu untuk menyatakan terima kasih kepada yang bersangkutan. Terlebih dalam kaitan dengan kehidupan spiritual kita yang jujur kita harus akui bahwa Tuhan itu sungguh baik bagi kita semua. Kasih dak kebaikanNya selalu kita alami dan kita terima di setiap desah nafas kehidupan ini.
Saudaraku...
Siapapun anda, tentulah sejak anda kecil telah diajarkan oleh orangtua anda untuk mengucapkan terima kasih setiap kali anda menerima pemberian entah itu dari orangtua, dari saudara ataupun dari orang lain. Menyatakan dan atau menyampaikan ungkapan "TERIMA KASIH" adalah pelajaran etika pertama yang kita terima dari orangtua. Karena kenangan masa kecil itu seolah-olah telah menjadi sebuah tradisi, maka kitapun mewariskan hal demikian kepada anak-anak bahkan cucu-cucu kita, terlebih-lebih dalam konteks dunia yang semakin keras dengan pergulatan dan persaingan demi mempertahankan kehidupan. Karena itu, ketika seseorang menerima sesuatu pemberian lalu tidak mengucapkan terima kasih, maka bagi saya itu adalah sebuah tontonan yang tidak beretika. Apalagi jika seseorang yang menerima pemberian itu dalam kondisi yang tidak menguntungkan; katakanlah bahwa ia sakit parah dan tidak punya biaya untuk pengobatan, ataupun mengalami insiden kecelakaan yang mengharuskan ia mendapatkan pertolongan pertama sebelum dilarikan ke rumah sakit, dan yang lainnya, maka adalah sesuatu yang melawan norma jika ia tidak mengucapkan terima kasih kepada orang yang menolongnya.
Betapa sangat disayangkan bahwa ternyata masih saja ada orang yang tidak tahu berterima kasih. Masih saja ada orang yang ditolong malah menodong orang yang menolongnya, atau ada juga orang yang ditolong tetapi malah menggonggong kepada orang yang menolongnya. Singkatnya bahwa masih saja ada orang yang tidak tahu menyatakan terima kasih saat ia sudah ditolong. Dalam konteks inilah maka kita mau merenungkan firman Tuhan tentang kesepuluh orang kusta yang telah menerima sebuah pemberian yang sungguh sangat luar biasa; sebuah pemberian yang betul-betul mengubah jalan hidup mereka, dari orang-orang yang dipinggirkan dan disingkirkan bahkan di mata orang banyak, hidup mereka tidak memiliki arti lagi. Tetapi peristiwa perjumpaan dengan Tuhan Yesus sungguh telah mengembalikan harkat dan martabat mereka.
Saudaraku....
Saya hanya membayangkan bagaimana perlakuan masyarakat umum pada zaman Tuhan Yesus bahkan pada zaman sekarang ini terhadap orang yang menderita kusta. Penyakit ini dianggap sebagai penyakit kutukan dan mustahil dapat disembuhkan. Untuk menyatakan bahwa yang bersangkutan itu sudah sembuh, mereka harus mendapat legalisasi dari mahkamah agama. Itulah sebabnya, mereka yang mengalami penyakit semacam ini harus disingkirkan atau mereka harus hidup terisolir dari masyarakat umum. Karena itu kita dapat pahami bahwa kesepuluh orang kusta ini memang sengaja diisolasi di suatu daerah ("Perbatasan") dan tentu bagi masyarakat umum berusaha menghindari wilayah tersebut.
Tetapi Yesus justru memilih jalan yang selama ini dihindari orang. Yesus memilih jalan yang tidak biasa, sebuah jalan yang dipandang najis bagi orang lain. Karena itu, betapa beruntungnya ke sepuluh orang kusta ini. Selama ini mereka dihindari orang, tetapi sekarang mereka dimungkinkan berjumpa dengan seseorang yang akan mengubah seluruh jalan kehidupan mereka. Itulah sebabnya walaupun mereka sadar akan kondisi mereka yang tidak boleh berdekatan apalagi bersentuhan dengan orang lain, cukuplah bagi mereka untuk berdiri agak jauh, mereka berusaha untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dan secara serempak mereka berseru: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!: (Luk. 17:13)". Yesus pun tak perlu mendekati mereka, tetapi Ia menantang iman mereka untuk segera pergi memperlihatkan diri mereka kepada imam-imam. Jika mereka tidak memiliki iman bahwa yang memerintah mereka untuk pergi adalah Tuhan, maka mereka tidak akan mengalami kesembuhan. Tetapi iman mereka sungguh berkobar saat mendengar ucapan Tuhan Yesus, mereka bersegera pergi dan seketika itu pula mereka menjadi tahir/sembuh.
Saudaraku...
Sekiranya anda dan saya adalah salah seorang dari kesepuluh orang kusta tersebut, maka betapa bahagianya anda dan saya. Hidup yang tak berarti diubah menjadi berarti karena perjumpaan dengan Tuhan. Hidup yang tak bernilai apa-apa kini diubah menjadi sangat bernilai karena perjumpaan dengan Tuhan. Tetapi fakta menyatakan bahwa niat atau tindakan untuk merespons perbuatan Allah yang begitu dahsyat dalam kehidupan kita ternyata sangat kecil. Saya malah berpikir bahwa mungkin saja "Tali Rasa Bersyukur kita telah terputus". Seperti kesepuluh orang kusta itu, hanya seorang saja yang datang tersungkur di kaki Yesus dan dengan suara nyaring memuliakan Allah. Dan miris bagi saya, karena yang bersangkutan adalah orang asing atau orang yang dicap "KAFIR" oleh kaum Yahudi. Lalu di manakah mereka yang mengklaim diri sebagai orang yang percaya. Dan inilah realitas yang selalu saya jumpai dalam pelayanan bahwa banyak orang yang notabene BUKAN KRISTEN yang tahu menyatakan ungkapan syukur dari ketulusan hati mereka dibandingkan mereka yang menyebut dirinya KRISTEN.
Sulitkan bagi anda untuk menyatakan syukur kepada Tuhan?.
Apa sesungguhnya yang membuat hati anda begitu dingin untuk bersyukur kepada Tuhan?.
Saya hanya mau mengantar anda untuk menyadari bahwa betapa jahatnya hati manusia yang tidak mau dan tidak tahu bersyukur kepada Tuhan.
Katakanlah bahwa (contoh konkrit):
Nafas hidup ini sangat mahal, bukan?.
Dan tentu anda sendiri tahu bahwa yang empunya nafas hidup ini adalah Tuhan, bukan?.
Sekali lagi saya mau katakan bahwa saya sungguh percaya bahwa saudara mengerti betapa mahalnya nafas hidup ini dan anda tidak bisa membelinya ketika nafas hidup itu dihitung dengan nilai uang. Saya percaya bahwa anda pasti geleng kepala sebab hal tersebut tidak sebanding sekalipun ditukar dengan seluruh isi dunia ini.
Lebih-lebih lagi jika saya berbicara tentang "Keselamatan Tubuh, Jiwa dan Roh" kita.
Semua orang sangat merindukan keselamatan tersebut dan saya percaya bahwa anda pun sangat merindukannya. Dan bagi anda yang mengklaim diri sebagai orang percaya atau anak-anak Tuhan, tentu anda tahu betapa mahanyal harga yang harus dibayar untuk keselamatan itu. Dan tidak ada satu pun manusia dalam dunia ini, malaikat pun, tidak! yang dapat membayar harga dari keselamatan itu. Hanya Tuhan yang bisa membelinya, yakni dengan "Mengorbankan DiriNya sendiri". Ya...keselamatan yang diberikan Tuhan kepada anda sangat mahal, yakni dengan pengorbanan Tuhan Yesus di atas Golguta. Jadi bukan anda yang membeli keselamatan itu, tetapi Tuhan sendiri yang membelinya lalu memberikannya kepada anda dan saya.
Seperti itulah bayangan saya mengapa hanya segelintir orang saja yang sadar bahwa dirinya telah dipulihkan lalu menyatakan tanda syukurnya kepada Tuhan. Saya berpikir bahwa memang "Tali Rasa untuk mengalami dan merasakan berkat Tuhan" pada setiap orang itu sangat besar, tetapi sangat disayangkan bahwa "Tali Rasa untuk menyatakan syukur atas berkat Tuhan" sangat kecil, tipis bahkan terputus. Dan saya bisa bayangkan betapa sakitnya hati Sang Pemberi Berkat, ketika melihat kenyataan bahwa justru mereka yang selama ini dicap "KAFIR", merekalah yang tahu arti "Mensyukuri Kebaikan Tuhan" dibandingkan mereka yang menyebut dirinya "Orang Beriman" atau "Anak-anak Tuhan" namun sama sekali tidak tahu bersikap untuk menyatakan syukurnya di hadapan Tuhan.
Karena itu, nyatakanlah syukurmu kepada Tuhan dari ketulusan hati.
Bersyukurlah kepadaNya dalam segala hal, sebab itulah yang berkenan kepadaNya.
Selamat bercensura morum.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Masale, hari ke-78 tanggal 19 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-29 Masa Pra Paskah.
Bacaan : Lukas 17:11-19.
"Lalu Yesus berkata: Bukankah kesepuluh orang tadi sudah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini? (Luk. 17:17-18)".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Kiranya hari ini hidup anda diberkati.
Adalah sebuah kisah yang dialami oleh saudara John, dan ia sudah sangat pusing untuk mencari jalan keluarnya. Hari ini, John masuk kerja, namun wajahnya tampak kusut. Tidak seperti biasanya, hari ini John seperti tidak memiliki semangat kerja sebagaimana biasanya yang dia tunjukkan kepada bossnya dan teman-teman di kantornya. Hal ini membuat si boss memanggil John untuk menanyakan kondisinya.
Mr. X : Loh...John! Kenapa koq kamu hari ini kelihatannya murung? Kamu sakit ya..?.
John : Tidak boss, tetapi rasanya hari ini aku lagi apes!.
Mr. X : Emangnya kamu kenapa?.
John : Anakku sakit parah! Aku pusing mau dapat duit dari mana untuk bayar rumah sakit!.
Mr. X : Apa engkau sudah usahakan untuk minjam ke saudaramu?.
John : Gimana ya boss...saudara aku juga orang kurang mampu. Makan aja nggak cukup.
Mr. X : Okey...besok kamu bawa anakmu ke rumah sakit. Kamu tidak usah pusing biayanya.
John : (Sambil mencium tangan si boss)....terima kasih boss. Boss memang orang baik.
Sepenggal dialog di atas hanyalah sebuah pengantar untuk memahami bahwa betapa tak beretikanya jika kita telah ditolong oleh seseorang namun kita tidak tahu untuk menyatakan terima kasih kepada yang bersangkutan. Terlebih dalam kaitan dengan kehidupan spiritual kita yang jujur kita harus akui bahwa Tuhan itu sungguh baik bagi kita semua. Kasih dak kebaikanNya selalu kita alami dan kita terima di setiap desah nafas kehidupan ini.
Saudaraku...
Siapapun anda, tentulah sejak anda kecil telah diajarkan oleh orangtua anda untuk mengucapkan terima kasih setiap kali anda menerima pemberian entah itu dari orangtua, dari saudara ataupun dari orang lain. Menyatakan dan atau menyampaikan ungkapan "TERIMA KASIH" adalah pelajaran etika pertama yang kita terima dari orangtua. Karena kenangan masa kecil itu seolah-olah telah menjadi sebuah tradisi, maka kitapun mewariskan hal demikian kepada anak-anak bahkan cucu-cucu kita, terlebih-lebih dalam konteks dunia yang semakin keras dengan pergulatan dan persaingan demi mempertahankan kehidupan. Karena itu, ketika seseorang menerima sesuatu pemberian lalu tidak mengucapkan terima kasih, maka bagi saya itu adalah sebuah tontonan yang tidak beretika. Apalagi jika seseorang yang menerima pemberian itu dalam kondisi yang tidak menguntungkan; katakanlah bahwa ia sakit parah dan tidak punya biaya untuk pengobatan, ataupun mengalami insiden kecelakaan yang mengharuskan ia mendapatkan pertolongan pertama sebelum dilarikan ke rumah sakit, dan yang lainnya, maka adalah sesuatu yang melawan norma jika ia tidak mengucapkan terima kasih kepada orang yang menolongnya.
Betapa sangat disayangkan bahwa ternyata masih saja ada orang yang tidak tahu berterima kasih. Masih saja ada orang yang ditolong malah menodong orang yang menolongnya, atau ada juga orang yang ditolong tetapi malah menggonggong kepada orang yang menolongnya. Singkatnya bahwa masih saja ada orang yang tidak tahu menyatakan terima kasih saat ia sudah ditolong. Dalam konteks inilah maka kita mau merenungkan firman Tuhan tentang kesepuluh orang kusta yang telah menerima sebuah pemberian yang sungguh sangat luar biasa; sebuah pemberian yang betul-betul mengubah jalan hidup mereka, dari orang-orang yang dipinggirkan dan disingkirkan bahkan di mata orang banyak, hidup mereka tidak memiliki arti lagi. Tetapi peristiwa perjumpaan dengan Tuhan Yesus sungguh telah mengembalikan harkat dan martabat mereka.
Saudaraku....
Saya hanya membayangkan bagaimana perlakuan masyarakat umum pada zaman Tuhan Yesus bahkan pada zaman sekarang ini terhadap orang yang menderita kusta. Penyakit ini dianggap sebagai penyakit kutukan dan mustahil dapat disembuhkan. Untuk menyatakan bahwa yang bersangkutan itu sudah sembuh, mereka harus mendapat legalisasi dari mahkamah agama. Itulah sebabnya, mereka yang mengalami penyakit semacam ini harus disingkirkan atau mereka harus hidup terisolir dari masyarakat umum. Karena itu kita dapat pahami bahwa kesepuluh orang kusta ini memang sengaja diisolasi di suatu daerah ("Perbatasan") dan tentu bagi masyarakat umum berusaha menghindari wilayah tersebut.
Tetapi Yesus justru memilih jalan yang selama ini dihindari orang. Yesus memilih jalan yang tidak biasa, sebuah jalan yang dipandang najis bagi orang lain. Karena itu, betapa beruntungnya ke sepuluh orang kusta ini. Selama ini mereka dihindari orang, tetapi sekarang mereka dimungkinkan berjumpa dengan seseorang yang akan mengubah seluruh jalan kehidupan mereka. Itulah sebabnya walaupun mereka sadar akan kondisi mereka yang tidak boleh berdekatan apalagi bersentuhan dengan orang lain, cukuplah bagi mereka untuk berdiri agak jauh, mereka berusaha untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dan secara serempak mereka berseru: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!: (Luk. 17:13)". Yesus pun tak perlu mendekati mereka, tetapi Ia menantang iman mereka untuk segera pergi memperlihatkan diri mereka kepada imam-imam. Jika mereka tidak memiliki iman bahwa yang memerintah mereka untuk pergi adalah Tuhan, maka mereka tidak akan mengalami kesembuhan. Tetapi iman mereka sungguh berkobar saat mendengar ucapan Tuhan Yesus, mereka bersegera pergi dan seketika itu pula mereka menjadi tahir/sembuh.
Saudaraku...
Sekiranya anda dan saya adalah salah seorang dari kesepuluh orang kusta tersebut, maka betapa bahagianya anda dan saya. Hidup yang tak berarti diubah menjadi berarti karena perjumpaan dengan Tuhan. Hidup yang tak bernilai apa-apa kini diubah menjadi sangat bernilai karena perjumpaan dengan Tuhan. Tetapi fakta menyatakan bahwa niat atau tindakan untuk merespons perbuatan Allah yang begitu dahsyat dalam kehidupan kita ternyata sangat kecil. Saya malah berpikir bahwa mungkin saja "Tali Rasa Bersyukur kita telah terputus". Seperti kesepuluh orang kusta itu, hanya seorang saja yang datang tersungkur di kaki Yesus dan dengan suara nyaring memuliakan Allah. Dan miris bagi saya, karena yang bersangkutan adalah orang asing atau orang yang dicap "KAFIR" oleh kaum Yahudi. Lalu di manakah mereka yang mengklaim diri sebagai orang yang percaya. Dan inilah realitas yang selalu saya jumpai dalam pelayanan bahwa banyak orang yang notabene BUKAN KRISTEN yang tahu menyatakan ungkapan syukur dari ketulusan hati mereka dibandingkan mereka yang menyebut dirinya KRISTEN.
Sulitkan bagi anda untuk menyatakan syukur kepada Tuhan?.
Apa sesungguhnya yang membuat hati anda begitu dingin untuk bersyukur kepada Tuhan?.
Saya hanya mau mengantar anda untuk menyadari bahwa betapa jahatnya hati manusia yang tidak mau dan tidak tahu bersyukur kepada Tuhan.
Katakanlah bahwa (contoh konkrit):
Nafas hidup ini sangat mahal, bukan?.
Dan tentu anda sendiri tahu bahwa yang empunya nafas hidup ini adalah Tuhan, bukan?.
Sekali lagi saya mau katakan bahwa saya sungguh percaya bahwa saudara mengerti betapa mahalnya nafas hidup ini dan anda tidak bisa membelinya ketika nafas hidup itu dihitung dengan nilai uang. Saya percaya bahwa anda pasti geleng kepala sebab hal tersebut tidak sebanding sekalipun ditukar dengan seluruh isi dunia ini.
Lebih-lebih lagi jika saya berbicara tentang "Keselamatan Tubuh, Jiwa dan Roh" kita.
Semua orang sangat merindukan keselamatan tersebut dan saya percaya bahwa anda pun sangat merindukannya. Dan bagi anda yang mengklaim diri sebagai orang percaya atau anak-anak Tuhan, tentu anda tahu betapa mahanyal harga yang harus dibayar untuk keselamatan itu. Dan tidak ada satu pun manusia dalam dunia ini, malaikat pun, tidak! yang dapat membayar harga dari keselamatan itu. Hanya Tuhan yang bisa membelinya, yakni dengan "Mengorbankan DiriNya sendiri". Ya...keselamatan yang diberikan Tuhan kepada anda sangat mahal, yakni dengan pengorbanan Tuhan Yesus di atas Golguta. Jadi bukan anda yang membeli keselamatan itu, tetapi Tuhan sendiri yang membelinya lalu memberikannya kepada anda dan saya.
Seperti itulah bayangan saya mengapa hanya segelintir orang saja yang sadar bahwa dirinya telah dipulihkan lalu menyatakan tanda syukurnya kepada Tuhan. Saya berpikir bahwa memang "Tali Rasa untuk mengalami dan merasakan berkat Tuhan" pada setiap orang itu sangat besar, tetapi sangat disayangkan bahwa "Tali Rasa untuk menyatakan syukur atas berkat Tuhan" sangat kecil, tipis bahkan terputus. Dan saya bisa bayangkan betapa sakitnya hati Sang Pemberi Berkat, ketika melihat kenyataan bahwa justru mereka yang selama ini dicap "KAFIR", merekalah yang tahu arti "Mensyukuri Kebaikan Tuhan" dibandingkan mereka yang menyebut dirinya "Orang Beriman" atau "Anak-anak Tuhan" namun sama sekali tidak tahu bersikap untuk menyatakan syukurnya di hadapan Tuhan.
Karena itu, nyatakanlah syukurmu kepada Tuhan dari ketulusan hati.
Bersyukurlah kepadaNya dalam segala hal, sebab itulah yang berkenan kepadaNya.
Selamat bercensura morum.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.
Amin.
ReplyDelete