Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-82 tanggal 23 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-33 Masa Pra Paskah.
Bacaan : 1 Petrus 4:12-19.
"Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh Kemuliaan yaitu Roh Allah ada padamu (1 Ptr. 4:14)".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hidup anda diberkati Tuhan.
Saudaraku....
Nilai sebuah barang sangat ditentukan oleh kerumitan dalam membentuknya. Semakin rumit pengerjaannya maka semakin mahal harganya, demikian pula sebaliknya; semakin mudah membuatnya maka nilainya pun menjadi murah. Tentu anda tahu apa yang disebut Diamond atau berlian. Tingkat kerumitan dari pengerjaannya akan semakin memberi nilai tambah pada berlian tersebut sehingga harganya bisa sampai ratusan juta bahkan milyaran walau benda ini telah dibentuk sangat kecil.
Demikianlah dengan kehidupan manusia. Setiap pribadi, siapapun dia, karekter atau kepribadiannya dibentuk oleh tingkat atau kadar tantangan dan kesulitan dalam menjalani hidup. Semakin pribadi itu rela menerima kenyataan untuk dibentuk oleh kesulitan-kesulitan, maka semakin hari ia akan memperlihatkan kwalitas hidup yang lebih baik. Tetapi jika setiap pribadi hanya mau menerima kemudahan-kemudahan semata, maka kepribadiannya akan labil, gampang bersungut-sungut dan begitu mudah imannya goyah jikalau cobaan hidup datang menerpa.
Saudaraku...
Saya sangat terkesan bahwa Alkitab begitu banyak mengisahkan tentang tokoh-tokoh iman yang sukses meraih kemenangan karena mereka telah melalui ujian kehidupan yang sangat berat dan ketat. Nuh telah melewati ujian yang begitu hebat di tengah kerusakan moral manusia pada zamannya, imannya ditantang untuk membuat bahtera di atas gunung, dan tentu pekerjaan ini di mana manusia adalah pekerjaan yang bodoh seperti menjaring angin. Tetapi semua cemoohan, olok-olokan, dan bahkan tindakan kasar manusia pada zamannya yang menganggapnya sudah gila, dapat dilewatinya, dan karena imannya maka ia dapat menyelamatkan keluarganya dan semua binatang yang ada bersamanya.
Abraham harus melewati beratnya ujian dengan meninggalkan kemapanannya lalu menjadi seorang pengembara yang berpindah-pindah (Nomad) dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Ia juga harus melewati ujian iman melalui penantian yang panjang untuk mendapatkan seorang anak. Ia berhasil lolos dari ujian yang begitu berat dan yang tidak masuk diakal ketika Tuhan justru meminta anak yang dijanjikan itu untuk dijadikan korban bagi Tuhan. Tetapi semua ujian itu dapat dilewati oleh karena imannya tidak goyah sehingga ia disebut "Bapa dari semua orang beriman".
Demikian juga Yakub harus melewati kerasnya tekanan, -(walau itu karena ulahnya sendiri)-, sehingga ia harus lari dari rumah ayahnya. Ia menjadi seorang pengembala kawanan ternak Laban pamannya; ia harus bersabar menanti 7 tahun untuk mendapatkan Rahel. Namun apa yang didapatkan tidak seperti apa yang diinginkannya. 7 tahun berikutnya ia harus menanti sampai Rahel dapat diperistrikannya. Yakub harus jatuh bangun dalam menjalani kehidupan selanjutnya, namun peristiwa di Betel telah meneguhkannya sehingga kesulitan demi kesulitan bisa dilalui dan ia menjadi "Pejuang Allah = Israel".
Pun demikian dengan Yusuf anak Yakub dari Rahel. Ia harus jatuh bangun dalam menjalani hidup, dibuang, dijual, menjadi budak, menjadi orang yang terpenjarakan, menjadi orang yang dilupakan, tetapi pada akhirnya menjadi orang yang berkuasa atas seluruh kerajaan Mesir. Semua cobaan itu dapat ditaklukan karena kesabaran dan karena kesetiaannya kepada Tuhan.
Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh Alkitab, seperti Daud, Ayub, Daniel bersama dengan teman-temannya (Sadrakh, Mesakh dan Abednego), Nehemia dan yang lainnya, yang telah melewati hebatnya tekanan dan kesulitan namun pada akhirnya mereka menjadi pemenang.
Saudaraku...
Tuhan Yesus memperlihatkan kwalitas pelayananNya yang membuat banyak orang menjadi takjub dan kagum, semua itu berawal dari kerasnya tekanan yang dihadapinya. Sebelum Ia menjalankan tugasNya, ia harus menghadapi kerasnya padang gurun, dengan tidak menyentuh sedikitpun makanan atau pun air minum selama 40 hari. Ia harus menghadapi derasnya dan kerasnya cobaan kenikmatan di tengah-tengah situasi diriNya yang sangat membutuhkan kekuatan dan sokongan. Ada kemudahan yang ditawarkan, ada jalan pintas yang ditunjukkan, dan seperti semudah membalikkan telapak tangan, kepadanya disodorkan kekuasaan. Tetapi semua itu ditampikNya, sebab bagi Tuhan Yesus, lebih berharga nilai hidup yang berangkat dari ketakberdayaan namun tetap berjalan maju, dari pada menerima kemudahan dalam hidup namun takluk di bawah kekuasaan Iblis. Sepanjang pelayananNya, Ia harus bergesekan dengan para Farisi dan ahli-ahli Taurat, Ia difitnahkan segala hal yang tidak benar, dan puncaknya adalah penyaliban.
Apakah dengan semua itu maka Tuhan Yesus kalah?.
O...tidak!.
Justru di dalam kelemahanNya, Ia memperoleh dan memberi kekuatan; dan justru di dalam kematianNya, Ia memberi kehidupan yang baru bagi yang percaya. KetaatanNya sampai mati menjadi jalan pemuliaan bagiNya, sehingga kepadaNya diberikan nama di atas segala nama dan hanya di dalam nama Yesuslah, Allah berkenan kepada manusia.
Saudaraku...
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kecenderungan hati manusia pada satu sisi, tidak siap dibentuk oleh Tuhan melalui berbagai kesulitan hidup; tetapi pada sisi yang lain, justru memaksakan kehendak dan keinginannya untuk dipenuhi dan atau dikabulkan oleh Tuhan. Kalau tidak, maka ia akan bertindak menurut kata hatinya. Karena itu, sebagai seorang Kristen, anda harus terus memandang kepada Kristus yang menderita, dan ketika anda harus juga mengalaminya, maka itu adalah kesukacitaan; dibandingkan anda harus menderita karena membunuh, mencuri atau karena berbagai bentuk kejahatan lainnya.
Rasul Petrus melalui perikop bacaan hari ini sangat tegas berbicara tentang hal tersebut di atas. Penderitaan karena nama Yesus, bukanlah sebuah aib bagi orang yang percaya. Justru hal tersebut menjadi batu loncatan bagi anda untuk mencapai puncak kemenangan bersama dengan Yesus yang telah menang itu. Karena itu, jangan pernah merasa malu ketika anda harus menderita karena nama Yesus. Penderitaan itu adalah ujian bagi imanmu untuk membentuk karekter kehidupan anda dari hari ke hari menjadi lebih baik. Dan ketika anda dapat melewati semua ujian iman itu; berbahagialah anda, sebab: "Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu".
Selamat bercensura morum.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Masale, hari ke-82 tanggal 23 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-33 Masa Pra Paskah.
Bacaan : 1 Petrus 4:12-19.
"Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh Kemuliaan yaitu Roh Allah ada padamu (1 Ptr. 4:14)".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hidup anda diberkati Tuhan.
Saudaraku....
Nilai sebuah barang sangat ditentukan oleh kerumitan dalam membentuknya. Semakin rumit pengerjaannya maka semakin mahal harganya, demikian pula sebaliknya; semakin mudah membuatnya maka nilainya pun menjadi murah. Tentu anda tahu apa yang disebut Diamond atau berlian. Tingkat kerumitan dari pengerjaannya akan semakin memberi nilai tambah pada berlian tersebut sehingga harganya bisa sampai ratusan juta bahkan milyaran walau benda ini telah dibentuk sangat kecil.
Demikianlah dengan kehidupan manusia. Setiap pribadi, siapapun dia, karekter atau kepribadiannya dibentuk oleh tingkat atau kadar tantangan dan kesulitan dalam menjalani hidup. Semakin pribadi itu rela menerima kenyataan untuk dibentuk oleh kesulitan-kesulitan, maka semakin hari ia akan memperlihatkan kwalitas hidup yang lebih baik. Tetapi jika setiap pribadi hanya mau menerima kemudahan-kemudahan semata, maka kepribadiannya akan labil, gampang bersungut-sungut dan begitu mudah imannya goyah jikalau cobaan hidup datang menerpa.
Saudaraku...
Saya sangat terkesan bahwa Alkitab begitu banyak mengisahkan tentang tokoh-tokoh iman yang sukses meraih kemenangan karena mereka telah melalui ujian kehidupan yang sangat berat dan ketat. Nuh telah melewati ujian yang begitu hebat di tengah kerusakan moral manusia pada zamannya, imannya ditantang untuk membuat bahtera di atas gunung, dan tentu pekerjaan ini di mana manusia adalah pekerjaan yang bodoh seperti menjaring angin. Tetapi semua cemoohan, olok-olokan, dan bahkan tindakan kasar manusia pada zamannya yang menganggapnya sudah gila, dapat dilewatinya, dan karena imannya maka ia dapat menyelamatkan keluarganya dan semua binatang yang ada bersamanya.
Abraham harus melewati beratnya ujian dengan meninggalkan kemapanannya lalu menjadi seorang pengembara yang berpindah-pindah (Nomad) dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Ia juga harus melewati ujian iman melalui penantian yang panjang untuk mendapatkan seorang anak. Ia berhasil lolos dari ujian yang begitu berat dan yang tidak masuk diakal ketika Tuhan justru meminta anak yang dijanjikan itu untuk dijadikan korban bagi Tuhan. Tetapi semua ujian itu dapat dilewati oleh karena imannya tidak goyah sehingga ia disebut "Bapa dari semua orang beriman".
Demikian juga Yakub harus melewati kerasnya tekanan, -(walau itu karena ulahnya sendiri)-, sehingga ia harus lari dari rumah ayahnya. Ia menjadi seorang pengembala kawanan ternak Laban pamannya; ia harus bersabar menanti 7 tahun untuk mendapatkan Rahel. Namun apa yang didapatkan tidak seperti apa yang diinginkannya. 7 tahun berikutnya ia harus menanti sampai Rahel dapat diperistrikannya. Yakub harus jatuh bangun dalam menjalani kehidupan selanjutnya, namun peristiwa di Betel telah meneguhkannya sehingga kesulitan demi kesulitan bisa dilalui dan ia menjadi "Pejuang Allah = Israel".
Pun demikian dengan Yusuf anak Yakub dari Rahel. Ia harus jatuh bangun dalam menjalani hidup, dibuang, dijual, menjadi budak, menjadi orang yang terpenjarakan, menjadi orang yang dilupakan, tetapi pada akhirnya menjadi orang yang berkuasa atas seluruh kerajaan Mesir. Semua cobaan itu dapat ditaklukan karena kesabaran dan karena kesetiaannya kepada Tuhan.
Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh Alkitab, seperti Daud, Ayub, Daniel bersama dengan teman-temannya (Sadrakh, Mesakh dan Abednego), Nehemia dan yang lainnya, yang telah melewati hebatnya tekanan dan kesulitan namun pada akhirnya mereka menjadi pemenang.
Saudaraku...
Tuhan Yesus memperlihatkan kwalitas pelayananNya yang membuat banyak orang menjadi takjub dan kagum, semua itu berawal dari kerasnya tekanan yang dihadapinya. Sebelum Ia menjalankan tugasNya, ia harus menghadapi kerasnya padang gurun, dengan tidak menyentuh sedikitpun makanan atau pun air minum selama 40 hari. Ia harus menghadapi derasnya dan kerasnya cobaan kenikmatan di tengah-tengah situasi diriNya yang sangat membutuhkan kekuatan dan sokongan. Ada kemudahan yang ditawarkan, ada jalan pintas yang ditunjukkan, dan seperti semudah membalikkan telapak tangan, kepadanya disodorkan kekuasaan. Tetapi semua itu ditampikNya, sebab bagi Tuhan Yesus, lebih berharga nilai hidup yang berangkat dari ketakberdayaan namun tetap berjalan maju, dari pada menerima kemudahan dalam hidup namun takluk di bawah kekuasaan Iblis. Sepanjang pelayananNya, Ia harus bergesekan dengan para Farisi dan ahli-ahli Taurat, Ia difitnahkan segala hal yang tidak benar, dan puncaknya adalah penyaliban.
Apakah dengan semua itu maka Tuhan Yesus kalah?.
O...tidak!.
Justru di dalam kelemahanNya, Ia memperoleh dan memberi kekuatan; dan justru di dalam kematianNya, Ia memberi kehidupan yang baru bagi yang percaya. KetaatanNya sampai mati menjadi jalan pemuliaan bagiNya, sehingga kepadaNya diberikan nama di atas segala nama dan hanya di dalam nama Yesuslah, Allah berkenan kepada manusia.
Saudaraku...
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kecenderungan hati manusia pada satu sisi, tidak siap dibentuk oleh Tuhan melalui berbagai kesulitan hidup; tetapi pada sisi yang lain, justru memaksakan kehendak dan keinginannya untuk dipenuhi dan atau dikabulkan oleh Tuhan. Kalau tidak, maka ia akan bertindak menurut kata hatinya. Karena itu, sebagai seorang Kristen, anda harus terus memandang kepada Kristus yang menderita, dan ketika anda harus juga mengalaminya, maka itu adalah kesukacitaan; dibandingkan anda harus menderita karena membunuh, mencuri atau karena berbagai bentuk kejahatan lainnya.
Rasul Petrus melalui perikop bacaan hari ini sangat tegas berbicara tentang hal tersebut di atas. Penderitaan karena nama Yesus, bukanlah sebuah aib bagi orang yang percaya. Justru hal tersebut menjadi batu loncatan bagi anda untuk mencapai puncak kemenangan bersama dengan Yesus yang telah menang itu. Karena itu, jangan pernah merasa malu ketika anda harus menderita karena nama Yesus. Penderitaan itu adalah ujian bagi imanmu untuk membentuk karekter kehidupan anda dari hari ke hari menjadi lebih baik. Dan ketika anda dapat melewati semua ujian iman itu; berbahagialah anda, sebab: "Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu".
Selamat bercensura morum.
Tuhan Yesus memberkatimu.
No comments:
Post a Comment