Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-81 tanggal 22 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-32 Masa Pra Paskah.
Bacaan : Amos 5:4-6, Yesaya 1:10-20.
"Jangan kamu mencari Betel, janganlah pergi ke Gilgal dan janganlah menyeberang ke Bersyeba, sebab Gilgal pas masuk ke dalam pembuangan dan Betel akan lenyap (Am. 5:5)... Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagiKu. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan...Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan mukaKu, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah (Yes. 1:13, 15)".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda diberkati Tuhan.
Saudaraku...
Betapa saya menyadari bahwa ketika saya harus melayani Tuhan maka saya harus mengikatkan diri sepenuhnya dengan apa yang Tuhan mau, bukan apa yang saya mau. Sebagai seorang pelayan, saya harus mengerti porsi dan posisi saya sebagai seorang hamba dan menempatkan Tuhan sebagai pribadi yang saya sedang layani dengan kesungguhan hati. Saya harus sadar bahwa Sang Tuan adalah TUHAN, sedang saya hanyalah seorang hamba, -(tidak lebih dari itu: hanya seorang "hamba"). Ketika saya menyadari porsi dan posisi saya sebagai hamba, maka saya harus berusaha untuk tidak dipusingkan dengan diri saya sendiri, tetapi saya harus fokus pada pelayanan saya untuk menyenangkan hati Sang Tuan yang saya layani, yaitu TUHAN. Dan ketika hal itu saya lakukan dan menyenangkan hati Sang Tuan, maka itulah yang saya sebut dengan: "Penyembahan".
Karena itu, saya terus berusaha memaksimalkan perhatian saya pada pelayanan yang saya emban dan terus belajar untuk memperlengkapi diri saya agar dapat melayani dengan baik Sang Tuan dan menyenangkan hatiNya. Dan itu saya upayakan dengan cara; tidak melalaikan pelayanan pemberitaan firman, saya harus tekun membaca firman Tuhan dan berusaha untuk tidak merasa bosan mengulang-ulanginya, saya harus tekun berdoa dengan memperhatikan jam-jam doa, saya harus tekun dalam persekutuan sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama Tuhan maka di situ Tuhan ada, saya harus lebih menahan diri untuk tidak mudah berkata-kata tetapi memperbanyak waktu untuk diam mendengar dan saya harus berusaha untuk terus memproteksi diri saya dengan hal-hal yang oleh firmanNya dapat mencemari kekudusan hidup saya, -(tidak boleh begini, tidak boleh begitu; harus begini, harus begitu).
Pertanyaannya sekarang ialah:
Apakah yang saya usahakan dan yang saya lakukan itu dapat menjadi tolok-ukur bahwa "Penyembahan" saya kepada Tuhan itu sudah benar adanya?.
Inilah pertanyaan yang terus menghantui pikiran saya.
Saya sering tanpa sadar dan bahkan saya sering mengklaim bahwa apa yang saya lakukan memang itu baik dan benar sehingga patut untuk ditiru, -(dan boleh jadi, anda pun sefakat dengan hal tersebut, bukan?)-, tetapi apakah di mata Tuhan yang saya layani, hal itu baik dan benar adanya?.
Saudaraku...
Saya hanya mau mengatakan hal ini kepada anda, dan saya tidak mau berusaha untuk mencari tahu apakah anda terima atau tidak terima; setuju atau tidak setuju. Ya...saya hanya mau mengatakan seperti ini sebagai buah dari refleksi iman saya:
Memang benar bahwa orang baik atau orang yang beragama adalah orang yang harus tekun belajar firman Tuhan, harus terus belajar untuk taat pada perintah Tuhan, harus rajin bersekutu, harus rajin berdoa, harus berani mengatakan "Tidak" untuk semua hal yang membuat hidup keagamaannya dapat tercemari; tetapi anda pun harus ingat bahwa orang yang berhati jahat, mereka juga dapat melakukan hal yang sama bahkan Iblis, dengan berani saya katakan bahwa justru lebih lagi mempertontonkan gaya hidup yang agamais dibandingkan gaya hidup yang anda pertontonkan dalam hal ketaatan keberagamaan anda. Anda mengaku bahwa Yesus Itulah Tuhan, Anak Allah yang Mahakuasa; tetapi Iblis mengakui hal itu juga (Mat.8:29).
Orang baik ada di Gereja, tetapi orang yang berhati jahat dan Iblis ada juga di situ. Orang baik belajar firman Tuhan, tetapi orang yang berhati jahat pun (teroris) dan Iblis juga melakukannya untuk melegetimasi tindakannya yang jahat. Tidakkah Iblis mempergunakan firman Tuhan untuk menjatuhkan manusia yang pertama dan juga Iblis mempergunakan firman Tuhan untuk mencobai Yesus?
Anda berusaha untuk rajin melayani di Gereja, nama anda selalu ada terpampang dalam setiap kegiatan kepanitiaan gerejawi; tetapi orang yang berhati jahat pun bahkan Iblis turut ambil andil di situ; mereka menyumbangkan pikiran, tenaga, waktu bahkan dananya hanya untuk mendapatkan legetimasi untuk penonjolan dirinya agar dipuja-puji sebagai yang loyal pada pelayanan.
Anda berusaha untuk berbaju agamis yang putih-bersih, bahkan kalau bisa, menyilaukan mata; tetapi orang yang berhati jahat dan Iblis pun melakukan hal yang sama dan jika anda tidak tanggap maka anda akan tertipu oleh penampilan mereka. Mulut mereka komat-kamit mengucapkan nama Tuhan, tetapi jahat yang mereka lakukan. Bahkan mereka dapat mengklaim dirinya sebagai Mesias (Mat. 24:24).
Karena itu, di telinga saya terus-menerus terngiang-ngiang suara Tuhan Yesus:
"Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Mat. 5:20)".
Jika demikian, apa yang menjadi patokan bahwa "Penyembahan" yang saya lakukan itu sudah benar di dalam pemandangan Tuhan?.
Saudaraku...
Satu hal yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia yang berhati jahat dan juga yang tidak dapat dilakukan oleh Iblis adalah turut merasakan penderitaan orang lain dan dengan tulus ikhlas (tanpa pamrih), mau atau rela mengulurkan tangan untuk mengangkat beban penderitaan mereka. Orang yang berhati jahat dan juga Iblis justru berjuang untuk mencari kesenangannya sendiri, -(dan mohon maaf)-, tanpa sungkan-sungkan menjadikan orang yang menderita, miskin dan terpinggirkan sebagai komoditas untuk memperkaya dirinya sendiri.
Firman Tuhan hari ini menyoroti kehidupan spiritual (Keagamaan) yang sangat menjijikkan hati Tuhan. Tuhan jijik melihat kehidupan keagamaan kita karena terkadang kita terlalu fokus pada ritualisme tetapi tidak menyentuh realita kemanusiaan. Bangga dengan gedung gereja yang mewah, fasilitas ibadah yang serba lengkap dan penuh dengan nuansa luxury, program serba wah dengan dana yang ratusan juta bahkan milyaran untuk menciptakan nuansa penyembahan yang spektakuler; namun di sekeliling tempat kita menyembah, tidak jauh dari tempat kita beribadah, begitu banyak orang yang mengerang kesakitan, kelaparan dan haus kasih sayang.
Pesan moral nabi Amos sangat jelas: "Jangan kamu mencari Betel, janganlah pergi ke Gilgal, dan janganlah menyeberang ke Bersyeba". Tempat-tempat yang disebutkan ini tidak asing bagi umat Israel dan selalu menunjuk pada intisari peribadahan umat Israel. Tempat-tempat ini sangat disakralkan. Tetapi Tuhan, melalui nabinya mengatakan: "Jangan kamu mencari tempat seperti itu".
Mungkin ada baiknya saya menjelaskan sepintas latar belakang tentang tempat yang disebutkan nabi Amos.
(1). Betel.
Dalam bahasa Ibrani berarti "Rumah Allah = Beth El". Tempat ini sangat berhubungan dengan Yakub (Israel) di mana Allah menjumpai Yakub ketika lari dari saudaranya Esau dan di tempat inilah Allah mengikat Perjanjian dengannya: "Akulah Tuhan, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak, ayahmu; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu. Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke mana pun engkau pergi (Kej. 28:13-15)". Setelah Kerajaan Israel terpecah dua, maka Betel menjadi pusat penyembahan umat di Kerajaan Israel Utara, sebab mereka tidak akan mungkin lagi datang di Yerusalem yang ada di wilayah otoritas Kerajaan Israel Selatan.
(2). Gilgal.
Nama tempat ini berada di wilayah Kerajaan Israel Utara dan muncul 38 kali dalam Alkitab dan berhubungan dengan beberapa tokoh-tokoh yang sangat mempengaruhi kehidupan ritual umat Israel.
Musa.
Dalam kitab Ulangan dicatat bahwa: "Jadi apabila Tuhan Allahmu telah membawa engkau ke negeri, yang engkau masuki untuk mendudukinya, maka haruslah engkau mengucapkan berkat di atas gunung Gerizim dan kutuk di atas gunung Ebal. Bukankah keduanya terletak di sebelah barat sungai Yordan, di belakang jalan raya sebelah matahari terbenam, di negeri orang Kanaan yang diam di Araba Yordan, di tentangan GILGAL dekat pohon-pohon tarbantin di More (Ul. 11:29-30).
Yosua.
Dalam kitab Yosua dicatat bahwa bangsa Israel telah keluar dari sungai Yordan pada tanggal 10 bulan pertama dan mereka berkemah di Gilgal, di batas timur Yerikho (Yos. 4:19). Karena itu, Gilgal adalah tempat tinggal pertama saat bangsa Israel menginjakkan kaki mereka di Tanah Perjanjian. Dan di tempat ini jugalah Yosua menyunat umat Israel karena dalam perjalanan padang gurun mereka tidak menerima tanda tersebut. Setelah seluruh bangsa itu disunat, maka tinggallah mereka masing-masing di perkemahan sampai mereka sembuh.
Sementara berkemah di Gilgal, orang Israel pun merayakan Paskah pada hari yang ke-14 bulan itu di dataran Yerikho (Yos. 5:10) dan ini jugalah Paskah Pertama yang mereka rayakan setelah menjejakkan kaki mereka di Tanah Perjanjian. Dan setelah mereka pun menikmati hasil negeri itu, yakni Roti Tidak Beragi dan bertih gandum, manna yang mereka makan selama perjalanan kembara padang gurun, pada hari itu juga berhenti turun (Yos. 5:12).
Samuel.
Gilgal disebutkan dalam kitab 1 Samuel sebanyak 12 kali dan merupakan kota yang sangat rutin dikunjungi Samuel dalam perjalanan tahunannya sebagai hakim atas umat Israel (1 Sam. 17:16-17). Dan di tempat inilah Samuel mencincang Agag di hadapan Tuhan (1 Sam. 15:33). Dan atas dasar dari fakta sejarah di kemudian hari di mana Haman yang disebutkan dalam kitab Ester (Est. 3:1) yang adalah putera Hammedatha orang Agag (atau tepatnya; keturunan Raja Agag) menjadi sangat antipati terhadap orang Israel dan mempunyai rencana jahat untuk menghabisi semua orang Israel.
Masih banyak lagi tokoh-tokoh Alkitab yang disegani dan dikagumi oleh umat Israel yang mempunyai hubungan dengan tempat ini, seperti Daud, Elia dan Elisa, Hosea, Mikha dan Nehemia.
(3). Bersyeba.
Bersyeba (Ibr: Be'er Sheva) merupakan kota yang terletak di Israel Selatan dan merupakan kota terbesar di padang gurun Negeb. Bersyeba berhubungan erat dengan Abraham yang adalah nenek moyang bangsa Israel. Nama ini berhubungan dengan suatu peristiwa yang terjadi antara Abraham dan Abimelek sebagaimana yang dicatat dalam Kej. 20. Dalam bahasa Ibrani, Be'er mengandung arti: Sumur, sedangkan Sheva atau syeba mengandung arti tujuh atau sumpah.
Kemudian nama ini muncul pertama kali dalam Kej. 26:23-33 ketika di tempat yang sama dengan nama raja yang sama dan dengan alasan yang sama seperti yang diucapkan Abraham, maka Ishak pun mengikat perjanjian dengan Abimelek. Dan di Bersyeba, Allah menjumpai Ishak dan berfirman: "Akulah Allah ayahmu Abraham; janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau; Aku akan memberkati engkau dan membuat banyak keturunanmu karena Abraham, hambaKu itu. Sesudah itu Ishak mendirikan mezbah di situ dan memanggil nama TUHAN (YHWH). Ia memasang kemahnya di situ, lalu hamba-hambanya menggali sumur di situ".
Jadi, dengan menyebut ketiga nama tempat ini tentu mengingatkan kembali tentang kenangan spiritual tokoh-tokoh Israel dan yang dikemudian hari oleh bangsa Israel dibangunlah tempat peribadahan; tetapi kita nabi Amos menegaskan bahwa tempat-tempat tersebut tidak mempunyai arti lagi di mata Tuhan. Semua bentuk ritual yang dilakukan umat Israel di tempat-tempat ini menjadi kejijikkan bagi Tuhan. Ya...di tempat ini mereka menyerukan nama Tuhan, namun tingkah-langkah mereka setiap hari penuh dengan kejahatan dan kenajisan.
Karena itu, "Penyembahan:" yang dirindukan Tuhan adalah menyentuh dan turut merasakan kehidupan orang-orang yang terpinggirkan, yang menderita, yang susah dan yang tak berpengharapan Kondisi kehidupan seperti inilah yang harus ditangani dengan mengupayakan bentuk-bentuk tindakan pelayanan yang berpihak pada kaun termarginalkan agar damai sejahtera dapat dialami dan dinikmati bersama. Apalah artinya sebuah ritual yang serba wah, tatanan ibadah jemaat yang khusyuk, persembahan dibawa dengan limpahnya; namun disekitar kehidupan anda terdengar ratapan dan tangisan dari mereka yang kelaparan, yang sakit, yang putus asa dan yang haus kasih sayang.
Ingat:
Kristus telah memberi teladan buat anda. Ia turut merasakan derita orang-orang terpinggirkan. Untuk merekalah maka Ia rela menderita dan disalibkan. Dan anda juga salah satu dari pada mereka yang terpinggirkan. Dosa sesungguhnya memiskinkan hidup anda. Dan Yesus rela mati untuk menebus anda. Jikalau sedemikian Tuhan Yesus melakukannya buat anda, maka anda pun harus melakukannya terhadap orang lain.
Camkan hal ini:
Penyembahan yang benar bukan ditentukan oleh ritualisme di tempat yang anda anggap sakral, tetapi penyembahan yang benar adalah: "Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam, belalah anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda (Yes. 1:17)".
Selamat bercensura morum.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Masale, hari ke-81 tanggal 22 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-32 Masa Pra Paskah.
Bacaan : Amos 5:4-6, Yesaya 1:10-20.
"Jangan kamu mencari Betel, janganlah pergi ke Gilgal dan janganlah menyeberang ke Bersyeba, sebab Gilgal pas masuk ke dalam pembuangan dan Betel akan lenyap (Am. 5:5)... Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagiKu. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan...Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan mukaKu, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah (Yes. 1:13, 15)".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda diberkati Tuhan.
Saudaraku...
Betapa saya menyadari bahwa ketika saya harus melayani Tuhan maka saya harus mengikatkan diri sepenuhnya dengan apa yang Tuhan mau, bukan apa yang saya mau. Sebagai seorang pelayan, saya harus mengerti porsi dan posisi saya sebagai seorang hamba dan menempatkan Tuhan sebagai pribadi yang saya sedang layani dengan kesungguhan hati. Saya harus sadar bahwa Sang Tuan adalah TUHAN, sedang saya hanyalah seorang hamba, -(tidak lebih dari itu: hanya seorang "hamba"). Ketika saya menyadari porsi dan posisi saya sebagai hamba, maka saya harus berusaha untuk tidak dipusingkan dengan diri saya sendiri, tetapi saya harus fokus pada pelayanan saya untuk menyenangkan hati Sang Tuan yang saya layani, yaitu TUHAN. Dan ketika hal itu saya lakukan dan menyenangkan hati Sang Tuan, maka itulah yang saya sebut dengan: "Penyembahan".
Karena itu, saya terus berusaha memaksimalkan perhatian saya pada pelayanan yang saya emban dan terus belajar untuk memperlengkapi diri saya agar dapat melayani dengan baik Sang Tuan dan menyenangkan hatiNya. Dan itu saya upayakan dengan cara; tidak melalaikan pelayanan pemberitaan firman, saya harus tekun membaca firman Tuhan dan berusaha untuk tidak merasa bosan mengulang-ulanginya, saya harus tekun berdoa dengan memperhatikan jam-jam doa, saya harus tekun dalam persekutuan sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama Tuhan maka di situ Tuhan ada, saya harus lebih menahan diri untuk tidak mudah berkata-kata tetapi memperbanyak waktu untuk diam mendengar dan saya harus berusaha untuk terus memproteksi diri saya dengan hal-hal yang oleh firmanNya dapat mencemari kekudusan hidup saya, -(tidak boleh begini, tidak boleh begitu; harus begini, harus begitu).
Pertanyaannya sekarang ialah:
Apakah yang saya usahakan dan yang saya lakukan itu dapat menjadi tolok-ukur bahwa "Penyembahan" saya kepada Tuhan itu sudah benar adanya?.
Inilah pertanyaan yang terus menghantui pikiran saya.
Saya sering tanpa sadar dan bahkan saya sering mengklaim bahwa apa yang saya lakukan memang itu baik dan benar sehingga patut untuk ditiru, -(dan boleh jadi, anda pun sefakat dengan hal tersebut, bukan?)-, tetapi apakah di mata Tuhan yang saya layani, hal itu baik dan benar adanya?.
Saudaraku...
Saya hanya mau mengatakan hal ini kepada anda, dan saya tidak mau berusaha untuk mencari tahu apakah anda terima atau tidak terima; setuju atau tidak setuju. Ya...saya hanya mau mengatakan seperti ini sebagai buah dari refleksi iman saya:
Memang benar bahwa orang baik atau orang yang beragama adalah orang yang harus tekun belajar firman Tuhan, harus terus belajar untuk taat pada perintah Tuhan, harus rajin bersekutu, harus rajin berdoa, harus berani mengatakan "Tidak" untuk semua hal yang membuat hidup keagamaannya dapat tercemari; tetapi anda pun harus ingat bahwa orang yang berhati jahat, mereka juga dapat melakukan hal yang sama bahkan Iblis, dengan berani saya katakan bahwa justru lebih lagi mempertontonkan gaya hidup yang agamais dibandingkan gaya hidup yang anda pertontonkan dalam hal ketaatan keberagamaan anda. Anda mengaku bahwa Yesus Itulah Tuhan, Anak Allah yang Mahakuasa; tetapi Iblis mengakui hal itu juga (Mat.8:29).
Orang baik ada di Gereja, tetapi orang yang berhati jahat dan Iblis ada juga di situ. Orang baik belajar firman Tuhan, tetapi orang yang berhati jahat pun (teroris) dan Iblis juga melakukannya untuk melegetimasi tindakannya yang jahat. Tidakkah Iblis mempergunakan firman Tuhan untuk menjatuhkan manusia yang pertama dan juga Iblis mempergunakan firman Tuhan untuk mencobai Yesus?
Anda berusaha untuk rajin melayani di Gereja, nama anda selalu ada terpampang dalam setiap kegiatan kepanitiaan gerejawi; tetapi orang yang berhati jahat pun bahkan Iblis turut ambil andil di situ; mereka menyumbangkan pikiran, tenaga, waktu bahkan dananya hanya untuk mendapatkan legetimasi untuk penonjolan dirinya agar dipuja-puji sebagai yang loyal pada pelayanan.
Anda berusaha untuk berbaju agamis yang putih-bersih, bahkan kalau bisa, menyilaukan mata; tetapi orang yang berhati jahat dan Iblis pun melakukan hal yang sama dan jika anda tidak tanggap maka anda akan tertipu oleh penampilan mereka. Mulut mereka komat-kamit mengucapkan nama Tuhan, tetapi jahat yang mereka lakukan. Bahkan mereka dapat mengklaim dirinya sebagai Mesias (Mat. 24:24).
Karena itu, di telinga saya terus-menerus terngiang-ngiang suara Tuhan Yesus:
"Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Mat. 5:20)".
Jika demikian, apa yang menjadi patokan bahwa "Penyembahan" yang saya lakukan itu sudah benar di dalam pemandangan Tuhan?.
Saudaraku...
Satu hal yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia yang berhati jahat dan juga yang tidak dapat dilakukan oleh Iblis adalah turut merasakan penderitaan orang lain dan dengan tulus ikhlas (tanpa pamrih), mau atau rela mengulurkan tangan untuk mengangkat beban penderitaan mereka. Orang yang berhati jahat dan juga Iblis justru berjuang untuk mencari kesenangannya sendiri, -(dan mohon maaf)-, tanpa sungkan-sungkan menjadikan orang yang menderita, miskin dan terpinggirkan sebagai komoditas untuk memperkaya dirinya sendiri.
Firman Tuhan hari ini menyoroti kehidupan spiritual (Keagamaan) yang sangat menjijikkan hati Tuhan. Tuhan jijik melihat kehidupan keagamaan kita karena terkadang kita terlalu fokus pada ritualisme tetapi tidak menyentuh realita kemanusiaan. Bangga dengan gedung gereja yang mewah, fasilitas ibadah yang serba lengkap dan penuh dengan nuansa luxury, program serba wah dengan dana yang ratusan juta bahkan milyaran untuk menciptakan nuansa penyembahan yang spektakuler; namun di sekeliling tempat kita menyembah, tidak jauh dari tempat kita beribadah, begitu banyak orang yang mengerang kesakitan, kelaparan dan haus kasih sayang.
Pesan moral nabi Amos sangat jelas: "Jangan kamu mencari Betel, janganlah pergi ke Gilgal, dan janganlah menyeberang ke Bersyeba". Tempat-tempat yang disebutkan ini tidak asing bagi umat Israel dan selalu menunjuk pada intisari peribadahan umat Israel. Tempat-tempat ini sangat disakralkan. Tetapi Tuhan, melalui nabinya mengatakan: "Jangan kamu mencari tempat seperti itu".
Mungkin ada baiknya saya menjelaskan sepintas latar belakang tentang tempat yang disebutkan nabi Amos.
(1). Betel.
Dalam bahasa Ibrani berarti "Rumah Allah = Beth El". Tempat ini sangat berhubungan dengan Yakub (Israel) di mana Allah menjumpai Yakub ketika lari dari saudaranya Esau dan di tempat inilah Allah mengikat Perjanjian dengannya: "Akulah Tuhan, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak, ayahmu; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu. Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke mana pun engkau pergi (Kej. 28:13-15)". Setelah Kerajaan Israel terpecah dua, maka Betel menjadi pusat penyembahan umat di Kerajaan Israel Utara, sebab mereka tidak akan mungkin lagi datang di Yerusalem yang ada di wilayah otoritas Kerajaan Israel Selatan.
(2). Gilgal.
Nama tempat ini berada di wilayah Kerajaan Israel Utara dan muncul 38 kali dalam Alkitab dan berhubungan dengan beberapa tokoh-tokoh yang sangat mempengaruhi kehidupan ritual umat Israel.
Musa.
Dalam kitab Ulangan dicatat bahwa: "Jadi apabila Tuhan Allahmu telah membawa engkau ke negeri, yang engkau masuki untuk mendudukinya, maka haruslah engkau mengucapkan berkat di atas gunung Gerizim dan kutuk di atas gunung Ebal. Bukankah keduanya terletak di sebelah barat sungai Yordan, di belakang jalan raya sebelah matahari terbenam, di negeri orang Kanaan yang diam di Araba Yordan, di tentangan GILGAL dekat pohon-pohon tarbantin di More (Ul. 11:29-30).
Yosua.
Dalam kitab Yosua dicatat bahwa bangsa Israel telah keluar dari sungai Yordan pada tanggal 10 bulan pertama dan mereka berkemah di Gilgal, di batas timur Yerikho (Yos. 4:19). Karena itu, Gilgal adalah tempat tinggal pertama saat bangsa Israel menginjakkan kaki mereka di Tanah Perjanjian. Dan di tempat ini jugalah Yosua menyunat umat Israel karena dalam perjalanan padang gurun mereka tidak menerima tanda tersebut. Setelah seluruh bangsa itu disunat, maka tinggallah mereka masing-masing di perkemahan sampai mereka sembuh.
Sementara berkemah di Gilgal, orang Israel pun merayakan Paskah pada hari yang ke-14 bulan itu di dataran Yerikho (Yos. 5:10) dan ini jugalah Paskah Pertama yang mereka rayakan setelah menjejakkan kaki mereka di Tanah Perjanjian. Dan setelah mereka pun menikmati hasil negeri itu, yakni Roti Tidak Beragi dan bertih gandum, manna yang mereka makan selama perjalanan kembara padang gurun, pada hari itu juga berhenti turun (Yos. 5:12).
Samuel.
Gilgal disebutkan dalam kitab 1 Samuel sebanyak 12 kali dan merupakan kota yang sangat rutin dikunjungi Samuel dalam perjalanan tahunannya sebagai hakim atas umat Israel (1 Sam. 17:16-17). Dan di tempat inilah Samuel mencincang Agag di hadapan Tuhan (1 Sam. 15:33). Dan atas dasar dari fakta sejarah di kemudian hari di mana Haman yang disebutkan dalam kitab Ester (Est. 3:1) yang adalah putera Hammedatha orang Agag (atau tepatnya; keturunan Raja Agag) menjadi sangat antipati terhadap orang Israel dan mempunyai rencana jahat untuk menghabisi semua orang Israel.
Masih banyak lagi tokoh-tokoh Alkitab yang disegani dan dikagumi oleh umat Israel yang mempunyai hubungan dengan tempat ini, seperti Daud, Elia dan Elisa, Hosea, Mikha dan Nehemia.
(3). Bersyeba.
Bersyeba (Ibr: Be'er Sheva) merupakan kota yang terletak di Israel Selatan dan merupakan kota terbesar di padang gurun Negeb. Bersyeba berhubungan erat dengan Abraham yang adalah nenek moyang bangsa Israel. Nama ini berhubungan dengan suatu peristiwa yang terjadi antara Abraham dan Abimelek sebagaimana yang dicatat dalam Kej. 20. Dalam bahasa Ibrani, Be'er mengandung arti: Sumur, sedangkan Sheva atau syeba mengandung arti tujuh atau sumpah.
Kemudian nama ini muncul pertama kali dalam Kej. 26:23-33 ketika di tempat yang sama dengan nama raja yang sama dan dengan alasan yang sama seperti yang diucapkan Abraham, maka Ishak pun mengikat perjanjian dengan Abimelek. Dan di Bersyeba, Allah menjumpai Ishak dan berfirman: "Akulah Allah ayahmu Abraham; janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau; Aku akan memberkati engkau dan membuat banyak keturunanmu karena Abraham, hambaKu itu. Sesudah itu Ishak mendirikan mezbah di situ dan memanggil nama TUHAN (YHWH). Ia memasang kemahnya di situ, lalu hamba-hambanya menggali sumur di situ".
Jadi, dengan menyebut ketiga nama tempat ini tentu mengingatkan kembali tentang kenangan spiritual tokoh-tokoh Israel dan yang dikemudian hari oleh bangsa Israel dibangunlah tempat peribadahan; tetapi kita nabi Amos menegaskan bahwa tempat-tempat tersebut tidak mempunyai arti lagi di mata Tuhan. Semua bentuk ritual yang dilakukan umat Israel di tempat-tempat ini menjadi kejijikkan bagi Tuhan. Ya...di tempat ini mereka menyerukan nama Tuhan, namun tingkah-langkah mereka setiap hari penuh dengan kejahatan dan kenajisan.
Karena itu, "Penyembahan:" yang dirindukan Tuhan adalah menyentuh dan turut merasakan kehidupan orang-orang yang terpinggirkan, yang menderita, yang susah dan yang tak berpengharapan Kondisi kehidupan seperti inilah yang harus ditangani dengan mengupayakan bentuk-bentuk tindakan pelayanan yang berpihak pada kaun termarginalkan agar damai sejahtera dapat dialami dan dinikmati bersama. Apalah artinya sebuah ritual yang serba wah, tatanan ibadah jemaat yang khusyuk, persembahan dibawa dengan limpahnya; namun disekitar kehidupan anda terdengar ratapan dan tangisan dari mereka yang kelaparan, yang sakit, yang putus asa dan yang haus kasih sayang.
Ingat:
Kristus telah memberi teladan buat anda. Ia turut merasakan derita orang-orang terpinggirkan. Untuk merekalah maka Ia rela menderita dan disalibkan. Dan anda juga salah satu dari pada mereka yang terpinggirkan. Dosa sesungguhnya memiskinkan hidup anda. Dan Yesus rela mati untuk menebus anda. Jikalau sedemikian Tuhan Yesus melakukannya buat anda, maka anda pun harus melakukannya terhadap orang lain.
Camkan hal ini:
Penyembahan yang benar bukan ditentukan oleh ritualisme di tempat yang anda anggap sakral, tetapi penyembahan yang benar adalah: "Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam, belalah anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda (Yes. 1:17)".
Selamat bercensura morum.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.
Amin.
ReplyDelete