Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-85 tanggal 26 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-35 Masa Pra Paskah.
Bacaan : Lukas 14:7-11.
"Sebab barangsiapa yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan (Luk. 14:11)".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda diberkati Tuhan.
Saudaraku...
Ketika saya hendak menulis tentang tema "Kerendahan Hati", saya justru terkenang akan masa kecil saya. Betapa saya hidup di tengah-tengah komunitas, -(yang jujur saya mau katakan)-, sangat mempraktekkan apa yang disebutkan oleh tema hari ini. Mereka saling mempedulikan satu dengan yang lain, saling menghormati dan menghargai, jiwa kegotong-royongan dijunjung tinggi, derita sesama adalah derita bersama, sukacita sesama adalah sukacita bersama.Ya...betapa indah kehidupan persaudaraan dan persaudarian yang dipertontonkan sebagai gaya hidup (Life Style) dari komunitas atau masyarakat di masa kecil saya, dan saya sungguh merasakan betapa kentalnya tepa-selira di antara satu dengan yang lain.
Salah satu contoh kecil saja:
Apabila ada salah seorang anak dari orang-orang yang ada di kampung saya pergi merantau lalu kembali ke kampung kami, betapa banyak orang menyambutnya. Kami pun yang masih kecil sangat bersukacita karena mendapat sekedar ole-ole, entah itu gula-gula, kue atau roti; sekalipun hanya sebiji atau secuil, tetapi hal tersebut sudah cukup membuat kami semua senang dan bahagia.
Bukan hanya itu;
Jiwa Keugaharian sangat menonjol. Walaupun seseorang melimpah dalam hal kekayaan material, namun tetap mempertahankan hidup dalam kesederhanaan. Relasi antara kaya dan miskin tetap terjaga oleh jiwa keugaharian tersebut, sehingga tidak ada perasaan risih atau sungkan untuk saling mengunjungi atau saling bersilahturahmi satu dengan yang lainnya. Penonjolan diri sangat dihindari dan kesombongan adalah sesuatu yang harus dijauhi. Tentunya karenater seperti ini mengingatkan saya kembali pada ungkapan bahasa Latin: "Honor est in Honorante = kehormatan hanya bagi yang menghormati sesamanya".
Saudaraku...
Dalam konteks masyarakat urban (perkotaan), hal-hal yang saya sebutkan di atas semakin memudar. Kebanyakan orang hanya sibuk dengan dirinya sendiri, memikirkan dirinya sendiri, kepentingannya sendiri; dan semua hal selalu dilihat dari sisi "Untung-Rugi". Artinya, jika kehidupan sosial atau interaksinya dengan orang lain mendatangkan keuntungan, maka selama itu ia akan menjaga relasi yang baik dengan yang bersangkutan; tetapi jika tidak, maka relasi atau interaksi dengan yang bersangkutan pun disangkali atau diputuskan. Karena kepentingan, maka seorang yang dianggap sebagai KAWAN pada hari ini, besok bisa saja berubah menjadi LAWAN; dan seorang yang dianggap LAWAN pada hari ini, besok bisa saja berubah menjadi KAWAN.
Ya...dalam konteks masyarakat urban, kerendahan hati adalah kisah masa lalu.
Mengapa?.
Sebab kerendahan hati dipandang sebagai pikiran kaum primitif yang terus menghambat kemajuan seseorang. Dengan demikian, bagi masyarakat urban, jika seseorang ingin maju, maka ia harus melupakan orang lain terlebih dahulu dan fokus pada tujuan hidupnya untuk meraih sukses. Seperti seorang prajurit yang sedang dalam medan peperangan; maka ia harus berusaha untuk membunuh lawan-lawannya, sebab jikalau tidak maka dirinyalah yang akan terbunuh.
Karena itu, banyak motivator yang tidak menempatkan point "Kerendahan Hati" sebagai kunci untuk meraih hidup sukses. Yang menduduki rating pertama sebagai kunci hidup sukses bagi mereka adalah "Percaya Diri" dengan melihat orang lain lebih rendah dari pada dirinya.
Saudaraku
Bagi saya secara pribadi, "Kerendahan Hati" mengandung makna: "sikap bijak seseorang dengan memposisikan dirinya sama dengan orang lain; atau, mendudukan dirinya tidak lebih penting dari orang lain, tidak lebih tinggi, tidak lebih pandai, tidak lebih benar". Dan ciri dari orang yang "Rendah Hati" adalah: "Mau mendengarkan pendapat dan saran orang lain, hatinya terbuka untuk menerima kritikan dan selalu siap menanggung teguran. Tidak mudah terprovokasi dengan isu atau gosip, dan tidak mudah tersinggung bila difitnahkan segala yang tidak benar".
Antitesis dari sikap "Rendah Hati" adalah: "angkuh, sombong, cenderung membenarkan diri sendiri atau merasa diri benar, tidak mau mendengarkan pendapat dan saran orang serta mudah tersinggur jika mendapat kritikan atau teguran".
Saudaraku...
Saya mau mengatakan hal ini kepada anda bahwa standar untuk mendapatkan perkenaan Tuhan adalah "Kerendahan Hati". Orang yang memiliki kerendahan hati di mata saya sama seperti seorang buronan yang dicari-cari oleh seorang polisi. Yang bersangkutan akan terus dikejar ke mana pun ia pergi bersembunyi. Wajahnya atau pun sketsa wajahnya akan disebarkan ke berbagai tempat akan orang dapat melihat dan mengenalinya. Namun itu dalam konotasi yang tidak baik karena pelaku kejahatan. Tetapi saya tegaskan bahwa dalam hal kebaikan maka orang yang "Rendah Hati" adalah orang yang paling dicari Tuhan dan Tuhan sangat menyanjung dan meninggikan dia. Orang yang "Rendah Hati" adalah orang yang tidak terlalu muluk-muluk dalam pikiran dan pertimbangannya, ia sangat realistis dan lebih mengedepankan keugaharian. Tentu lawan dari pada itu adalah "Orang Congkak", karena itu firman Tuhan mengatakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Karena itu, rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikanNya pada waktunya (1 Ptr. 5:5-6)".
"Kerendahan Hati" adalah karekter Kristus. Dan karena itu, sebagai pengikut Yesus Kristus, adalah sebuah keharusan bagi kita untuk hidup sama seperti Kristus telah hidup. Keteladanan yang Kristus tinggalkan bagi kita juga harus kita transfer dalam membangun kehidupan bersesama dengan orang lain bahkan musuh sekalipun. Kitab Filipi 2:2-7 mengatakan demikian:
"...hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan RENDAH HATI yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia".
Jadi, inilah yang selalu saya tanyakan pada diri saya sendiri:
Jika sedemikian Tuhan Yesus menyatakan keugahariaanNya dengan manusia yang berdosa, maka apakah lebihnya saya dari Kristus sehingga saya harus menyombongkan diri saya?.
Tidakkan rasa keugaharian Yesus dinyatakan ketika Ia merelakan diriNya menjadi korban untuk menebus manusia yang berdosa?. Jikalau sedemikian Yesus melakukannya untuk manusia berdosa di mana saya menjadi salah satu di antaranya, maka betapa celakanya diriku jika aku sendiri menyombongkan diri di hadapan sesamaku?.
Dan inilah pesan moral firman Tuhan hari ini:
"Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan (Luk. 14:11)". Hanya orang yang Rendah Hatilah yang akan mampu menaklukkan Hati Tuhan.
Selamat bercensura morum.
Selamat untuk terus belajar tentang arti kerendahan hati.
Tuhan Yesus memberkati kehidupan anda.
(Masale, hari ke-85 tanggal 26 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-35 Masa Pra Paskah.
Bacaan : Lukas 14:7-11.
"Sebab barangsiapa yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan (Luk. 14:11)".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda diberkati Tuhan.
Saudaraku...
Ketika saya hendak menulis tentang tema "Kerendahan Hati", saya justru terkenang akan masa kecil saya. Betapa saya hidup di tengah-tengah komunitas, -(yang jujur saya mau katakan)-, sangat mempraktekkan apa yang disebutkan oleh tema hari ini. Mereka saling mempedulikan satu dengan yang lain, saling menghormati dan menghargai, jiwa kegotong-royongan dijunjung tinggi, derita sesama adalah derita bersama, sukacita sesama adalah sukacita bersama.Ya...betapa indah kehidupan persaudaraan dan persaudarian yang dipertontonkan sebagai gaya hidup (Life Style) dari komunitas atau masyarakat di masa kecil saya, dan saya sungguh merasakan betapa kentalnya tepa-selira di antara satu dengan yang lain.
Salah satu contoh kecil saja:
Apabila ada salah seorang anak dari orang-orang yang ada di kampung saya pergi merantau lalu kembali ke kampung kami, betapa banyak orang menyambutnya. Kami pun yang masih kecil sangat bersukacita karena mendapat sekedar ole-ole, entah itu gula-gula, kue atau roti; sekalipun hanya sebiji atau secuil, tetapi hal tersebut sudah cukup membuat kami semua senang dan bahagia.
Bukan hanya itu;
Jiwa Keugaharian sangat menonjol. Walaupun seseorang melimpah dalam hal kekayaan material, namun tetap mempertahankan hidup dalam kesederhanaan. Relasi antara kaya dan miskin tetap terjaga oleh jiwa keugaharian tersebut, sehingga tidak ada perasaan risih atau sungkan untuk saling mengunjungi atau saling bersilahturahmi satu dengan yang lainnya. Penonjolan diri sangat dihindari dan kesombongan adalah sesuatu yang harus dijauhi. Tentunya karenater seperti ini mengingatkan saya kembali pada ungkapan bahasa Latin: "Honor est in Honorante = kehormatan hanya bagi yang menghormati sesamanya".
Saudaraku...
Dalam konteks masyarakat urban (perkotaan), hal-hal yang saya sebutkan di atas semakin memudar. Kebanyakan orang hanya sibuk dengan dirinya sendiri, memikirkan dirinya sendiri, kepentingannya sendiri; dan semua hal selalu dilihat dari sisi "Untung-Rugi". Artinya, jika kehidupan sosial atau interaksinya dengan orang lain mendatangkan keuntungan, maka selama itu ia akan menjaga relasi yang baik dengan yang bersangkutan; tetapi jika tidak, maka relasi atau interaksi dengan yang bersangkutan pun disangkali atau diputuskan. Karena kepentingan, maka seorang yang dianggap sebagai KAWAN pada hari ini, besok bisa saja berubah menjadi LAWAN; dan seorang yang dianggap LAWAN pada hari ini, besok bisa saja berubah menjadi KAWAN.
Ya...dalam konteks masyarakat urban, kerendahan hati adalah kisah masa lalu.
Mengapa?.
Sebab kerendahan hati dipandang sebagai pikiran kaum primitif yang terus menghambat kemajuan seseorang. Dengan demikian, bagi masyarakat urban, jika seseorang ingin maju, maka ia harus melupakan orang lain terlebih dahulu dan fokus pada tujuan hidupnya untuk meraih sukses. Seperti seorang prajurit yang sedang dalam medan peperangan; maka ia harus berusaha untuk membunuh lawan-lawannya, sebab jikalau tidak maka dirinyalah yang akan terbunuh.
Karena itu, banyak motivator yang tidak menempatkan point "Kerendahan Hati" sebagai kunci untuk meraih hidup sukses. Yang menduduki rating pertama sebagai kunci hidup sukses bagi mereka adalah "Percaya Diri" dengan melihat orang lain lebih rendah dari pada dirinya.
Saudaraku
Bagi saya secara pribadi, "Kerendahan Hati" mengandung makna: "sikap bijak seseorang dengan memposisikan dirinya sama dengan orang lain; atau, mendudukan dirinya tidak lebih penting dari orang lain, tidak lebih tinggi, tidak lebih pandai, tidak lebih benar". Dan ciri dari orang yang "Rendah Hati" adalah: "Mau mendengarkan pendapat dan saran orang lain, hatinya terbuka untuk menerima kritikan dan selalu siap menanggung teguran. Tidak mudah terprovokasi dengan isu atau gosip, dan tidak mudah tersinggung bila difitnahkan segala yang tidak benar".
Antitesis dari sikap "Rendah Hati" adalah: "angkuh, sombong, cenderung membenarkan diri sendiri atau merasa diri benar, tidak mau mendengarkan pendapat dan saran orang serta mudah tersinggur jika mendapat kritikan atau teguran".
Saudaraku...
Saya mau mengatakan hal ini kepada anda bahwa standar untuk mendapatkan perkenaan Tuhan adalah "Kerendahan Hati". Orang yang memiliki kerendahan hati di mata saya sama seperti seorang buronan yang dicari-cari oleh seorang polisi. Yang bersangkutan akan terus dikejar ke mana pun ia pergi bersembunyi. Wajahnya atau pun sketsa wajahnya akan disebarkan ke berbagai tempat akan orang dapat melihat dan mengenalinya. Namun itu dalam konotasi yang tidak baik karena pelaku kejahatan. Tetapi saya tegaskan bahwa dalam hal kebaikan maka orang yang "Rendah Hati" adalah orang yang paling dicari Tuhan dan Tuhan sangat menyanjung dan meninggikan dia. Orang yang "Rendah Hati" adalah orang yang tidak terlalu muluk-muluk dalam pikiran dan pertimbangannya, ia sangat realistis dan lebih mengedepankan keugaharian. Tentu lawan dari pada itu adalah "Orang Congkak", karena itu firman Tuhan mengatakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Karena itu, rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikanNya pada waktunya (1 Ptr. 5:5-6)".
"Kerendahan Hati" adalah karekter Kristus. Dan karena itu, sebagai pengikut Yesus Kristus, adalah sebuah keharusan bagi kita untuk hidup sama seperti Kristus telah hidup. Keteladanan yang Kristus tinggalkan bagi kita juga harus kita transfer dalam membangun kehidupan bersesama dengan orang lain bahkan musuh sekalipun. Kitab Filipi 2:2-7 mengatakan demikian:
"...hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan RENDAH HATI yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia".
Jadi, inilah yang selalu saya tanyakan pada diri saya sendiri:
Jika sedemikian Tuhan Yesus menyatakan keugahariaanNya dengan manusia yang berdosa, maka apakah lebihnya saya dari Kristus sehingga saya harus menyombongkan diri saya?.
Tidakkan rasa keugaharian Yesus dinyatakan ketika Ia merelakan diriNya menjadi korban untuk menebus manusia yang berdosa?. Jikalau sedemikian Yesus melakukannya untuk manusia berdosa di mana saya menjadi salah satu di antaranya, maka betapa celakanya diriku jika aku sendiri menyombongkan diri di hadapan sesamaku?.
Dan inilah pesan moral firman Tuhan hari ini:
"Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan (Luk. 14:11)". Hanya orang yang Rendah Hatilah yang akan mampu menaklukkan Hati Tuhan.
Selamat bercensura morum.
Selamat untuk terus belajar tentang arti kerendahan hati.
Tuhan Yesus memberkati kehidupan anda.
Amin.
ReplyDeleteAmin...Amin...Amin...
ReplyDeleteTrima kasih atas refleksinya.
TYM .
Amin.TYM Om Pdt. Sekeluarga dlm pelayanan.
ReplyDelete