Laman

Thursday, March 15, 2018

Melawan Allah Karena Sungut-Sungut

Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-74 tanggal 15 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).

Censura Morum hari ke-26 Masa Pra Paskah.

Bacaan : Bilangan 21:4-9.

"Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Suapa kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak (Bil. 21:5)".

Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda diberkati.

Saudaraku...
Lama saya bertanya-tanya dalam hati saya sendiri, mengapa lambang farmasi itu memakai simbol ular yang melingkari sebuah cawan atau tepatnya mangkuk berkaki. Cobalah ke Apotik, dan perhatikanlah gambar yang merupakan lambang tersebut; tentu anda pun akan bertanya dalam hati, mengapa lambang farmasi mempergunakan simbol ular? Bahkan kalau kita memperhatikan lambang kesehatan atau kedokteran maka kita akan menemukan hal yang sama. Ada seekor ular yang melingkar pada sebatang tongkat. Badan Kesehatan Dunia (WHO = World Health Assembly) pada tahun 1948, menetapkan lambang tongkat yang dililit oleh seekor ular tersebut dan kemudian dipatenkan sebagai Lambang Kesehatan melalui Badan Perdamaian Dunia PBB. Kembali ke persoalan awal; mengapa justru ular yang dijadikan lambang kesehatan?

Saudaraku...
Saya berusaha menelusuri alasan yang sangat mendasar sehingga dunia kesehatan mempergunakan simbol atau lambang yang demikian.  Konon Asclepius (Dewa Pengobatan dan Penyembuhan) senantiasa membawa tongkat kayu yang dililit oleh seekor ular. Setiap kali sang Dewa akan menyatakan manteranya dengan menyembuhkan seseorang maka tongkat itu selalu digenggamnya. Ada yang mengartikan bahwa dalam melakukan tindakan penyembuhan, maka hanya ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yakni "Kehidupan" (Sembuh atau Selamat) ataukan justru sebaliknya yakni "Kematian" (meninggal). Ular yang melingkar pada tongkat itu menyimbolkan dua kemungkinan; yakni "Racun" yang menyebabkan kematian, atau "Obat" yang menyebabkan kesembuhan.

Demikian juga dengan lambang atau simbol Farmasi. Ternyata dalam Mitologi bangsa Yunani dikenal apa yang disebut dengan Mangkuk Hygieia. Siapa itu Hygieia? Dia adalah Dewi Kesehatan. Mangkuk tersebut adalah mangkuk obat (patera) yang dipakai untuk meracik, sedangkan di badan sang Dewi Hygieia melingkar seekor ular yang nampaknya hendak mengambil sesuatu dari mangkuk tersebut.  Jadi jika Asclepius adalah Dokternya, maka Hygieia adalah Apotekernya.

Namun saya tidak mau menafsirkan tentang gambar tersebut, -(baik tongkat ular Asclepius dan atau mangkuk dan ular Hygieia)-, secara mendetail, tetapi saya hanya mau mengatakan bahwa ular adalah binatang berbisa dan bisa ular memang mengandung  racun yang sangat mematikan, tetapi jika diracik dengan baik dan benar maka ia akan menjadi obat yang sangat mujarab untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit.

Jadi ular tidak hanya menjadi warning tentang realita kematian, tetapi juga menjadi simbol adanya kehidupan yang baru. Apakah hal ini yang menjadi gambaran dari kisah dalam bacaan kita hari ini? Saya pun tidak mau mengatakan "YA" atau "TIDAK". Yang saya mau katakan bahwa apa yang dikisahkan dalam kitab Bilangan adalah simbolisasi dari apa yang akan terjadi di kemudian hari ketika Tuhan Yesus menerima jalan yang ditentukan bagiNya, yakni Via Dolorosa. Jalan itu memang adalah jalan kematian bagi diriNya, tetapi menjadi jalan baru bagi manusia untuk mengalami kehidupan. Karena itu, saya mau tegaskan bahwa apa yang terjadi pada peristiwa padang gurun ini adalah cerminan dari apa yang akan terjadi di Golguta; dan barangsiapa yang percaya pada Jalan Salib (Penebusan melalui Salib Kristus) maka dia akan selamat, tetapi barangsiapa yang menolak pemberitaan tersebut dan tidak percaya, maka mereka sudah pasti akan binasa.

Saudaraku....
Fokus kita sekarang ada pada "Sungut-sungut bangsa Israel". Coba anda bayangkan, siapa gerangan yang tidak merasa kesal jika sudah ditolong dan kepadanya diberikan apa yang diminta; namun yang bersangkutan tidak menyatakan terima kasih kepada orang yang menolong. Justru sebaliknya, sudah ditolong malah melolong atau mengata-ngatai orang yang menolongnya.

Perhatikan 3 ayat sebelum perikop bacaan kita (Bil. 21:1-3). Ketika bangsa Israel di hadang oleh raja negeri Arad, yakni salah satu suku Kanaan yang tinggal di Tanah Negeb, Raja Arad dan penduduknya memerangi bangsa Israel dan Israel pun terpukul kalah bahkan  beberapa orang tertawan; maka  bangsa Israel menjadi ketakutan bahwa mereka akan habis, dan karena itu bernazar mereka kepada Tuhan. Ternyata bahwa Nazar mereka terkabulkan dan Tuhan menyerahkan bangsa itu dan membinasakan mereka beserta dengan kota-kotanya. Setelah memenangkan peperangan, maka mereka melanjutkan perjalanan dari gunung Hor menuju Laut Teberau untuk mengelilingi negeri Edom. Namun sepanjang perjalan itu, mereka bersungut-sungut dikarenakan perjalanan yang mereka lalui semakin panjang dan melelahkan.

Sungut-sungut ternyata mengubur pengalaman iman mereka yang baru saja mereka alami. Mereka mulai mencurigai Musa dan mereka juga mulai memberontak melawan Allah. Akibat dari sungut-sungut adalah memandang salah orang lain dan semua pencapaian dianggap sia-sia. Bahkan Manna yang diberikan oleh Tuhan mereka sebut "Hambar dan memuakkan", padahal dalam Kel. 16:31 dicatat bahwa rasa manna itu "seperti rasa kue madu".

Saudaraku...
Ada beberapa catatan yang menjadi pembelajaran bagi kita berkaitan dengan firman Tuhan hari ini.

(1). Sungut-sungut adalah bentuk perlawanan terselubung terhadap kemahakuasaan Allah.

Terkadang kita tidak menyadari bahwa sungut-sungut adalah perlawanan yang terselubung, sebab orang yang bersungut-sungut, -(saya mau katakan dan tegaskan)-, sebagai orang yang cenderung memaksakan pendapat dan kehendaknya untuk diterima atau dilakukan oleh orang lain, sehingga yang bersangkutan sangat sulit untuk menerima pendapat atau saran atau kehendak orang lain. Perhatikan ayat 1-3, bangsa Israel bernazar, mereka meminta agar Tuhan mengabulkan permohonan mereka dengan memberi kemenangan kepada mereka. Dan ternyata permintaan itu dikabulkan. Tetapi ketika Allah mulai menuntun atau mengarahkan langkah mereka, seharusnya mereka membalas apa yang sudah Tuhan lakukan dengan taat melakukan petunjuk tersebut. Tetapi faktanya, mereka mencari alasan untuk melawan perintah itu dengan mempersoalkan sesuatu yang seharusnya mereka tidak boleh persoalkan. Mereka mulai memutar-balikkan fakta sebagai bentuk perlawanan atas perintah Allah; yang baik dikatakan tidak baik, yang manis dikatakan hambar atau tidak ada rasanya. Tuhan memberi mereka roti dikatakan tidak diberi roti, dan Tuhan memberi mereka daging dikatakan tidak pernah makan daging.

Ingatlah bahwa manusia sekarang ini sangat mudah terjebak dalam dosa sungut-sungut. Mengapa? Karena kecenderungan manusia sekarang ini adalah serba instan. Mau makan tapi tidak mau bekerja; tetapi mereka tidak mau tahu hal tersebut, dan karena itu mereka memaksakan untuk disediakan makanan. Manusia yang berkarakter instan sangat mudah terprovokasi untuk melakukan perlawanan terhadap kemapanan orang lain. Bahkan tidak tanggung-tanggung, mereka merasa tidak risih merampas harta orang lain dengan mengatasnamakan TUHAN. Bukankah karakter yang demikian itu nampak dalam perikop bacaan hari ini, dan hal tersebut terkadang menjadi karakter kita juga.

(2). Buah dari sungut-sungut adalah kebinasaan.

Apapun alasannya, ketika kita melakukan pemberontakan terhadap Allah maka akibatnya sangat fatal, yakni: KEMATIAN. Karena itu, saya hanya mau memperingatkan diri saya dan juga memperingatkan saudara bahwa: berhati-hatilah dengan sungut-sungut. Karena sungut-sungut membuat "TALI RASA" untuk bersyukur atas semua yang Tuhan perbuat dan yang Tuhan berikan menjadi terputus. Dan karena TALI RASA itu terputus maka yang bersangkutan akan terus melakukan perlawanan terhadap hukum-hukum Allah.

Ingatlah bahwa Iblis itu lebih tahu dan lebih paham tentang siapa itu Allah dibandingkan manusia. Tetapi Iblis telah ditentukan untuk binasa. Mengapa? Karena TALI RASA pada Iblis untuk bersyukur atas segala berkat dan nikmat Allah itu TERPUTUS. Karena itu, Iblis terus melakukan perlawanan terhadap Allah dan berusaha merongrong kehidupan umat Allah agar umat pun turut melakukan perlawanan terhadap Allah dengan membuat umat itu bersungut-sungut. Dan karena itu, sekali lagi saya mau tegaskan bahwa, berhati-hatilah dan teruslah waspada sebab buah dari sungut-sungut itu adalah kebinasaan.

(3). Dosa tidak akan pernah membatalkan rencana penyelamatan Allah.

Memang menegaskan bahwa upah dosa adalah maut, dan juga ditegaskan bahwa, setiap orang akan menerima buah dari perbuatannya. Tetapi jika manusia menyadari akan kesalahannya dan mau datang kepada Allah untuk menyatakan pertobatan dan penyesalannya, maka kasih Allah akan dinyatakan dan hal tersebut melampaui keberdosaan manusia itu sendiri. Allah telah membuktikan itu, ketika bangsa Israel datang kepada Musa dan mengakui kesalahannya, maka Allah menyuruh Musa untuk membuat ulat tembaga dan meletakkannya di atas sebuah tiang; dan setiap orang yang memandang pada ular itu, sekalipun sudah dipagut ular, ia akan tetap hidup. Hal ini menjadi kiasan tentang apa yang telah dilakukan Allah melalui peristiwa Salib Kristus. Salib Kristus adalah jaminan pembenaran bagi manusia yang berdosa; karena itu setiap orang yang memandang pada salib Kristus, dosanya tertebus dan keselamatan berlaku bagi dirinya.

Karena itu saudaraku....
Ingatlah bahwa bersungut-sungut itu adalah bentuk perlawanan terhadap Allah. Dengan demikian, berhentilah untuk bersungut-sungut. Latihlah dirimu untuk beribadah, taat dan setia melakukan kehendakNya. Latilah dirimu untuk bersyukur atas semua nikmat dan berkat Tuhan. Dan yakinkan dirimu bahwa Kristus telah menjadi jaminan yang pasti untuk semua persoalan yang terjadi. Dan camkan bahwa Ia tidak akan pernah membiarkanmu untuk berjalan sendiri.

Selamat bercensura morum.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.

2 comments:

Web gratis

Web gratis
Power of Love