Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-63 tanggal 4 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).
Ringkasan Khotbah Minggu III Pra Paskah.
Disampaikan Dalam Ibadah Raya Jemaat.
Gereja Toraja Jemaat Masale.
Bacaan :
(1). Keluaran 20:1-17.
(2). 1 Korintus 1:18-31.
(3). Yohanes 2:13-22 (Bahan Utama Khotbah).
"Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat Rumah BapaKu menjadi tempat berjualan. Maka teringatlah murid-muridNya, bahwa ada tertulis: Cinta untuk rumahMu menghanguskan Aku".
Shalom bagimu.
Semoga anda mengalami kasih dan berkat Tuhan dari dalam BaitNya.
Saudaraku...
Anda masih mengingat peristiwa tanggal 11 September 2001 di mana kelompok militan Islam garis keras yakni Al-Qauda pimpinan Osama bin Laden membajak 4 pesawat jet penumpang lalu menabrakkan 2 pesawat ke menara kembar World Trade Center (WTC) di New York City dan kedua menara itu runtuh dalam kurun waktu 2 jam. Pembajak juga menabrakkan pesawat yang ketiga ke Gedung Pentagon di Arlington Virginia. Dan pesawat keempat jatuh di dekat lapangan Shanksville, Pennsylvania dan gagal mencapai target aslinya yaitu Gedung Putih (White Hause) di Washington DC.
Lebih dari 6000 orang yang mengalami luka-luka dan 2977 (termasuk 19 orang pembajak) meninggal dunia. Peristiwa ini tentunya menimbulkan ketakutan yang amat sangat di kalangan warga USA tentang ancaman teror susulan. Dan pada waktu itu, salah seorang putri dari Pdt. Billy Graham yang bernama Anne Graham diwawancarai oleh Jane Clayson. Jane Clayson mengajukan pertanyaan demikian:
Mengapa bisa serangan itu terjadi. Bagaimana mungkin Tuhan membiarkan semua ini?.
Mengapa Tuhan tidak dapat menggagalkan rencana jahat para teroris tersebut, bukankah Tuhan itu Mahatahu dan Tuhan sangat benci terhadap segala bentuk kejahatan?.
Apakah Tuhan masih bisa dipercaya?.
Anne Graham memberi jawaban yang sangat menyentuh tali rasa spiritual orang yang mendengarkannya pada waktu itu. Inilah kata-kata Anne Graham:
Saya percaya bahwa Tuhan sangat berdukacita dengan semua yang terjadi, sama berdukaNya dengan kita; namun selama bertahun-tahun kita telah mengusir Tuhan dari lingkungan sekolah, mengusir Tuhan dari lingkungan birokrasi pemerintahan dan para politisi, juga mengusir Tuhan keluar dari kehidupan kita. Dan sebagai Pribadi Yang Sopan, Tuhan tentu mundur keluar dan meninggalkan kita berjalan sendiri. Bagaimana mungkin kita mengharapkan Tuhan untuk memberi berkat dan perlindunganNya kalau kita sendiri meminta agar Tuhan keluar dari kehidupan kita.
Peristiwa-peristiwa yang barusan terjadi, bahkan penembakan-penembakan di sekolah-sekolah yang membuat banyak anak-anak mengalami trauma dan menjadi korban karenanya, semua bermula dari diri kita. Kita lebih fokus menuntut anak kita keluar sebagai juara kelas dalam bidang Fisika, Kimia, Matematika dan bidang studi lainnya, sedang hal yang paling prinsip kita lalaikan, yakni Membaca Alkitab. Bahkan ada orangtua yang berkata tidak perlu membaca Alkitab di sekolah bahkan pendidikan agama kalau perlu ditiadakan; padahal Alkitab sendiri mengajarkan kita untuk: "Jangan Membunuh, Jangan Mencuri, Jangan Berzinah, Hormatilah ayahmu dan ibumu, Kasihilah sesamamu sama seperti engkau mengasihi dirimu sendiri".
Janganlah heran jika anak kita pandai dalam ilmu ini dan itu, tetapi mereka bejat dalam kelakuan; membunuh, mencuri, berzinah, tidak mengasihi sesama, tidak hormat pada orangtua, tidak takut akan Tuhan; karena hal-hal yang bersangkutan dengan kehidupan spiritual mereka justru kita lalaikan.
Ada ahli psikologi yang mengatakan bahwa tidak boleh kita memukul atau mencubit anak-anak ssaat mereka berlaku tidak benar, nakal atau bandel, karena nanti merusak kepribadian mereka. Sekarang kita baru tahu bahwa mengapa anak-anak zaman now tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, karena nurani mereka sudah dininabobokan dengan kemanjaan yang menjauhkan cambuk atau pukulan dari perilaku mereka yang nakal. Karena itu, ketika mereka tumbuh dewasa, nurani bereka tumpul lalu merasa bebas untuk melakukan ini atau itu.
Ya....
Sangat lucu dan sangat menggelikan jika begitu mudahnya kita melupakan Tuhan lalu kita sendiri mempertanyakan keberadaan Tuhan ketika kita sedang dalam keadaan terjepit. Sangatlah lucu ketika kita menuntut keadilan Tuhan sedangkan kita sendiri tidak peduli pada larangan-larangan Tuhan untuk tidak melakukan ini atau itu. Lucu bahwa kita mempertanyakan kebenaran Alkitab, padahal kita sendiri lebih rajin membaca koran atau majalah atau buku-buku yang lainnya, sedangkan Alkitab kita biarkan tertutup bahkan lebih banyak menjadi pajangan menghiasi lemari atau rak buku kita. Sangat lucu bahwa kita lebih percaya berita yang ada di koran atau majalah dibandingkan percaya apa yang disabdakan Tuhan dalam Alkitab.
Sangat lucu bahwa kita begitu cepat menyebar gambar atau berita yang bersifat gosip lewat medsos dan kita sama sekali tidak merasa rugi untuk mengakses berita ini dan itu yang belum tentu kebenarannya, lalu kita kirim dengan cepat kepada begitu banyak teman; sedangkan mengirim pesan Alkitab kepada teman-teman kita berpikir seribukali lipat sebelum membagikannya.
Sangat lucu bagaimana artikel-artikel yang jorok dan vulgar bebas tersebar di internet lalu kita telan mentah-mentah tanpa memikirkan akibatnya; sedangkan diskusi tentang Tuhan kita hanya batasi dalam ruangan gereja saja.
Ya...mengapa anda mempertanyakan tentang Tuhan di saat persoalan datang melanda, sedangkan di saat anda merasa senang; anda justru menyingkirkan Tuhan dari kehidupan anda. Jika peristiwa 11 September harus terjadi, warga USA harus sadar bahwa bukan Tuhan yang meninggalkan kita; tetapi kitalah yang sudah jauh meninggalkan Tuhan. Jika dunia kita sekarang menuju ke neraka, itu bukan salahnya Tuhan; itu adalah kesalahan kita yang tidak mau diatur oleh hal-hal yang bersifat rohani. Dunia kita sekarang menuju kepada kehancuran karena kita menganggap remeh kehidupan spiritual kita.
Saudaraku...
Kisah tentang bagaimana Tuhan Yesus melakukan pembersihan terhadap Bait Allah di Yerusalem menurut penulis kitab Injil Yohanes, agak sedikit berbeda dengan apa yang dituliskan oleh kitab Injil Matius, Markus dan Lukas. Yohanes lebih fokus pada inti dari kehidupan spiritual Umat Allah pada mulanya, yakni bagaimana umat Israel pada awalnya sangat mengagungkan Bait Allah di Yerusalem itu, dan memandang bait itu sebagai simbol kehadiran Tuhan dan berkatNya di tengah-tengah umatNya. Ketika fungsi Bait Allah sebagai inti kehidupan spiritual umat menjadi hilang, maka tindakan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dengan mengusir para pedagang dari kompleks Bait Allah, membuat para murid tersadar sehingga mereka mengingat apa yang dicatatkan dalam Mzm. 69:10...."Cinta untuk RumahMu menghanguskan aku".
Jadi apa yang dicatat oleh penulis kitab Injil Yohanes mau menampilkan atau mempertontonkan kehidupan spiritual kita yang sesungguhnya; di mana ibadah yang kita lakukan itu hanyalah formalisme belaka; sekedar untuk mencari nama, sekedar untuk mencari popularitas, sekedar untuk mencari kedudukan, sekedar untuk mencari keuntungan dan kesenangan semata.
Tuhan Yesus menembus isi hati kita bahwa ada yang salah dalam kehidupan spiritual kita; karena itu Ia hendak meruntuhkannya dan dengan itu Ia akan kembali membangun sebuah bangunan yang baru di atas reruntuhan itu. Tuhan Yesus mencambuk kehidupan kita dengan cambuk sakit penyakit; mencambuk kehidupan kita dengan cambuk kegagalan demi kegagalan dalam usaha bisnis kita; mencambuk kehidupan kita dengan cambuk ketidak-nyamanan dan ketidak-harmonisan dalam keluarga kita; Tuhan Yesus mencambuk kehidupan kita dengan cambuk sakit hati dalam membangun relasi dengan orang lain; supaya dengan cambuk-cambuk itu kita menjadi sadar bahwa sungguh kehidupan spiritual kita, tubuh kita yang adalah Bait Roh Kudus; telah jauh menyimpang dari fungsi yang sesungguhnya, yakni sebagai tempat di mana kemuliaan Tuhan harus dipancarkan.
Jika sebentar anda kembali ke rumah; silahkan anda mengambil cermin, dan pandang wajah anda. Apakah di wajah anda itu sungguh orang lain telah memandang wajah Tuhan, ataukah selama ini anda hanya menampilkan wajah-wajah kemunafikan sehingga sulit orang mengalami perjumpaan dengan Tuhan ketika mereka berjumpa dengan anda. Dan jika kemunafikan masih menjadi momok di wajah anda, maka sudah saatnya anda mengalami cambuk murka Tuhan; dan itu bukan berarti Allah tidak sayang lagi pada anda. Justru sebaliknya, karena begitu sayangnya Allah pada anda, maka Allah tidak mau melihat anda mempertontonkan gaya hidup yang tidak berpadanan dengan yang dikehendakiNya.
Saudaraku...
Bangunan kehidupan spiritual kita yang bobrok harus kita runtuhkan dan di atas reruntuhan itu, Tuhan mau membangun bangunan yang baru. Dan untuk hal inilah, harga yang harus dibayar oleh Tuhan sangatlah mahal; yakni mengorbankan Putra TunggalNya supaya dengan pengorbananNya itu, diletakkan pondamen yang kokoh yang diatas pondamen ini dibangunlah bangunan yang baru di mana alam maut tidak akan berkuasa lagi atasnya.
Karena itu...
Di Minggu III Pra Paskah ini kita disadarkan, diingatkan dan dimotivasi untuk menjadikan Tuhan Yesus sebagai PUSAT IBADAH kita. Kita rindu supaya kehidupan masing-masing kita menjadi sarana perjumpaan dengan Allah oleh setiap orang yang haus akan hadirat Allah. Kita sangat rindu mendengar ucapan saudara-saudara kita tentang peran yang kita mainkan sebagai anak-anak Tuhan; di mana mereka berkata: "ketika aku memandang wajahmu, serasa aku memandang wajah Tuhanku".
Dan dengan demikian maka saya sangat terkesan dengan ungkapan Latin, -(yang menurut saya)-, sangat indah untuk menjadi bahan perenungan di Minggu III Pra Paskah, yakni:
"Coram Deo, Coram Mundo = Menghadap Allah untuk Menghadapi Dunia".
Ya...
Coram Deo, Coram Mundo hendak menegaskan bahwa dengan menghadap Allah, maka para utusanNya, -(yaitu saudara dan saya)-, dipanggil untuk berani menghadapi dunia yang terasing dari Allah; sehingga melalui utusan-utusan itu, dunia mengalami perjumpaan dengan Allah.
Selamat memaknai Minggu III Pra Paskah.
Tuhan Yesus memberkati anda.
(Masale, hari ke-63 tanggal 4 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).
Ringkasan Khotbah Minggu III Pra Paskah.
Disampaikan Dalam Ibadah Raya Jemaat.
Gereja Toraja Jemaat Masale.
Bacaan :
(1). Keluaran 20:1-17.
(2). 1 Korintus 1:18-31.
(3). Yohanes 2:13-22 (Bahan Utama Khotbah).
"Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat Rumah BapaKu menjadi tempat berjualan. Maka teringatlah murid-muridNya, bahwa ada tertulis: Cinta untuk rumahMu menghanguskan Aku".
Shalom bagimu.
Semoga anda mengalami kasih dan berkat Tuhan dari dalam BaitNya.
Saudaraku...
Anda masih mengingat peristiwa tanggal 11 September 2001 di mana kelompok militan Islam garis keras yakni Al-Qauda pimpinan Osama bin Laden membajak 4 pesawat jet penumpang lalu menabrakkan 2 pesawat ke menara kembar World Trade Center (WTC) di New York City dan kedua menara itu runtuh dalam kurun waktu 2 jam. Pembajak juga menabrakkan pesawat yang ketiga ke Gedung Pentagon di Arlington Virginia. Dan pesawat keempat jatuh di dekat lapangan Shanksville, Pennsylvania dan gagal mencapai target aslinya yaitu Gedung Putih (White Hause) di Washington DC.
Lebih dari 6000 orang yang mengalami luka-luka dan 2977 (termasuk 19 orang pembajak) meninggal dunia. Peristiwa ini tentunya menimbulkan ketakutan yang amat sangat di kalangan warga USA tentang ancaman teror susulan. Dan pada waktu itu, salah seorang putri dari Pdt. Billy Graham yang bernama Anne Graham diwawancarai oleh Jane Clayson. Jane Clayson mengajukan pertanyaan demikian:
Mengapa bisa serangan itu terjadi. Bagaimana mungkin Tuhan membiarkan semua ini?.
Mengapa Tuhan tidak dapat menggagalkan rencana jahat para teroris tersebut, bukankah Tuhan itu Mahatahu dan Tuhan sangat benci terhadap segala bentuk kejahatan?.
Apakah Tuhan masih bisa dipercaya?.
Anne Graham memberi jawaban yang sangat menyentuh tali rasa spiritual orang yang mendengarkannya pada waktu itu. Inilah kata-kata Anne Graham:
Saya percaya bahwa Tuhan sangat berdukacita dengan semua yang terjadi, sama berdukaNya dengan kita; namun selama bertahun-tahun kita telah mengusir Tuhan dari lingkungan sekolah, mengusir Tuhan dari lingkungan birokrasi pemerintahan dan para politisi, juga mengusir Tuhan keluar dari kehidupan kita. Dan sebagai Pribadi Yang Sopan, Tuhan tentu mundur keluar dan meninggalkan kita berjalan sendiri. Bagaimana mungkin kita mengharapkan Tuhan untuk memberi berkat dan perlindunganNya kalau kita sendiri meminta agar Tuhan keluar dari kehidupan kita.
Peristiwa-peristiwa yang barusan terjadi, bahkan penembakan-penembakan di sekolah-sekolah yang membuat banyak anak-anak mengalami trauma dan menjadi korban karenanya, semua bermula dari diri kita. Kita lebih fokus menuntut anak kita keluar sebagai juara kelas dalam bidang Fisika, Kimia, Matematika dan bidang studi lainnya, sedang hal yang paling prinsip kita lalaikan, yakni Membaca Alkitab. Bahkan ada orangtua yang berkata tidak perlu membaca Alkitab di sekolah bahkan pendidikan agama kalau perlu ditiadakan; padahal Alkitab sendiri mengajarkan kita untuk: "Jangan Membunuh, Jangan Mencuri, Jangan Berzinah, Hormatilah ayahmu dan ibumu, Kasihilah sesamamu sama seperti engkau mengasihi dirimu sendiri".
Janganlah heran jika anak kita pandai dalam ilmu ini dan itu, tetapi mereka bejat dalam kelakuan; membunuh, mencuri, berzinah, tidak mengasihi sesama, tidak hormat pada orangtua, tidak takut akan Tuhan; karena hal-hal yang bersangkutan dengan kehidupan spiritual mereka justru kita lalaikan.
Ada ahli psikologi yang mengatakan bahwa tidak boleh kita memukul atau mencubit anak-anak ssaat mereka berlaku tidak benar, nakal atau bandel, karena nanti merusak kepribadian mereka. Sekarang kita baru tahu bahwa mengapa anak-anak zaman now tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, karena nurani mereka sudah dininabobokan dengan kemanjaan yang menjauhkan cambuk atau pukulan dari perilaku mereka yang nakal. Karena itu, ketika mereka tumbuh dewasa, nurani bereka tumpul lalu merasa bebas untuk melakukan ini atau itu.
Ya....
Sangat lucu dan sangat menggelikan jika begitu mudahnya kita melupakan Tuhan lalu kita sendiri mempertanyakan keberadaan Tuhan ketika kita sedang dalam keadaan terjepit. Sangatlah lucu ketika kita menuntut keadilan Tuhan sedangkan kita sendiri tidak peduli pada larangan-larangan Tuhan untuk tidak melakukan ini atau itu. Lucu bahwa kita mempertanyakan kebenaran Alkitab, padahal kita sendiri lebih rajin membaca koran atau majalah atau buku-buku yang lainnya, sedangkan Alkitab kita biarkan tertutup bahkan lebih banyak menjadi pajangan menghiasi lemari atau rak buku kita. Sangat lucu bahwa kita lebih percaya berita yang ada di koran atau majalah dibandingkan percaya apa yang disabdakan Tuhan dalam Alkitab.
Sangat lucu bahwa kita begitu cepat menyebar gambar atau berita yang bersifat gosip lewat medsos dan kita sama sekali tidak merasa rugi untuk mengakses berita ini dan itu yang belum tentu kebenarannya, lalu kita kirim dengan cepat kepada begitu banyak teman; sedangkan mengirim pesan Alkitab kepada teman-teman kita berpikir seribukali lipat sebelum membagikannya.
Sangat lucu bagaimana artikel-artikel yang jorok dan vulgar bebas tersebar di internet lalu kita telan mentah-mentah tanpa memikirkan akibatnya; sedangkan diskusi tentang Tuhan kita hanya batasi dalam ruangan gereja saja.
Ya...mengapa anda mempertanyakan tentang Tuhan di saat persoalan datang melanda, sedangkan di saat anda merasa senang; anda justru menyingkirkan Tuhan dari kehidupan anda. Jika peristiwa 11 September harus terjadi, warga USA harus sadar bahwa bukan Tuhan yang meninggalkan kita; tetapi kitalah yang sudah jauh meninggalkan Tuhan. Jika dunia kita sekarang menuju ke neraka, itu bukan salahnya Tuhan; itu adalah kesalahan kita yang tidak mau diatur oleh hal-hal yang bersifat rohani. Dunia kita sekarang menuju kepada kehancuran karena kita menganggap remeh kehidupan spiritual kita.
Saudaraku...
Kisah tentang bagaimana Tuhan Yesus melakukan pembersihan terhadap Bait Allah di Yerusalem menurut penulis kitab Injil Yohanes, agak sedikit berbeda dengan apa yang dituliskan oleh kitab Injil Matius, Markus dan Lukas. Yohanes lebih fokus pada inti dari kehidupan spiritual Umat Allah pada mulanya, yakni bagaimana umat Israel pada awalnya sangat mengagungkan Bait Allah di Yerusalem itu, dan memandang bait itu sebagai simbol kehadiran Tuhan dan berkatNya di tengah-tengah umatNya. Ketika fungsi Bait Allah sebagai inti kehidupan spiritual umat menjadi hilang, maka tindakan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dengan mengusir para pedagang dari kompleks Bait Allah, membuat para murid tersadar sehingga mereka mengingat apa yang dicatatkan dalam Mzm. 69:10...."Cinta untuk RumahMu menghanguskan aku".
Jadi apa yang dicatat oleh penulis kitab Injil Yohanes mau menampilkan atau mempertontonkan kehidupan spiritual kita yang sesungguhnya; di mana ibadah yang kita lakukan itu hanyalah formalisme belaka; sekedar untuk mencari nama, sekedar untuk mencari popularitas, sekedar untuk mencari kedudukan, sekedar untuk mencari keuntungan dan kesenangan semata.
Tuhan Yesus menembus isi hati kita bahwa ada yang salah dalam kehidupan spiritual kita; karena itu Ia hendak meruntuhkannya dan dengan itu Ia akan kembali membangun sebuah bangunan yang baru di atas reruntuhan itu. Tuhan Yesus mencambuk kehidupan kita dengan cambuk sakit penyakit; mencambuk kehidupan kita dengan cambuk kegagalan demi kegagalan dalam usaha bisnis kita; mencambuk kehidupan kita dengan cambuk ketidak-nyamanan dan ketidak-harmonisan dalam keluarga kita; Tuhan Yesus mencambuk kehidupan kita dengan cambuk sakit hati dalam membangun relasi dengan orang lain; supaya dengan cambuk-cambuk itu kita menjadi sadar bahwa sungguh kehidupan spiritual kita, tubuh kita yang adalah Bait Roh Kudus; telah jauh menyimpang dari fungsi yang sesungguhnya, yakni sebagai tempat di mana kemuliaan Tuhan harus dipancarkan.
Jika sebentar anda kembali ke rumah; silahkan anda mengambil cermin, dan pandang wajah anda. Apakah di wajah anda itu sungguh orang lain telah memandang wajah Tuhan, ataukah selama ini anda hanya menampilkan wajah-wajah kemunafikan sehingga sulit orang mengalami perjumpaan dengan Tuhan ketika mereka berjumpa dengan anda. Dan jika kemunafikan masih menjadi momok di wajah anda, maka sudah saatnya anda mengalami cambuk murka Tuhan; dan itu bukan berarti Allah tidak sayang lagi pada anda. Justru sebaliknya, karena begitu sayangnya Allah pada anda, maka Allah tidak mau melihat anda mempertontonkan gaya hidup yang tidak berpadanan dengan yang dikehendakiNya.
Saudaraku...
Bangunan kehidupan spiritual kita yang bobrok harus kita runtuhkan dan di atas reruntuhan itu, Tuhan mau membangun bangunan yang baru. Dan untuk hal inilah, harga yang harus dibayar oleh Tuhan sangatlah mahal; yakni mengorbankan Putra TunggalNya supaya dengan pengorbananNya itu, diletakkan pondamen yang kokoh yang diatas pondamen ini dibangunlah bangunan yang baru di mana alam maut tidak akan berkuasa lagi atasnya.
Karena itu...
Di Minggu III Pra Paskah ini kita disadarkan, diingatkan dan dimotivasi untuk menjadikan Tuhan Yesus sebagai PUSAT IBADAH kita. Kita rindu supaya kehidupan masing-masing kita menjadi sarana perjumpaan dengan Allah oleh setiap orang yang haus akan hadirat Allah. Kita sangat rindu mendengar ucapan saudara-saudara kita tentang peran yang kita mainkan sebagai anak-anak Tuhan; di mana mereka berkata: "ketika aku memandang wajahmu, serasa aku memandang wajah Tuhanku".
Dan dengan demikian maka saya sangat terkesan dengan ungkapan Latin, -(yang menurut saya)-, sangat indah untuk menjadi bahan perenungan di Minggu III Pra Paskah, yakni:
"Coram Deo, Coram Mundo = Menghadap Allah untuk Menghadapi Dunia".
Ya...
Coram Deo, Coram Mundo hendak menegaskan bahwa dengan menghadap Allah, maka para utusanNya, -(yaitu saudara dan saya)-, dipanggil untuk berani menghadapi dunia yang terasing dari Allah; sehingga melalui utusan-utusan itu, dunia mengalami perjumpaan dengan Allah.
Selamat memaknai Minggu III Pra Paskah.
Tuhan Yesus memberkati anda.
Amin.
ReplyDelete