Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-80 tanggal 21 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-31 Masa Pra Paskah.
Bacaan : Imamat 1:1-17.
"Jikalau persembahannya merupakan korban bakaran dari lembu, haruslah ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela. Ia harus membawanya ke pintu Kemah Pertemuan, supaya Tuhan berkenan akan dia. Lalu ia harus meletakkan tangannya ke atas kepala korban bakaran itu, sehingga baginya persembahan itu diperkenan untuk mengadakan pendamaian dengan dia, kemudian haruslah ia menyembelih lembu itu di hadapan Tuhan (Im. 1:3-5)".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda diberkati.
Saudaraku...
Izinkanlah saya untuk mengajukan beberapa pertanyaan kepada anda, dan saya berharap bahwa anda menjawabnya dengan jujur:
Menurut anda, apakah PERSEMBAHAN itu?.
Sudahkah anda mempersembahkan PERSEMBAHAN yang terbaik kepadaNya?.
Jika anda memahami bahwa PERSEMBAHAN itu berhubungan dengan Tuhan, maka sudahkah anda menampakkan sikap batin yang benar dalam membawa PERSEMBAHAN anda kepadaNya?.
Sungguh-sungguhkah hati anda tulus dan murni dalam membawa PERSEMBAHAN anda kepadaNya?.
Saudaraku...
Dalam kehidupan ritual umat Perjanjian Lama pun umat Perjanjian Baru, bahkan sampai pada zaman di mana kita ada sekarang ini, membawa persembahan kepada Tuhan kita anggap sebagai sebuah keharusan setiap kali kita mengikuti peribadahan. Ya....Persembahan adalah bagian dari sebuah ibadah bahkan dalam konteks Perjanjian Lama dan kemudian diteruskan pada zaman Tuhan Yesus sebagaimana catatan dalam kitab Injil, Persembahan (Korban) menjadi inti atau pusat dari sebuah ritual. Tentunya makna yang terkandung dalam Persembahan tersebut, pada zaman Gereja Mula-mula (Zaman Para Rasuli) diinterpretasikan pada fakta SALIB; bahwa semua persembahan-persembahan atau Korban-korban yang dilakukan dalam Ritual Perjanjian Lama telah disempurnakan dan atau mencapai puncaknya melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas SALIB GOLGUTA.
Saya hanya mau mengingatkan anda bahwa di balik PERSEMBAHAN anda, akan disingkapkan tentang PENYEMBAHAN anda di hadapan Tuhan. Karena itu saya sangat berharap bahwa firman Tuhan hari ini akan memberi pemahaman yang baru kepada anda tentang apa itu PERSEMBAHAN dan bagaimana seharusnya sikap batin anda dalam membawa PERSEMBAHAN anda kepada Tuhan. Ada beberapa prosedur yang harus dilakukan oleh Umat Israel dalam memberi Persembahan atau Korbannya kepada Tuhan, dan bagi saya, hal-hal tersebut sangat penting untuk dicatat, diingat dan dilakukan:
(1). Binatang yang dipersembahkan harus tidak bercacad.
Tentu hal ini sangat prinsip.
Mengapa?
Karena anda sedang berhadapan dengan Tuhan.
Anda tidak boleh menganggap remeh persoalan apa yang anda bawa atau anda berikan sebagai ungkapan syukur anda kepada Tuhan. Sebab Tuhan itu Agung, Besar, Kudus dan Mulia. Anda harus serius dengan PERSEMBAHAN anda; tidak boleh bermain-main. Kalau anda memberikan sesuatu yang tidak sempurna kepada pak Jondel, -(entah itu uang sobek, atau pakaian bekas, ataukah buah yang busuk setengahnya, ataukah makanan basi)-, itu tidak jadi masalah. Tetapi persoalannya ketika anda memberi PERSEMBAHAN anda dalam ibadah apapun yang anda ikuti: "Sesungguh anda sedang berhubungan atau berhadapan langsung dengan Tuhan. Anda sedang berhadapan muka dengan pribadi yang Agung, Besar, Kudus dan Mulia; pribadi yang tidak ingin dipermain-mainkan".
Sangat menarik Kitab Maleakhi menggambarkan dengan memakai kiasan seperti ini:
"Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepadaKu itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepadaKu itu?....Apabilah kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat? Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? (Maleakhi 1:6, 8)".
Sekarang anda melihat apa yang anda sudah persembahkan di hari-hari yang lalu.
Saya pun harus jujur mengatakan bahwa sesungguhnya banyak kali saya melukai hati Tuhan dengan PERSEMBAHAN saya.
Sungguh, betapa sakit hati Tuhan, karena Tuhan telah memberikan yang terbaik dalam hidup saya, bahkan nafas hidup ini diberikanNya dengan tidak mengeluarkan sesenpun duit; tetapi dalam merespons segala kebaikan itu, saya telah memberikan sesuatu yang cacad dan itu sangat jahat sekali.
O..Tuhan, ampunilah saya karena saya telah memberikan yang kumal kepadaMu!.
O..Tuhan, ampunilah saya karena saya telah memberikan yang kusut kepadaMu!.
O..Tuhan, ampunilah saya karena saya telah memberikan sesuatu yang tidak layak pakai kepadaMu!. Betapa bodohnya aku karena tidak menyadari bahwa aku sedang berhadapan dengan Engkau!.
O..Tuhan, ampunilah aku!.
O...bagian ini mau mengajak anda untuk memberi yang terbaik.
Dan "Yang Terbaik" itu bukan menunjuk dalam hal "Besaran" atau "Jumlah", tetapi dalam hal "Kwalitas".
Ingatlah bahwa Tuhan tidak memandang bahwa lembu itu yang terbaik karena ia lebih besar dari kambing atau domba dan harganya pun mahal. Tuhan tidak memandang kambing atau domba itu lebih baik dari pada seekor burung tekukur atau burung merpati karena kambing dan domba itu lebih besar dan lebih mahal dari pada tekukur atau merpati. Yang Tuhan pandang adalah sikap batin anda dalam memberi, memberi dengan hati yang tulus dan juga memberi dengan penuh rasa hormat; itulah "Persembahan Yang Terbaik". Bukan memberi dengan asal-asalan. Dan camkanlah hal ini; memberi dengan asal-asalan tidak lebih dari pada "Korban Yang Cacad dalam pemandangan Tuhan".
(2). Yang bersangkutan harus menyamakan dirinya dengan korban persembahannya.
Meletakkan tangan di atas kepala lembu mengandung makna simbolis bahwa kematian lembu itu adalah kematian orang berdosa. Jadi dengan tindakan ini mau menegaskan bahwa konsekwensi dari dosa adalah kematian, dan karena itu kita siap untuk mematikan segala dosa-dosa kita dan berusaha untuk hidup baru di dalam Tuhan.
Tindakan meletakkan tangan di atas kepala kemudian dilanjutkan oleh yang bersangkutan dengan menyembelih sendiri lembu tersebut. Ya...bukan orang lain yang akan mematikan semua bentuk dosa yang melekat pada diri kita, tetapi setiap orang harus bertindak untuk menyembelih dosa itu. Kita harus menyembelih rasa keakuan atau ego kita; kita harus mematikan segala bentuk penonjolan diri atau kesombongan, kita harus menyembelih sifat ingin menang sendiri dan benar sendiri, ya...kita harus menyembelih semua tindakan yang tidak berkenan di mata Tuhan.
Sedangkan Imam harus mengambil darah dari binatang korban itu dan menyiramkan atau memercikkannya pada sekeliling mezbah di depan pintu Kemah Pertemuan sebagai simbol Pendamaian. Tanpa Imam, maka seseorang dan korban persembahannya tidak akan berkenan kepada Allah (Ibr. 11:6). Karena itu sang Imam akan menegaskan bahwa darah korban telah menyucikan hidupnya dari segala dosa dan pelanggaran.
Saudaraku...
Betapa ribet ritual yang harus dilakukan umat Perjanjian Lama dan mereka harus melakukannya dengan seksama, telaten dan tepat; dan untuk hal-hal seperti ini, hanya Imamlah yang tahu dan yang menentukan. Dan yang lebih lagi ialah, persembahan atau korban seperti ini harus dilakukan berulang-ulang setiap tahun. Karena itu, kita harus bersyukur bahwa semua bentuk Persembahan atau korban-korban dalam Perjanjian Lama adalah gambaran dari apa yang akan Tuhan kerjakan melalui, dalam dan oleh Yesus Kristus. Persembahan atau Korban-korban seperti itu telah disempurnakan melalui peristiwa SALIB. Konsekwensi atas keberdosaan telah ditanggung sepenuhnya oleh Tuhan Yesus. TubuhNya harus diremukkan, dan Ia seperti domba yang tersembelih serta darahNya pun harus tertumpah; dan hal itu sekali untuk selamanya serta sempurna adanya.
Jikalau sedemikian Tuhan Yesus telah menanggung hukuman atas dosa-dosa kita, dan darahNya telah menyucikan Tubuh, Roh dan Jiwa kita; maka betapa jahatnya kita jikalau dalam merespon kebaikan Tuhan itu, kita mempersembahkan sesuatu dengan asal-asalan. Betapa jahatnya kita karena kita sering mempersembahkan sesuatu yang tidak layak, padahal Tuhan telah memberikan sesuatu yang paling sempurna, yakni diriNya sendiri untuk tebusan atas dosa kita.
Karena itu saudaraku....
Mari belajar untuk "Memberi Yang terbaik" dengan cara-cara yang terhormat, mulia dan agung. Hanya dengan itu, maka Tuhan akan semakin berkenan atas kehidupan kita dan kita akan merasakan kelimpahan kasihNya.
Selamat bercensura morum.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Masale, hari ke-80 tanggal 21 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-31 Masa Pra Paskah.
Bacaan : Imamat 1:1-17.
"Jikalau persembahannya merupakan korban bakaran dari lembu, haruslah ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela. Ia harus membawanya ke pintu Kemah Pertemuan, supaya Tuhan berkenan akan dia. Lalu ia harus meletakkan tangannya ke atas kepala korban bakaran itu, sehingga baginya persembahan itu diperkenan untuk mengadakan pendamaian dengan dia, kemudian haruslah ia menyembelih lembu itu di hadapan Tuhan (Im. 1:3-5)".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda diberkati.
Saudaraku...
Izinkanlah saya untuk mengajukan beberapa pertanyaan kepada anda, dan saya berharap bahwa anda menjawabnya dengan jujur:
Menurut anda, apakah PERSEMBAHAN itu?.
Sudahkah anda mempersembahkan PERSEMBAHAN yang terbaik kepadaNya?.
Jika anda memahami bahwa PERSEMBAHAN itu berhubungan dengan Tuhan, maka sudahkah anda menampakkan sikap batin yang benar dalam membawa PERSEMBAHAN anda kepadaNya?.
Sungguh-sungguhkah hati anda tulus dan murni dalam membawa PERSEMBAHAN anda kepadaNya?.
Saudaraku...
Dalam kehidupan ritual umat Perjanjian Lama pun umat Perjanjian Baru, bahkan sampai pada zaman di mana kita ada sekarang ini, membawa persembahan kepada Tuhan kita anggap sebagai sebuah keharusan setiap kali kita mengikuti peribadahan. Ya....Persembahan adalah bagian dari sebuah ibadah bahkan dalam konteks Perjanjian Lama dan kemudian diteruskan pada zaman Tuhan Yesus sebagaimana catatan dalam kitab Injil, Persembahan (Korban) menjadi inti atau pusat dari sebuah ritual. Tentunya makna yang terkandung dalam Persembahan tersebut, pada zaman Gereja Mula-mula (Zaman Para Rasuli) diinterpretasikan pada fakta SALIB; bahwa semua persembahan-persembahan atau Korban-korban yang dilakukan dalam Ritual Perjanjian Lama telah disempurnakan dan atau mencapai puncaknya melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas SALIB GOLGUTA.
Saya hanya mau mengingatkan anda bahwa di balik PERSEMBAHAN anda, akan disingkapkan tentang PENYEMBAHAN anda di hadapan Tuhan. Karena itu saya sangat berharap bahwa firman Tuhan hari ini akan memberi pemahaman yang baru kepada anda tentang apa itu PERSEMBAHAN dan bagaimana seharusnya sikap batin anda dalam membawa PERSEMBAHAN anda kepada Tuhan. Ada beberapa prosedur yang harus dilakukan oleh Umat Israel dalam memberi Persembahan atau Korbannya kepada Tuhan, dan bagi saya, hal-hal tersebut sangat penting untuk dicatat, diingat dan dilakukan:
(1). Binatang yang dipersembahkan harus tidak bercacad.
Tentu hal ini sangat prinsip.
Mengapa?
Karena anda sedang berhadapan dengan Tuhan.
Anda tidak boleh menganggap remeh persoalan apa yang anda bawa atau anda berikan sebagai ungkapan syukur anda kepada Tuhan. Sebab Tuhan itu Agung, Besar, Kudus dan Mulia. Anda harus serius dengan PERSEMBAHAN anda; tidak boleh bermain-main. Kalau anda memberikan sesuatu yang tidak sempurna kepada pak Jondel, -(entah itu uang sobek, atau pakaian bekas, ataukah buah yang busuk setengahnya, ataukah makanan basi)-, itu tidak jadi masalah. Tetapi persoalannya ketika anda memberi PERSEMBAHAN anda dalam ibadah apapun yang anda ikuti: "Sesungguh anda sedang berhubungan atau berhadapan langsung dengan Tuhan. Anda sedang berhadapan muka dengan pribadi yang Agung, Besar, Kudus dan Mulia; pribadi yang tidak ingin dipermain-mainkan".
Sangat menarik Kitab Maleakhi menggambarkan dengan memakai kiasan seperti ini:
"Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepadaKu itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepadaKu itu?....Apabilah kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat? Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? (Maleakhi 1:6, 8)".
Sekarang anda melihat apa yang anda sudah persembahkan di hari-hari yang lalu.
Saya pun harus jujur mengatakan bahwa sesungguhnya banyak kali saya melukai hati Tuhan dengan PERSEMBAHAN saya.
Sungguh, betapa sakit hati Tuhan, karena Tuhan telah memberikan yang terbaik dalam hidup saya, bahkan nafas hidup ini diberikanNya dengan tidak mengeluarkan sesenpun duit; tetapi dalam merespons segala kebaikan itu, saya telah memberikan sesuatu yang cacad dan itu sangat jahat sekali.
O..Tuhan, ampunilah saya karena saya telah memberikan yang kumal kepadaMu!.
O..Tuhan, ampunilah saya karena saya telah memberikan yang kusut kepadaMu!.
O..Tuhan, ampunilah saya karena saya telah memberikan sesuatu yang tidak layak pakai kepadaMu!. Betapa bodohnya aku karena tidak menyadari bahwa aku sedang berhadapan dengan Engkau!.
O..Tuhan, ampunilah aku!.
O...bagian ini mau mengajak anda untuk memberi yang terbaik.
Dan "Yang Terbaik" itu bukan menunjuk dalam hal "Besaran" atau "Jumlah", tetapi dalam hal "Kwalitas".
Ingatlah bahwa Tuhan tidak memandang bahwa lembu itu yang terbaik karena ia lebih besar dari kambing atau domba dan harganya pun mahal. Tuhan tidak memandang kambing atau domba itu lebih baik dari pada seekor burung tekukur atau burung merpati karena kambing dan domba itu lebih besar dan lebih mahal dari pada tekukur atau merpati. Yang Tuhan pandang adalah sikap batin anda dalam memberi, memberi dengan hati yang tulus dan juga memberi dengan penuh rasa hormat; itulah "Persembahan Yang Terbaik". Bukan memberi dengan asal-asalan. Dan camkanlah hal ini; memberi dengan asal-asalan tidak lebih dari pada "Korban Yang Cacad dalam pemandangan Tuhan".
(2). Yang bersangkutan harus menyamakan dirinya dengan korban persembahannya.
Meletakkan tangan di atas kepala lembu mengandung makna simbolis bahwa kematian lembu itu adalah kematian orang berdosa. Jadi dengan tindakan ini mau menegaskan bahwa konsekwensi dari dosa adalah kematian, dan karena itu kita siap untuk mematikan segala dosa-dosa kita dan berusaha untuk hidup baru di dalam Tuhan.
Tindakan meletakkan tangan di atas kepala kemudian dilanjutkan oleh yang bersangkutan dengan menyembelih sendiri lembu tersebut. Ya...bukan orang lain yang akan mematikan semua bentuk dosa yang melekat pada diri kita, tetapi setiap orang harus bertindak untuk menyembelih dosa itu. Kita harus menyembelih rasa keakuan atau ego kita; kita harus mematikan segala bentuk penonjolan diri atau kesombongan, kita harus menyembelih sifat ingin menang sendiri dan benar sendiri, ya...kita harus menyembelih semua tindakan yang tidak berkenan di mata Tuhan.
Sedangkan Imam harus mengambil darah dari binatang korban itu dan menyiramkan atau memercikkannya pada sekeliling mezbah di depan pintu Kemah Pertemuan sebagai simbol Pendamaian. Tanpa Imam, maka seseorang dan korban persembahannya tidak akan berkenan kepada Allah (Ibr. 11:6). Karena itu sang Imam akan menegaskan bahwa darah korban telah menyucikan hidupnya dari segala dosa dan pelanggaran.
Saudaraku...
Betapa ribet ritual yang harus dilakukan umat Perjanjian Lama dan mereka harus melakukannya dengan seksama, telaten dan tepat; dan untuk hal-hal seperti ini, hanya Imamlah yang tahu dan yang menentukan. Dan yang lebih lagi ialah, persembahan atau korban seperti ini harus dilakukan berulang-ulang setiap tahun. Karena itu, kita harus bersyukur bahwa semua bentuk Persembahan atau korban-korban dalam Perjanjian Lama adalah gambaran dari apa yang akan Tuhan kerjakan melalui, dalam dan oleh Yesus Kristus. Persembahan atau Korban-korban seperti itu telah disempurnakan melalui peristiwa SALIB. Konsekwensi atas keberdosaan telah ditanggung sepenuhnya oleh Tuhan Yesus. TubuhNya harus diremukkan, dan Ia seperti domba yang tersembelih serta darahNya pun harus tertumpah; dan hal itu sekali untuk selamanya serta sempurna adanya.
Jikalau sedemikian Tuhan Yesus telah menanggung hukuman atas dosa-dosa kita, dan darahNya telah menyucikan Tubuh, Roh dan Jiwa kita; maka betapa jahatnya kita jikalau dalam merespon kebaikan Tuhan itu, kita mempersembahkan sesuatu dengan asal-asalan. Betapa jahatnya kita karena kita sering mempersembahkan sesuatu yang tidak layak, padahal Tuhan telah memberikan sesuatu yang paling sempurna, yakni diriNya sendiri untuk tebusan atas dosa kita.
Karena itu saudaraku....
Mari belajar untuk "Memberi Yang terbaik" dengan cara-cara yang terhormat, mulia dan agung. Hanya dengan itu, maka Tuhan akan semakin berkenan atas kehidupan kita dan kita akan merasakan kelimpahan kasihNya.
Selamat bercensura morum.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.
Amin.
ReplyDelete* AYUK JOIN DAN RASAKAN SENSASI BERMAIN *
ReplyDeleteAdu Ayam
Adu Ayam Bangkok
Adu Ayam Sampai Mati
Agen S128
Agen Sabung Ayam
Sabung Ayam Online Terpercaya
* KUNJUNGI SITUS KAMI DI *
http://www.gorengayam.co
* HANYA DI SINI ANDA BISA MERASAKAN KEMENANGAN TERUS MENERUS *
http://gulaiayammarketing.blogspot.com/2018/09/menjelaskan-style-kaki-pada-sabung-ayam.html