Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-87 tanggal 28 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-37 Masa Pra Paskah.
Bacaan : Yohanes 13:1-20.
"Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu (Yoh. 13:13-15)".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda diberkati Tuhan.
Saudaraku...
Moment malam terakhir antara Yesus dan murid-muridNya di kota suci Yerusalem diisi dengan peristiwa yang sangat menyentuh batin, dan jika anda turut serta di dalamnya, maka hanya derai air mata yang mampu bercerita tentang kepedihan hati dari Sang Guru di mana Ia harus pergi meninggalkan murid-muridNya dengan menempuh jalan penuh derita. Ada dua hal yang sangat menyentuh batin saya, yakni:
Pertama:
Ketika Tuhan Yesus menanggalkan jubahNya lalu mengambil kain lenan halus dan diikatkannya pada pinggangNya, lalu Ia menuangkan air ke basi (baskom) dan kemudian satu-persatu kaki murid-muridNya itu dibasuh. Ia menjelaskan maksud dari tindakanNya itu, sebagai sebuah tindakan "Merendahkan Hati" untuk menjadi pelayan bagi semua. Tuhan Yesus meninggalkan teladan itu agar dengan demikian setiap orang yang mengklaim dirinya "Pengikut Yesus", wajib untuk melakukannya terhadap semua orang (Yoh. 13:13-15).
Kedua:
Ketika Ia memakai kembali jubahNya dan menerangkan makna dari apa yang dilakukanNya itu, kemudian Ia mengambil roti dan memecah-mecahkannya lalu diberikan kepada murid-muridNya sambil berkata: "Inilah tubuhKu yang dipecah-pecahkan karena kamu, perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku. Dan setelah itu, diambilnya cawan minuman dan menuangkan anggur ke dalamnya lalu berkata: Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darahKu, yang ditumpahkan bagi kamu (Luk. 22:19-20)".
Betapa kedua hal ini sangat menyentuh batin saya dan perasaan atau emosi saya bergetar setiap kali membaca kedua moment ini:
Oh....betapa Dia, yang adalah Tuhan; Yang Maha Agung, Yang Maha Besar, Yang Maha Kudus, Raja di atas segala raja, Tuhan Yang Perkasa, Eloha = Elohim yang berkuasa atas semesta; justru merendahkan diriNya sedemikian rupa di bawah kaki saya, memegang kaki saya yang kotor, mencucinya dengan tanganNya yang tak bernoda itu, mengeringkannya bahkan bisa jadi Ia menciumnya. Hati siapa yang dapat tahan melihat Tuhanku melakukan hal tersebut. Bisa jadi saya akan mengambil sikap seperti Petrus yang mengatakan: "Jangan, Tuhan! Jangan Engkau membasuh aku, sebab akulah yang pantas untuk ada di bawah kakiMu dan membasuh kaki itu". Tetapi Tuhan tidak mau mendengar kata-kataku, Ia terus melakukannya untuk aku.
Sungguh rasa ego saya terusik oleh teladan yang ditinggalkan Tuhanku. Keakuanku tertampar oleh kerendahan dari Sang Guru Kehidupan, sampai aku berkata pada diriku sendiri: "Apa kelebihanku dibanding Tuhan Yesus? Betapa picik diriku dan betapa angkuhnya aku di hadapan sesamaku. Tuhanku saja yang begitu Agung dan Mulia, rela merendahkan diriNya dengan menanggalkan kebesaran dan kehormatanNya untuk melayani diriku. O...Tuhan, baharuilah hatiku dengan Roh Yang Rela untuk merendah, supaya aku dapat memandang kemuliaanMu di balik kerendahan hatiku".
Belum habis yang dilakukanNya itu, berlanjut ke moment yang kedua. Ia memberi tahu apa yang akan dialamiNya karena dosa-dosaku. TubuhNya akan tercabik-cabik karena pelanggaran-pelanggaranku dan darahNya akan tertumpah karena aib dosaku. Betapa Ia merelakan diriNya diperlakukan tidak manusiawi; tetapi semua itu diterimaNya sebagai jalan penebusan atas diriku.
Saudaraku...
Saya hanya mengajak anda untuk mempersiapkan diri dalam menyambut Pekan Suci memasuki apa yang disebut Triduum atau Tiga Moment Suci: Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Sunyi. Ketiga Moment Suci ini mau mengantar kita untuk lebih dalam lagi menyelami kedahsyatan kuasa kasih Tuhan yang telah menyempurnakan karya penyelamatan melalui sengsara, kematian dan kebangkitan Kristus.
Selamat mempersiapkan diri untuk menyambut Kamis Putih.
Selamat memaknai Merendahkan diri bagi yang lain.
Selamat bercensura morum.
Tuhan Yesus memberkati saudara.
(Masale, hari ke-87 tanggal 28 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-37 Masa Pra Paskah.
Bacaan : Yohanes 13:1-20.
"Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu (Yoh. 13:13-15)".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda diberkati Tuhan.
Saudaraku...
Moment malam terakhir antara Yesus dan murid-muridNya di kota suci Yerusalem diisi dengan peristiwa yang sangat menyentuh batin, dan jika anda turut serta di dalamnya, maka hanya derai air mata yang mampu bercerita tentang kepedihan hati dari Sang Guru di mana Ia harus pergi meninggalkan murid-muridNya dengan menempuh jalan penuh derita. Ada dua hal yang sangat menyentuh batin saya, yakni:
Pertama:
Ketika Tuhan Yesus menanggalkan jubahNya lalu mengambil kain lenan halus dan diikatkannya pada pinggangNya, lalu Ia menuangkan air ke basi (baskom) dan kemudian satu-persatu kaki murid-muridNya itu dibasuh. Ia menjelaskan maksud dari tindakanNya itu, sebagai sebuah tindakan "Merendahkan Hati" untuk menjadi pelayan bagi semua. Tuhan Yesus meninggalkan teladan itu agar dengan demikian setiap orang yang mengklaim dirinya "Pengikut Yesus", wajib untuk melakukannya terhadap semua orang (Yoh. 13:13-15).
Kedua:
Ketika Ia memakai kembali jubahNya dan menerangkan makna dari apa yang dilakukanNya itu, kemudian Ia mengambil roti dan memecah-mecahkannya lalu diberikan kepada murid-muridNya sambil berkata: "Inilah tubuhKu yang dipecah-pecahkan karena kamu, perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku. Dan setelah itu, diambilnya cawan minuman dan menuangkan anggur ke dalamnya lalu berkata: Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darahKu, yang ditumpahkan bagi kamu (Luk. 22:19-20)".
Betapa kedua hal ini sangat menyentuh batin saya dan perasaan atau emosi saya bergetar setiap kali membaca kedua moment ini:
Oh....betapa Dia, yang adalah Tuhan; Yang Maha Agung, Yang Maha Besar, Yang Maha Kudus, Raja di atas segala raja, Tuhan Yang Perkasa, Eloha = Elohim yang berkuasa atas semesta; justru merendahkan diriNya sedemikian rupa di bawah kaki saya, memegang kaki saya yang kotor, mencucinya dengan tanganNya yang tak bernoda itu, mengeringkannya bahkan bisa jadi Ia menciumnya. Hati siapa yang dapat tahan melihat Tuhanku melakukan hal tersebut. Bisa jadi saya akan mengambil sikap seperti Petrus yang mengatakan: "Jangan, Tuhan! Jangan Engkau membasuh aku, sebab akulah yang pantas untuk ada di bawah kakiMu dan membasuh kaki itu". Tetapi Tuhan tidak mau mendengar kata-kataku, Ia terus melakukannya untuk aku.
Sungguh rasa ego saya terusik oleh teladan yang ditinggalkan Tuhanku. Keakuanku tertampar oleh kerendahan dari Sang Guru Kehidupan, sampai aku berkata pada diriku sendiri: "Apa kelebihanku dibanding Tuhan Yesus? Betapa picik diriku dan betapa angkuhnya aku di hadapan sesamaku. Tuhanku saja yang begitu Agung dan Mulia, rela merendahkan diriNya dengan menanggalkan kebesaran dan kehormatanNya untuk melayani diriku. O...Tuhan, baharuilah hatiku dengan Roh Yang Rela untuk merendah, supaya aku dapat memandang kemuliaanMu di balik kerendahan hatiku".
Belum habis yang dilakukanNya itu, berlanjut ke moment yang kedua. Ia memberi tahu apa yang akan dialamiNya karena dosa-dosaku. TubuhNya akan tercabik-cabik karena pelanggaran-pelanggaranku dan darahNya akan tertumpah karena aib dosaku. Betapa Ia merelakan diriNya diperlakukan tidak manusiawi; tetapi semua itu diterimaNya sebagai jalan penebusan atas diriku.
Saudaraku...
Saya hanya mengajak anda untuk mempersiapkan diri dalam menyambut Pekan Suci memasuki apa yang disebut Triduum atau Tiga Moment Suci: Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Sunyi. Ketiga Moment Suci ini mau mengantar kita untuk lebih dalam lagi menyelami kedahsyatan kuasa kasih Tuhan yang telah menyempurnakan karya penyelamatan melalui sengsara, kematian dan kebangkitan Kristus.
Selamat mempersiapkan diri untuk menyambut Kamis Putih.
Selamat memaknai Merendahkan diri bagi yang lain.
Selamat bercensura morum.
Tuhan Yesus memberkati saudara.
Amin.
ReplyDelete