Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-99 tanggal 9 April 2018 - Pdt. Joni Delima).
Persembahan Khusus Untuk Bulan Diakonia.
Bacaan : Lukas 16:19-31.
"Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari, ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda diberkati Tuhan.
Saudaraku....
Saya adalah orang yang paling sulit bahkan tidak akan bisa menerima apa yang disebut TAKDIR, sebab Alkitab sendiri tidak pernah memberitakan hal tersebut. Alkitab tidak pernah mencatat bahwa ada manusia yang sudah ditakdirkan Allah untuk menjadi kaya atau ditakdirkan untuk menjadi miskin; ataukah, ada manusia yang ditakdirkan Allah untuk menjadi orang baik dan juga ada yang ditakdirkan untuk menjadi orang jahat. Sama sekali Alkitab tidak berbicara demikian. Tetapi Alkitab memberikan fakta bahwa tatanan alam semesta diciptakan oleh Allah itu "Baik Adanya", bahkan manusia yang adalah puncak dari penciptaan yang dibuat "Segambar dan Serupa" dengan Sang Khalik, mendapat nilai EXCELLENT = Sungguh Amat Baik.
Dan saya sendiri meyakini bahwa Tuhan selalu mempunyai rencana yang terindah dalam kehidupan saya. Jika dalam perjalanan kehidupan ternyata saya harus gagal atau menemui jalan buntu; itu bukan karena saya ditakdirkan demikian, tetapi bisa jadi karena keputusan saya yang salah dalam menentukan jalan yang saya pilih. Jadi saya menjadi seperti yang sekarang ini, adalah buah dari keputusan yang saya ambil sendiri. Ketika hari ini saya memutuskan untuk tidak menyentuh makanan lalu pada hari esok ternyata penyakit mag saya kambuh; itu bukan karena saya sudah ditakdirkan demikian, tetapi saya sendiri yang mengundang penyakit itu datang atau kambuh lagi. Jadi baik tidaknya hidup saya pada hari esok sangat ditentukan oleh pilihan dan keputusan saya pada hari ini.
Memang kehidupan yang kita jalani terkadang nampak sangat kejam dan menakutkan. Tetapi saudara harus menyakini bahwa semua yang tampak kejam dan menakutkan itu akan menjauh dari realita kehidupan anda, bergantung pada kekuatan batin anda untuk percaya bahwa masa depan di dalam Tuhan itu "PASTI". Jika kita percaya bahwa Tuhan berkuasa untuk segala yang ada dalam dunia ini, bahkan kuasa yang kejam dan menakutkan itu takluk di bawah kakiNya, maka anda akan berkata bahwa: "ternyata semua itu hanyalah bayang-bayang yang menghalangi pandangan saya untuk meraih masa depan. Karena itu saya harus melintasinya dan saya sudah pasti akan dapat keluar sebagai pemenang".
Saudaraku...
Saya sangat tertarik dengan kisah hidup Helen Adams Keller, lahir tgl. 27 Juni 1880 di Tuscumbia, Alabama USA. Sesungguhnya ia terlahir normal, namun pada umur 19 bulan, ia diserang penyakit yang membuatnya buta dan tuli secara permanen. Tentu bagi pandangan banyak orang, masa depan Helen Adams Keller sudah tidak ada. Pada usia 7 tahun saja, masih terbilang terlalu belia bahkan terbilang masih kanak-kanak, Helen telah mengalami frustasi berat karena kesulitan berkomunikasi; ia memperlihatkan tingkah yang sangat kasar, suka marah dan sulit menerima pengajaran atau teguran. Tetapi orangtua Helen tidak menyerah. Mereka pun mencari guru privat buat Helen.
Di tangan seorang guru yang bernama Anne Mansfield Sullivan, kehidupan Helen berubah. Ia bukan lagi seorang anak yang pemurung, tetapi menjadi seorang anak yang periang dengan semangat untuk maju yang sangat besar. Pada usia 11 tahun, Helen menulis bukunya yang pertama dengan judul: "The King Frost" (1891). Ia berjalan untuk meraih masa depannya bukan dengan "Mata dan Telinga Jasmaninya" tetapi dengan "Mata dan Telinga Hati serta Imannya". Helen belajar untuk menekuni bahasa Perancis, Jerman, Yunani dan Latin lewat huruf Braille. Pada usia 20 tahun, ia kuliah di Radcliffe College, cabang Universitas Harvard khusus wanita. Hanya 4 tahun ia menjalani masa perkuliahannya dan iapun dinyatakan lulus dengan predikat Magna Cum Laude, dan dialah orang Tuna Netra dan Tuna Rungu pertama yang lulus dari universitas tersebut.
Pada waktu masih kuliah di usia 22 tahun (1903), dengan bantuan Anne Sullivan, Helen menulis autobiografinya dengan judul: "The Story of My Life". Kemudian pada tahun 1908 Helen kembali menulis sebuah buku yang memberikan kepada pembacanya bagaimana perasaannya tentang dunia. Buku itu diberi judul: "The World I Live In".
Pada tahun 1927 ia menulis Autobiografi spiritualnya dengan judul: "My Religion" dan kemudian diterbitkan ulang dengan judul "Light in my Darkness = Cahaya dalam Kegelapan saya".
Tahun 1923, Helen menjadi Juru Bicara bagi American Foundation for the Blind dan juga American Foundation for the Overseas Blind. Karena perannya yang cukup besar dalam perjuangan bagi mereka yang menyandang cacad tubuh sehingga ia mendapat beberapa penghargaan, seperti: Honorary University Degrees Women's Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom, The Lions Humanitarian Award, bahkan Autobiografinya yang diangkat ke layar lebar membuat ia menerima 2 penghargaan OSCAR.
Saudaraku...
Kebangkitan Helen dari kondisi keterpurukan, hanya mungkin karena hal-hal ini:
(1). Kekuatan Iman Orangtua yang tidak memandang kekurangan sebagai TAKDIR.
Memang tidak ada orangtua yang mengharapkan anak-anaknya terlahir cacat atau pertumbuhan mereka tidak sempurna. Tetapi ketika kenyataan itu tidak dapat ditolak; hanya orangtua yang memiliki kebesaran hati yang lahir dari iman, yang mampu berlapang dada menerima kekurangan itu sebagai bagian dari rencana Tuhan untuk membuktikan kekuasaanNya. Keluarga Keller tidak menyerah saat melihat kondisi Helen yang tidak sempurna. Mereka tetap percaya bahwa Tuhan punya rencana yang terindah di balik kenyataan yang pahit.
Mungkin saja anda memiliki persoalan yang tidak jauh beda dengan yang dialami keluarga Keller. Anda hanya membutuhkan kebesaran hati untuk menerima kenyataan yang pahit sebagai rencana Tuhan yang terindah buat hidup anda di masa depan. Karena itu, jangan pernah menyerah dan jangan pernah berputus-asa. Tuhan selalu punya cara untuk membuka tabir di balik kenyataan yang anda katakan: "Bagiku tak ada lagi harapan!", dan ternyata di situ Tuhan meletakkan intan untuk diberikannya kepada anda. Ingat, bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.
(2). Kelemah-lembutan, kesabaran dan penguasaan diri.
Betapa sangat dibutuhkan seorang yang penuh kelemah-lembutan dan penuh kesabaran dalam membimbing seseorang yang sudah mengalami frustasi yang berat. Ini bukan persoalan sehari atau dua hari yang sedang dihadapi; tetapi bisa saja bertahun-tahun. Hanya mereka yang "Berhati Bapa atau Berhati Tuhan" yang mampu melewati beratnya tantangan yang sedang dihadapi.
Ibu guru Anne telah memainkan peran "ALLAH" bagi Helen, sehingga kondisi yang dalam pandangan orang lain sudah sangat buram bahkan pekat; dari situ memancar terang yang memukau hati banyak orang. Kelemah-lembutan dan kesabaran serta penguasaan diri Anne untuk tidak mengeluarkan kata-kata atau tindakan yang akan membuat Helen merasa tidak dihargai; ternyata membangkitkan gairah hidup bagi Helen untuk menerima dirinya sebagaimana adanya. Anne telah berhasil menuntun Helen untuk menerima kekurangan itu sebagai berkat dari Tuhan, dan justru di balik kekurangan itu, Tuhan membuktikan cinta-kasihNya kepada Helen sehingga Helen dapat menjadi berkat bagi mereka yang justru memiliki anggota tubuh yang lengkap dan sempurna.
Saudaraku...
Betapa Gereja harus memiliki iman seperti keluarga Keller, untuk tidak menyerah dalam melayani jemaat yang hidup dalam kekurang-beruntungan, bahkan yang sedang sekarat. Gereja, khususnya bagi para hamba-hamba Tuhan yang melaksanakan tugas dan tanggungjawab DIAKONIA, harus terus menumbuhkan keyakinan yang pantang menyerah dalam melayani di tengah kondisi kehidupan umat yang sedang menderita, hidup dalam kemiskinan bahkan yang sedang dalam kondisi tubuh yang tinggal menanti ajal. Gereja harus berusaha untuk mencari jalan keluar, dengan mengupayakan dan mengedepankan nilai-nilai humaniora tanpa harus berhitung untung atau rugi.
Pun demikian, peran Anne yang ada di balik kisah hidup Helen, harus lebih menonjol dalam pelayan DIAKONIA. Gereja harus melakukan pendampingan pastoral yang tidak boleh terputus terhadap mereka yang mengalami frustasi berat karena beban hidup. Gereja harus masuk dalam kondisi yang serba sulit itu dan membangkitkan motivasi bahwa masa depan itu ada. Gereja harus merubah mindset mereka yang terpuruk, yang begitu mudah terjebak dalam pemahaman yang salah tentang NASIB atau TAKDIR. Gereja harus tegas mengumandangkan kasih Tuhan yang ajaib dan dahsyat itu. Dan Gereja dapat menumbuhkan keyakinan bahwa Tuhan itu baik kepada mereka yang hidup dalam kekurang-beruntungan jika setiap warga Gereja khususnya para hamba-hamba Tuhan memiliki karakter hidup yang penuh dengan kelemah-lembutan dan kesabaran dalam melayani serta mempunyai penguasaan diri ketika orang menilai salah apa yang dilakukan.
Firman Tuhan hari ini sangat tepat untuk menjadi bahan perenungan bagi setiap kita; bahwa hidup kita harus menjadi berkat bagi orang lain. Saya hanya mau menegaskan hal ini kepada anda berdasarkan firman Tuhan hari ini, bahwa: apalah artinya nama besar, apalah artinya kedudukan dan jabatan, apalah artinya kemuliaan dan kehormatan, apalah artinya harta dan kekayaan; jika di samping kita ada seorang yang sedang menanti belas kasihan, tapi kita sendiri tidak mempedulikannya. Ingatlah bahwa nama besar, jabatan, kekuasaan, kemuliaan, kehormatan, harta dan kekayaan; pada akhirnya akan kita tinggalkan. Yang menanti kedatangan kita kelak adalah: "Sorga atau Neraka".
Karena itu, selagi masih ada kesempatan, -(ini bukan TAKDIR anda)-, tetapi ini menyangkut pilihan anda: "Jadilah berkat bagi sesamamu, dan hal itu akan melapangkan jalanmu untuk berada di pangkuan Abraham".
Selamat untuk terus belajar berdiakonia.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Masale, hari ke-99 tanggal 9 April 2018 - Pdt. Joni Delima).
Persembahan Khusus Untuk Bulan Diakonia.
Bacaan : Lukas 16:19-31.
"Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari, ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya".
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga hari ini hidup anda diberkati Tuhan.
Saudaraku....
Saya adalah orang yang paling sulit bahkan tidak akan bisa menerima apa yang disebut TAKDIR, sebab Alkitab sendiri tidak pernah memberitakan hal tersebut. Alkitab tidak pernah mencatat bahwa ada manusia yang sudah ditakdirkan Allah untuk menjadi kaya atau ditakdirkan untuk menjadi miskin; ataukah, ada manusia yang ditakdirkan Allah untuk menjadi orang baik dan juga ada yang ditakdirkan untuk menjadi orang jahat. Sama sekali Alkitab tidak berbicara demikian. Tetapi Alkitab memberikan fakta bahwa tatanan alam semesta diciptakan oleh Allah itu "Baik Adanya", bahkan manusia yang adalah puncak dari penciptaan yang dibuat "Segambar dan Serupa" dengan Sang Khalik, mendapat nilai EXCELLENT = Sungguh Amat Baik.
Dan saya sendiri meyakini bahwa Tuhan selalu mempunyai rencana yang terindah dalam kehidupan saya. Jika dalam perjalanan kehidupan ternyata saya harus gagal atau menemui jalan buntu; itu bukan karena saya ditakdirkan demikian, tetapi bisa jadi karena keputusan saya yang salah dalam menentukan jalan yang saya pilih. Jadi saya menjadi seperti yang sekarang ini, adalah buah dari keputusan yang saya ambil sendiri. Ketika hari ini saya memutuskan untuk tidak menyentuh makanan lalu pada hari esok ternyata penyakit mag saya kambuh; itu bukan karena saya sudah ditakdirkan demikian, tetapi saya sendiri yang mengundang penyakit itu datang atau kambuh lagi. Jadi baik tidaknya hidup saya pada hari esok sangat ditentukan oleh pilihan dan keputusan saya pada hari ini.
Memang kehidupan yang kita jalani terkadang nampak sangat kejam dan menakutkan. Tetapi saudara harus menyakini bahwa semua yang tampak kejam dan menakutkan itu akan menjauh dari realita kehidupan anda, bergantung pada kekuatan batin anda untuk percaya bahwa masa depan di dalam Tuhan itu "PASTI". Jika kita percaya bahwa Tuhan berkuasa untuk segala yang ada dalam dunia ini, bahkan kuasa yang kejam dan menakutkan itu takluk di bawah kakiNya, maka anda akan berkata bahwa: "ternyata semua itu hanyalah bayang-bayang yang menghalangi pandangan saya untuk meraih masa depan. Karena itu saya harus melintasinya dan saya sudah pasti akan dapat keluar sebagai pemenang".
Saudaraku...
Saya sangat tertarik dengan kisah hidup Helen Adams Keller, lahir tgl. 27 Juni 1880 di Tuscumbia, Alabama USA. Sesungguhnya ia terlahir normal, namun pada umur 19 bulan, ia diserang penyakit yang membuatnya buta dan tuli secara permanen. Tentu bagi pandangan banyak orang, masa depan Helen Adams Keller sudah tidak ada. Pada usia 7 tahun saja, masih terbilang terlalu belia bahkan terbilang masih kanak-kanak, Helen telah mengalami frustasi berat karena kesulitan berkomunikasi; ia memperlihatkan tingkah yang sangat kasar, suka marah dan sulit menerima pengajaran atau teguran. Tetapi orangtua Helen tidak menyerah. Mereka pun mencari guru privat buat Helen.
Di tangan seorang guru yang bernama Anne Mansfield Sullivan, kehidupan Helen berubah. Ia bukan lagi seorang anak yang pemurung, tetapi menjadi seorang anak yang periang dengan semangat untuk maju yang sangat besar. Pada usia 11 tahun, Helen menulis bukunya yang pertama dengan judul: "The King Frost" (1891). Ia berjalan untuk meraih masa depannya bukan dengan "Mata dan Telinga Jasmaninya" tetapi dengan "Mata dan Telinga Hati serta Imannya". Helen belajar untuk menekuni bahasa Perancis, Jerman, Yunani dan Latin lewat huruf Braille. Pada usia 20 tahun, ia kuliah di Radcliffe College, cabang Universitas Harvard khusus wanita. Hanya 4 tahun ia menjalani masa perkuliahannya dan iapun dinyatakan lulus dengan predikat Magna Cum Laude, dan dialah orang Tuna Netra dan Tuna Rungu pertama yang lulus dari universitas tersebut.
Pada waktu masih kuliah di usia 22 tahun (1903), dengan bantuan Anne Sullivan, Helen menulis autobiografinya dengan judul: "The Story of My Life". Kemudian pada tahun 1908 Helen kembali menulis sebuah buku yang memberikan kepada pembacanya bagaimana perasaannya tentang dunia. Buku itu diberi judul: "The World I Live In".
Pada tahun 1927 ia menulis Autobiografi spiritualnya dengan judul: "My Religion" dan kemudian diterbitkan ulang dengan judul "Light in my Darkness = Cahaya dalam Kegelapan saya".
Tahun 1923, Helen menjadi Juru Bicara bagi American Foundation for the Blind dan juga American Foundation for the Overseas Blind. Karena perannya yang cukup besar dalam perjuangan bagi mereka yang menyandang cacad tubuh sehingga ia mendapat beberapa penghargaan, seperti: Honorary University Degrees Women's Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom, The Lions Humanitarian Award, bahkan Autobiografinya yang diangkat ke layar lebar membuat ia menerima 2 penghargaan OSCAR.
Saudaraku...
Kebangkitan Helen dari kondisi keterpurukan, hanya mungkin karena hal-hal ini:
(1). Kekuatan Iman Orangtua yang tidak memandang kekurangan sebagai TAKDIR.
Memang tidak ada orangtua yang mengharapkan anak-anaknya terlahir cacat atau pertumbuhan mereka tidak sempurna. Tetapi ketika kenyataan itu tidak dapat ditolak; hanya orangtua yang memiliki kebesaran hati yang lahir dari iman, yang mampu berlapang dada menerima kekurangan itu sebagai bagian dari rencana Tuhan untuk membuktikan kekuasaanNya. Keluarga Keller tidak menyerah saat melihat kondisi Helen yang tidak sempurna. Mereka tetap percaya bahwa Tuhan punya rencana yang terindah di balik kenyataan yang pahit.
Mungkin saja anda memiliki persoalan yang tidak jauh beda dengan yang dialami keluarga Keller. Anda hanya membutuhkan kebesaran hati untuk menerima kenyataan yang pahit sebagai rencana Tuhan yang terindah buat hidup anda di masa depan. Karena itu, jangan pernah menyerah dan jangan pernah berputus-asa. Tuhan selalu punya cara untuk membuka tabir di balik kenyataan yang anda katakan: "Bagiku tak ada lagi harapan!", dan ternyata di situ Tuhan meletakkan intan untuk diberikannya kepada anda. Ingat, bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.
(2). Kelemah-lembutan, kesabaran dan penguasaan diri.
Betapa sangat dibutuhkan seorang yang penuh kelemah-lembutan dan penuh kesabaran dalam membimbing seseorang yang sudah mengalami frustasi yang berat. Ini bukan persoalan sehari atau dua hari yang sedang dihadapi; tetapi bisa saja bertahun-tahun. Hanya mereka yang "Berhati Bapa atau Berhati Tuhan" yang mampu melewati beratnya tantangan yang sedang dihadapi.
Ibu guru Anne telah memainkan peran "ALLAH" bagi Helen, sehingga kondisi yang dalam pandangan orang lain sudah sangat buram bahkan pekat; dari situ memancar terang yang memukau hati banyak orang. Kelemah-lembutan dan kesabaran serta penguasaan diri Anne untuk tidak mengeluarkan kata-kata atau tindakan yang akan membuat Helen merasa tidak dihargai; ternyata membangkitkan gairah hidup bagi Helen untuk menerima dirinya sebagaimana adanya. Anne telah berhasil menuntun Helen untuk menerima kekurangan itu sebagai berkat dari Tuhan, dan justru di balik kekurangan itu, Tuhan membuktikan cinta-kasihNya kepada Helen sehingga Helen dapat menjadi berkat bagi mereka yang justru memiliki anggota tubuh yang lengkap dan sempurna.
Saudaraku...
Betapa Gereja harus memiliki iman seperti keluarga Keller, untuk tidak menyerah dalam melayani jemaat yang hidup dalam kekurang-beruntungan, bahkan yang sedang sekarat. Gereja, khususnya bagi para hamba-hamba Tuhan yang melaksanakan tugas dan tanggungjawab DIAKONIA, harus terus menumbuhkan keyakinan yang pantang menyerah dalam melayani di tengah kondisi kehidupan umat yang sedang menderita, hidup dalam kemiskinan bahkan yang sedang dalam kondisi tubuh yang tinggal menanti ajal. Gereja harus berusaha untuk mencari jalan keluar, dengan mengupayakan dan mengedepankan nilai-nilai humaniora tanpa harus berhitung untung atau rugi.
Pun demikian, peran Anne yang ada di balik kisah hidup Helen, harus lebih menonjol dalam pelayan DIAKONIA. Gereja harus melakukan pendampingan pastoral yang tidak boleh terputus terhadap mereka yang mengalami frustasi berat karena beban hidup. Gereja harus masuk dalam kondisi yang serba sulit itu dan membangkitkan motivasi bahwa masa depan itu ada. Gereja harus merubah mindset mereka yang terpuruk, yang begitu mudah terjebak dalam pemahaman yang salah tentang NASIB atau TAKDIR. Gereja harus tegas mengumandangkan kasih Tuhan yang ajaib dan dahsyat itu. Dan Gereja dapat menumbuhkan keyakinan bahwa Tuhan itu baik kepada mereka yang hidup dalam kekurang-beruntungan jika setiap warga Gereja khususnya para hamba-hamba Tuhan memiliki karakter hidup yang penuh dengan kelemah-lembutan dan kesabaran dalam melayani serta mempunyai penguasaan diri ketika orang menilai salah apa yang dilakukan.
Firman Tuhan hari ini sangat tepat untuk menjadi bahan perenungan bagi setiap kita; bahwa hidup kita harus menjadi berkat bagi orang lain. Saya hanya mau menegaskan hal ini kepada anda berdasarkan firman Tuhan hari ini, bahwa: apalah artinya nama besar, apalah artinya kedudukan dan jabatan, apalah artinya kemuliaan dan kehormatan, apalah artinya harta dan kekayaan; jika di samping kita ada seorang yang sedang menanti belas kasihan, tapi kita sendiri tidak mempedulikannya. Ingatlah bahwa nama besar, jabatan, kekuasaan, kemuliaan, kehormatan, harta dan kekayaan; pada akhirnya akan kita tinggalkan. Yang menanti kedatangan kita kelak adalah: "Sorga atau Neraka".
Karena itu, selagi masih ada kesempatan, -(ini bukan TAKDIR anda)-, tetapi ini menyangkut pilihan anda: "Jadilah berkat bagi sesamamu, dan hal itu akan melapangkan jalanmu untuk berada di pangkuan Abraham".
Selamat untuk terus belajar berdiakonia.
Selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkatimu.
Amin...Amin...Amin...
ReplyDeleteTrima kasih atas refleksinya.
TYM .
Amin.
ReplyDelete