Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, hari ke-90 tanggal 31 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-40 Masa Pra Paskah.
Bahan Renungan Sabtu Sunyi.
Bacaan : Ayub 14:1-14.
"Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan...bila manusia mati, maka tidak berdayalah ia, bila orang binasa, di manakah ia?...Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? (Ayub 14:1, 10, 14)".
Shabbath Shalom bagimu.
Semoga di hari terakhir Masa Pra Paskah ini hidup anda diberkati Tuhan.
Saudaraku...
Hari-hari manusia hanya dilalui sekali, tidak ada duplikat atau potho copynya. Sekiranya hidup manusia seperti pohon, ketika ditebang atau dipangkas, maka masih ada kemungkinan untuk tumbuh lagi. Masih ada kemungkinan untuk mengeluarkan tunas lagi. Apabila akarnya mencium air, maka bercabanglah dia. Tetapi dalam ayat 14a diajukan sebuah pertanyaan: "Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi?".
Jikalau hidup manusia ini singkat adanya, tidak ada photo copynya, tidak ada duplikatnya, tidak ada cadangannya, maka jika hidup masih dihidupi tentu hal tersebut adalah sebuah kesempatan. Kesempatan untuk menghasilkan buah, kesempatan untuk berkarya dan menjadi berkat. Sebab pada akhirnya: semua perbuatannya akan mengiringi kepergiannya, dan manusia kelak akan menerima upah dari apa yang diperbuatnya. Jika manusia menabur yang jahat selama ia hidup, maka upah yang akan diterimanya adalah kematian kekal; tetapi jika selama hidupnya ia melakukan apa yang benar berdasarkan imannya pada Tuhan, maka ia akan mendapatkan keselamatan menurut ukuran kasih karunia Tuhan.
Saudaraku....
Memang agak aneh karena Ayub dalam ayat 1 mengatakan bahwa "manusia lahir dari seorang perempuan". Tidakkah fakta menyatakan bahwa memang manusia itu dilahirkan dari rahim seorang perempuan, bukan seorang laki-laki.
Tetapi yang mau dikatakan dari ayat ini adalah bahwa manusia sejak masa ia dilahirkan, sesungguhnya telah dikandung dan diperanakkan dalam dosa. Ayat ini hendak mengantar kita kembali pada peristiwa Taman Eden ketika manusia tidak mampu untuk mempertahankan martabatnya sebagai ciptaan yang dibentuk oleh tangan Tuhan sendiri dan dibuat Segambar dan Serupa dengan Sang Khaliknya. Hawa yang berhasil terperdaya oleh tipu muslihat Iblis, maka fakta ini berimbas pada keturunan yang akan dilahirkannya kelak. Natur manusia sudah jelas yakni dikandung dan diperanakkan dari rahim yang telah berdosa. Dan itu jugalah yang diakui oleh Raja Daud dalam Mzm. 51:7..."Sesungguhnya dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku". Jadi tidak ada satu pun manusia dalam dunia ini yang dapat mengklaim bahwa dirinya tak bernoda. Seluruh manusia bahkan seluruh alam ciptaan telah takluk di bawah kuasa dosa.
Jadi maksud dari ayat 1 ini adalah, kita diajak untuk menyadari natur kita sebagai makhluk yang lemah; makhluk yang cemar dan yang tidak akan mungkin dipulihkan jikalau Tuhan sendiri yang tidak memulihkannya. Karena itu, kita tidak bisa berbangga diri, kita tidak bisa menyombongkan diri; realita keberdosaan kitalah yang harus mendorong kita untuk mencari penyucian hidup; realita keberdosaan kitalah yang harus mendorong kita untuk mencari Tuhan agar kita dibenarkan kembali di hadapanNya; realita keberdosaan kitalah yang harus menumbuhkan kesadaran diri bahwa jika kita jauh dari Allah maka kita pasti binasa. Dan karena itu, sama seperti anak yang bungsu sebagaimana yang dikisahkan dalam Luk. 15:18-19a, kita pun harus mengatakan hal demikian: "Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebut anak bapa".
Saudaraku...
Manusia sesungguhnya selalu ada dalam kegelisahan, ya...kegelisahan tentang hidup, masa depan dan keselamatan dirinya. Kegelisahan ini akan terus menghantui manusia; dan untuk dapat menerobos keadaan tersebut, maka manusia hanya berharap belas kasihan Tuhan. Dan hal inilah yang menjadi bahan perenungan bagi kita di Sabtu Sunyi ini. Bahwa tindakan Allah untuk mengorbankan AnakNya Yang Tunggal adalah jawaban satu-satunya untuk menghapuskan kegelisahan itu. Tuhan Yesus harus menempuh jalan sengsara dan mati serta dikuburkan, untuk memberi jawaban atas kegelisahan manusia tentang hidup dan matinya; bahwa ternyata Allah pun turut merasakan hal tersebut dan dengan jalan yang sudah ditetapkan bagi Yesus, terbuka jalan yang baru bagi manusia untuk menikmati sebuah kehidupan yang damai. Tidakkah ini yang dikatakan Yesus kepada murid-muridNya sebelum terjadi perpisahan itu: "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu (Yoh. 14:27)".
Apa yang diberikan Yesus kepada kita tak lain adalah Tubuh dan NyawaNya. Ia harus mengalami kematian yang sangat mengerikan, lebih dari pada kematian manusia dunia ini. Ia menerima fakta kematian itu sebagai pembuktian bahwa "Ia sangat mengasihi kita lebih dari segalanya".
Oleh karena itu saudara-saudara, Sabtu Sunyi adalah saat di mana kita harus merenungkan betapa ngeri situasi yang dialami Tuhan Yesus di alam kubur; Ia turun ke alam maut. Ia bertempur dengan kuasa yang menjadi momok bagi manusia, ia mematahkan sengat maut sehingga maut kehilangan kuasanya. Karena itu, kematian Kristus adalah kemenangan kita dan sekaligus kesukacitaan kita, karena fakta kematiaanNya itu mendekatkan kita pada realita Ilahi, sebab dari tempat yang sangat mengerikan di mana kita sesungguhnya berada (upah dosa adalah maut), Ia mengangkat kita dari sana; dan pada akhirnya kebangkitanNya adalah jaminan yang pasti bahwa sorga ada dalam genggaman kita selama kita tetap setia berpegang hingga akhir hayat kita. Karena itu, selagi masih ada kesempatan bagi anda untuk menikmati hidup ini, maka jangan buat menjadi sia-sia imanmu. Isilah kehidupan imanmu dengan segala kebajikan; berbuat baiklah kepada semua orang, karena Tuhan telah berbuat bagi kepada anda.
Pertanyaan yang harus anda jawab sekarang ialah:
"Sudahkan hidup anda menjadi berkat?".
Selamat merefleksikan Sabtu Sunyi.
Selamat mempersiapkan diri untuk menyambut Kebangkitan Yesus = Paskah.
Tuhan Yesus memberkatimu.
(Masale, hari ke-90 tanggal 31 Maret 2018 - Pdt. Joni Delima).
Censura Morum hari ke-40 Masa Pra Paskah.
Bahan Renungan Sabtu Sunyi.
Bacaan : Ayub 14:1-14.
"Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan...bila manusia mati, maka tidak berdayalah ia, bila orang binasa, di manakah ia?...Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? (Ayub 14:1, 10, 14)".
Shabbath Shalom bagimu.
Semoga di hari terakhir Masa Pra Paskah ini hidup anda diberkati Tuhan.
Saudaraku...
Hari-hari manusia hanya dilalui sekali, tidak ada duplikat atau potho copynya. Sekiranya hidup manusia seperti pohon, ketika ditebang atau dipangkas, maka masih ada kemungkinan untuk tumbuh lagi. Masih ada kemungkinan untuk mengeluarkan tunas lagi. Apabila akarnya mencium air, maka bercabanglah dia. Tetapi dalam ayat 14a diajukan sebuah pertanyaan: "Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi?".
Jikalau hidup manusia ini singkat adanya, tidak ada photo copynya, tidak ada duplikatnya, tidak ada cadangannya, maka jika hidup masih dihidupi tentu hal tersebut adalah sebuah kesempatan. Kesempatan untuk menghasilkan buah, kesempatan untuk berkarya dan menjadi berkat. Sebab pada akhirnya: semua perbuatannya akan mengiringi kepergiannya, dan manusia kelak akan menerima upah dari apa yang diperbuatnya. Jika manusia menabur yang jahat selama ia hidup, maka upah yang akan diterimanya adalah kematian kekal; tetapi jika selama hidupnya ia melakukan apa yang benar berdasarkan imannya pada Tuhan, maka ia akan mendapatkan keselamatan menurut ukuran kasih karunia Tuhan.
Saudaraku....
Memang agak aneh karena Ayub dalam ayat 1 mengatakan bahwa "manusia lahir dari seorang perempuan". Tidakkah fakta menyatakan bahwa memang manusia itu dilahirkan dari rahim seorang perempuan, bukan seorang laki-laki.
Tetapi yang mau dikatakan dari ayat ini adalah bahwa manusia sejak masa ia dilahirkan, sesungguhnya telah dikandung dan diperanakkan dalam dosa. Ayat ini hendak mengantar kita kembali pada peristiwa Taman Eden ketika manusia tidak mampu untuk mempertahankan martabatnya sebagai ciptaan yang dibentuk oleh tangan Tuhan sendiri dan dibuat Segambar dan Serupa dengan Sang Khaliknya. Hawa yang berhasil terperdaya oleh tipu muslihat Iblis, maka fakta ini berimbas pada keturunan yang akan dilahirkannya kelak. Natur manusia sudah jelas yakni dikandung dan diperanakkan dari rahim yang telah berdosa. Dan itu jugalah yang diakui oleh Raja Daud dalam Mzm. 51:7..."Sesungguhnya dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku". Jadi tidak ada satu pun manusia dalam dunia ini yang dapat mengklaim bahwa dirinya tak bernoda. Seluruh manusia bahkan seluruh alam ciptaan telah takluk di bawah kuasa dosa.
Jadi maksud dari ayat 1 ini adalah, kita diajak untuk menyadari natur kita sebagai makhluk yang lemah; makhluk yang cemar dan yang tidak akan mungkin dipulihkan jikalau Tuhan sendiri yang tidak memulihkannya. Karena itu, kita tidak bisa berbangga diri, kita tidak bisa menyombongkan diri; realita keberdosaan kitalah yang harus mendorong kita untuk mencari penyucian hidup; realita keberdosaan kitalah yang harus mendorong kita untuk mencari Tuhan agar kita dibenarkan kembali di hadapanNya; realita keberdosaan kitalah yang harus menumbuhkan kesadaran diri bahwa jika kita jauh dari Allah maka kita pasti binasa. Dan karena itu, sama seperti anak yang bungsu sebagaimana yang dikisahkan dalam Luk. 15:18-19a, kita pun harus mengatakan hal demikian: "Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebut anak bapa".
Saudaraku...
Manusia sesungguhnya selalu ada dalam kegelisahan, ya...kegelisahan tentang hidup, masa depan dan keselamatan dirinya. Kegelisahan ini akan terus menghantui manusia; dan untuk dapat menerobos keadaan tersebut, maka manusia hanya berharap belas kasihan Tuhan. Dan hal inilah yang menjadi bahan perenungan bagi kita di Sabtu Sunyi ini. Bahwa tindakan Allah untuk mengorbankan AnakNya Yang Tunggal adalah jawaban satu-satunya untuk menghapuskan kegelisahan itu. Tuhan Yesus harus menempuh jalan sengsara dan mati serta dikuburkan, untuk memberi jawaban atas kegelisahan manusia tentang hidup dan matinya; bahwa ternyata Allah pun turut merasakan hal tersebut dan dengan jalan yang sudah ditetapkan bagi Yesus, terbuka jalan yang baru bagi manusia untuk menikmati sebuah kehidupan yang damai. Tidakkah ini yang dikatakan Yesus kepada murid-muridNya sebelum terjadi perpisahan itu: "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu (Yoh. 14:27)".
Apa yang diberikan Yesus kepada kita tak lain adalah Tubuh dan NyawaNya. Ia harus mengalami kematian yang sangat mengerikan, lebih dari pada kematian manusia dunia ini. Ia menerima fakta kematian itu sebagai pembuktian bahwa "Ia sangat mengasihi kita lebih dari segalanya".
Oleh karena itu saudara-saudara, Sabtu Sunyi adalah saat di mana kita harus merenungkan betapa ngeri situasi yang dialami Tuhan Yesus di alam kubur; Ia turun ke alam maut. Ia bertempur dengan kuasa yang menjadi momok bagi manusia, ia mematahkan sengat maut sehingga maut kehilangan kuasanya. Karena itu, kematian Kristus adalah kemenangan kita dan sekaligus kesukacitaan kita, karena fakta kematiaanNya itu mendekatkan kita pada realita Ilahi, sebab dari tempat yang sangat mengerikan di mana kita sesungguhnya berada (upah dosa adalah maut), Ia mengangkat kita dari sana; dan pada akhirnya kebangkitanNya adalah jaminan yang pasti bahwa sorga ada dalam genggaman kita selama kita tetap setia berpegang hingga akhir hayat kita. Karena itu, selagi masih ada kesempatan bagi anda untuk menikmati hidup ini, maka jangan buat menjadi sia-sia imanmu. Isilah kehidupan imanmu dengan segala kebajikan; berbuat baiklah kepada semua orang, karena Tuhan telah berbuat bagi kepada anda.
Pertanyaan yang harus anda jawab sekarang ialah:
"Sudahkan hidup anda menjadi berkat?".
Selamat merefleksikan Sabtu Sunyi.
Selamat mempersiapkan diri untuk menyambut Kebangkitan Yesus = Paskah.
Tuhan Yesus memberkatimu.
No comments:
Post a Comment