Laman

Sunday, October 21, 2018

Menghamba: Itu Baru Pemimpin Hebat

Sebuah Refleksi Pribadi.
Sekedar Perenungan Sebelum Tidur.
(Masale, hari ke-295 tanggal 21 Oktober 2018 - Pdt. Joni Delima).

Bacaan Kontemplasi : Matius 23:10-12.

Ane' ma'akhal lekha laila tov. Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
Semoga malam ini membuat tidur anda tenang dan damai.

Sahabatku....
Tahukah anda bahwa keegoisan itu sesungguhnya berujung pada pengrusakan diri sendiri?.
Ya...ketika anda hanya fokus pada diri anda saja, maka anda akan kehilangan orientasi diri yang sesungguhnya. Sebab ada waktu di mana keegoisan anda akan terjerebab dalam kondisi ketakberdayaan, dan di saat itu anda membutuhkan tangan lain untuk menolong anda agar anda dapat bangkit lagi dari keterpurukan itu. Dan saat orang lain juga mempunyai prinsip yang sama dengan anda, -(fokus pada dirinya sendiri)-, maka yang anda temui hanyalah kehancuran diri sendiri sebab tak akan pernah ada tangan yang terulur untuk menolong anda. Dan saya berani mengatakan bahwa orang-orang yang egois sesungguhnya sedang menggali lubang untuk mengubur dirinya sendiri.

Karena itu, benar apa yang dikatakan oleh John Ruskin, -(seorang kritikus seni berkebangsaan Inggris  yang lahir 8 Februari 1819 dan meninggal 20 Januari 1900. Dia juga adalah seorang pemikir sosial yang sangat dermawan)-, di mana ia mengatakan bahwa: "Ketika seseorang membungkus diri dalam dirinya sendiri, ia sesungguhnya sedang membuat paket yang sangat kecil untuk dirinya".
Artinya bahwa:
"semakin besar rasa keegoisan anda, maka semakin kecil peluang anda untuk menikmati hidup yang penuh makna; tetapi semakin anda memperkecil rasa keegoisan anda bahkan melupakan kepentingan anda sendiri lalu melihat orang lain lebih penting dari pada diri anda, maka sesungguhnya anda sedang membuat paket yang besar untuk sebuah kebahagiaan hidup anda yang sesungguhnya".

Sahabatku...
Setiap kali saya mempersiapkan diri untuk menunaikan tugas pemberitaan Firman kepada jemaat, terlebih untuk Ibadah Raya Jemaat (Hari Minggu dan Hari Raya Gerejawi), selalu saya mengambil waktu untuk berdoa dan merenung (berkontemplasi). Saya berusaha memahami diri saya sebagai seorang "PENGKHOTBAH" yang tidak lebih penting dari pada "UMAT YANG AKAN MENDENGAR", supaya dengan itu saya terhindar dari rasa puas diri dan bahkan kebanggaan diri yang berlebihan. Saya selalu berbicara secara pribadi:
"Tuhanku,.... saya hanyalah seorang hamba; tidak lebih dari pada itu. Sebelum saya menyampaikan firmanMu dan berharap agar apa yang saya sampaikan itu disambut oleh umat dan mereka melakukannya; maka sekarang... tolong saya.... tolong saya....tolong saya, ya Tuhan; untuk belajar mendengarkan suaraMu dan belajar untuk taat melakukan apa yang Engkau perintahkan tanpa menambah atau pun menguranginya. Bantulah hamba untuk memahami maksudMu sebelum hamba meminta umatMu melakukan apa kehendakMu bagi mereka. Bangkitkan kesadaran dalam diriku untuk membaktikan hidup seutuhnya sebagai seorang hamba bagi umatMu".

Sahabatku...
Inilah jalan pikiran Yesus tentang arti menjadi seorang pemimpin, sekalipun sampai saat ini saya tidak berani menyebut diri saya sebagai seorang PEMIMPIN:
"Seorang yang benar-benar layak disebut PEMIMPIN adalah seorang yang melatih dirinya untuk MENGHAMBA. Seorang HAMBA tidak akan pernah memikirkan kesenangannya dirinya. Kesenangannya adalah ketika ia dapat membuat orang yang dilayaninya itu menjadi senang. Karena itu, orang yang benar-benar sukses dalam MEMIMPIN adalah mereka yang telah belajar untuk mempraktekkan "HIDUP YANG MENGHAMBA".

Dari sinilah saya mengerti apa yang Tuhan Yesus maksudkan saat Ia berkata:
"Barangsiapa yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu (Mat. 20:26-27)".

Memang bukan perkara mudah untuk menjadi seorang hamba. Dan menjadi seorang hamba, -(jujur saya mau mengatakan)-, hal itu sangat menyakitkan dan serasa tak ada untungnya; sebab anda harus mengorbankan perasaan anda dan lebih fokus untuk melakukan sesuatu demi menyenangkan orang lain.

Tetapi saya mau mengatakan hal ini kepada anda:
"Upah dan berkat dari melayani selaku seorang HAMBA, selalu jauh melampaui ruang lingkup upah kehidupan di dunia ini. Mereka tidak hanya dikenang dan dihargai oleh manusia karena kebaikan dan ketulusan hatinya karena melihat orang lain lebih utama dari dirinya sendiri, tetapi lebih dari pada itu; mereka akan mendapat penghargaan dalam pandangan Tuhan. Dan orang-orang yang demikian akan ditinggikan dalam kemuliaan kerajaanNya".

Selamat beristirahat.
Tuhan Yesus memberkati.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love