Sebuah Refleksi Pribadi.
Sekedar Perenungan Sebelum Tidur.
(Masale, hari ke-291 tanggal 17 Oktober 2018 - Pdt. Joni Delima).
Bacaan Kontemplasi : Matius 10:16-18, 29-33.
Ane' ma'akhal lekha laila tov. Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Saya mengucapkan kepada anda selamat malam. Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Dan harapan saya, kiranya malam ini hati anda tetap diliputi sukacita.
Sahabatku...
Apakah anda serius dengan iman anda?.
Apakah anda sungguh-sungguh serius mengikut Yesus?.
Apakah anda tidak akan takut menerima resiko yang diakibatkan iman anda?.
Sebelum anda menjawab "YA" atau "TIDAK", adalah baik jika saya menceritakan pengalaman heroik dari seorang pria yang berasal dari Suku Garo-Meghayana di Assam, sebuah daerah yang terletak di Bagian Timur Negara India. Sebelum daerah ini diubah oleh Injil, maka Suku Garo-Meghayana masih tergolong suku primitif yang memiliki kebiasaan Kanibalisme, yakni "Praktek memakan sesama". Pria tersebut bernama NOKSENG.
Ketika kepala suku mengetahui bahwa Nokseng telah menjadi pemeluk agama Kristen, maka murkalah dia. Sang kepala suku mengumpulkan semua warganya di lapangan dan memerintahkan Nokseng ditangkap beserta seisi rumahnya untuk diadili (isteri dan 2 orang anak). Pengadilan ini sangat mengerihkan, sebab taruhannya adalah NYAWA.
Sang kepala suku kemudian meminta Nokseng untuk menyangkali imannya agar ia dan seisi rumahnya mau selamat. Tetapi Nokseng menolak keinginan sang kepala suku. Nokseng tetap pada keputusannya: "Aku tetap mengikut Yesus sampai tetes darahku yang terakhir".
Melihat sikap Nokseng yang tidak mau menyangkali imannya, sang kepala suku memerintahkan algojonya untuk membunuh kedua anaknya dan akhirnya kedua anak itu mati di depan mata Sang ayah. Dan tidak berhenti sampai di situ. Untuk kedua kalinya, Nokseng diminta menyangkali imannya, tetapi Nokseng tetap pada keputusannya. Di depan sang kepala suku, ia berkata: "Walau aku susah, tetap aku mengikut Yesus". Mendengar hal itu, sang kepala suku memerintahkan untuk membunuh istrinya.
Untuk yang terakhir kalinya, Nokseng diminta agar menyangkali imannya; sebab jika ia tetap tidak mau, maka kepalanya akan dipenggal. Nokseng tetap pada keputusannya. Ia berkata: "Dunia di belakangku, Salib ada di depanku". Mendengar perkataan itu, maka sang kepala suku sendiri yang langsung memenggal kepala Nokseng.
Sahabatku...
Apakah dengan berakhirnya pengadilan terhadap Nokseng, maka berakhir pula berita Injil di antara suku Garo-Meghayana?.
Oh...tidak!.
Justru pergerakan Injil semakin nampak. Benarlah ungkapan Yustinus Martyr bahwa : "Darah para martyr adalah lahan yang subur bagi persemaian Injil". Sebab selang beberapa hari pasca pengadilan Nokseng, sang kepala suku menjadi gelisah dan penasaran hatinya. Ia ingin tahu mengapa Nokseng begitu kokoh pada imannya. Sang kepala suku yakin bahwa tidak ada seorang yang siap untuk mati jika bukan karena adanya kekuatan supranatural dalam diri orang tersebut. Rasa penasaran inilah yang mengantar sang kepala suku untuk mengenal siapa itu Yesus, lalu akhirnya dia memberi diri untuk dibaptis. Dan sejak saat itu, seluruh warga di Assam memeluk agama Kristen.
Di kemudian hari, Simon Marak dari Jorhat - Assam menulis Himne dari ucapan-ucapan Nokseng, dan tahun 1959, William Jensen Reynolds (seorang editor Himne dari Amerika) menyusun sebuah Assembly Songbook dan memasungkan karya Simon Marak di dalamnya. Himne ini kemudian menjadi terkenal karena dijadikan Himne Pekabaran Injil yang dilakukan oleh Pdt. Billy Graham. Judulnya adalah: "I Have Decided to Follow Jesus" atau dalam bahasa Indonesia: "Mengikut Yesus, Keputusanku".
Mari kita nyanyikan bersama Himne tersebut:
1). Mengikut Yesus keputusanku (3x), 'ku tak ingkar... 'ku tak ingkar.
2). Walau sendiri 'ku ikut Yesus (3x), 'ku tak ingkar... 'ku tak ingkar.
3). Dunia 'ku tolak 'ku pikul salib (3x), 'ku tak ingkar.... 'ku tak ingkar.
Sahabatku...
Keputusan untuk mengikut Yesus memang sebuah keputusan yang mengandung resiko. Sebab keputusan ini akan memperhadapkan kita dengan tantangan dan kesulitan karena "Penolakan dunia terhadap nama Yesus". Dan Yesus sendiri telah bersabda bahwa: "Sama seperti dunia ini membenci Aku, maka demikian jugalah dunia akan membenci kamu (band.: Yoh. 15:18)".
Mengapa dunia begitu alergi dengan nama Yesus dan dengan itu pula dunia sangat benci terhadap pengikut Yesus?.
Jawabannya adalah: "Karena keinginan dunia tidak sejalan dengan keinginan Yesus". Dan memang dari sejak Iblis mencobai Yesus, sudah nampak betapa kepentingan dunia ini bertolak belakang dengan kepentingan Sorga. Karena itu tidaklah heran jika Yakobus 4:4 mengatakan bahwa "Persabahatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah. Barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah".
Sekarang pilih mana yang baik:
"Takut akan Tuhan atau takut terhadap manusia atau dunia ini?".
Tentukan pilihanmu sendiri!.
Selamat beristirahat.
Tuhan memberkatimu.
Sekedar Perenungan Sebelum Tidur.
(Masale, hari ke-291 tanggal 17 Oktober 2018 - Pdt. Joni Delima).
Bacaan Kontemplasi : Matius 10:16-18, 29-33.
Ane' ma'akhal lekha laila tov. Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Saya mengucapkan kepada anda selamat malam. Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Dan harapan saya, kiranya malam ini hati anda tetap diliputi sukacita.
Sahabatku...
Apakah anda serius dengan iman anda?.
Apakah anda sungguh-sungguh serius mengikut Yesus?.
Apakah anda tidak akan takut menerima resiko yang diakibatkan iman anda?.
Sebelum anda menjawab "YA" atau "TIDAK", adalah baik jika saya menceritakan pengalaman heroik dari seorang pria yang berasal dari Suku Garo-Meghayana di Assam, sebuah daerah yang terletak di Bagian Timur Negara India. Sebelum daerah ini diubah oleh Injil, maka Suku Garo-Meghayana masih tergolong suku primitif yang memiliki kebiasaan Kanibalisme, yakni "Praktek memakan sesama". Pria tersebut bernama NOKSENG.
Ketika kepala suku mengetahui bahwa Nokseng telah menjadi pemeluk agama Kristen, maka murkalah dia. Sang kepala suku mengumpulkan semua warganya di lapangan dan memerintahkan Nokseng ditangkap beserta seisi rumahnya untuk diadili (isteri dan 2 orang anak). Pengadilan ini sangat mengerihkan, sebab taruhannya adalah NYAWA.
Sang kepala suku kemudian meminta Nokseng untuk menyangkali imannya agar ia dan seisi rumahnya mau selamat. Tetapi Nokseng menolak keinginan sang kepala suku. Nokseng tetap pada keputusannya: "Aku tetap mengikut Yesus sampai tetes darahku yang terakhir".
Melihat sikap Nokseng yang tidak mau menyangkali imannya, sang kepala suku memerintahkan algojonya untuk membunuh kedua anaknya dan akhirnya kedua anak itu mati di depan mata Sang ayah. Dan tidak berhenti sampai di situ. Untuk kedua kalinya, Nokseng diminta menyangkali imannya, tetapi Nokseng tetap pada keputusannya. Di depan sang kepala suku, ia berkata: "Walau aku susah, tetap aku mengikut Yesus". Mendengar hal itu, sang kepala suku memerintahkan untuk membunuh istrinya.
Untuk yang terakhir kalinya, Nokseng diminta agar menyangkali imannya; sebab jika ia tetap tidak mau, maka kepalanya akan dipenggal. Nokseng tetap pada keputusannya. Ia berkata: "Dunia di belakangku, Salib ada di depanku". Mendengar perkataan itu, maka sang kepala suku sendiri yang langsung memenggal kepala Nokseng.
Sahabatku...
Apakah dengan berakhirnya pengadilan terhadap Nokseng, maka berakhir pula berita Injil di antara suku Garo-Meghayana?.
Oh...tidak!.
Justru pergerakan Injil semakin nampak. Benarlah ungkapan Yustinus Martyr bahwa : "Darah para martyr adalah lahan yang subur bagi persemaian Injil". Sebab selang beberapa hari pasca pengadilan Nokseng, sang kepala suku menjadi gelisah dan penasaran hatinya. Ia ingin tahu mengapa Nokseng begitu kokoh pada imannya. Sang kepala suku yakin bahwa tidak ada seorang yang siap untuk mati jika bukan karena adanya kekuatan supranatural dalam diri orang tersebut. Rasa penasaran inilah yang mengantar sang kepala suku untuk mengenal siapa itu Yesus, lalu akhirnya dia memberi diri untuk dibaptis. Dan sejak saat itu, seluruh warga di Assam memeluk agama Kristen.
Di kemudian hari, Simon Marak dari Jorhat - Assam menulis Himne dari ucapan-ucapan Nokseng, dan tahun 1959, William Jensen Reynolds (seorang editor Himne dari Amerika) menyusun sebuah Assembly Songbook dan memasungkan karya Simon Marak di dalamnya. Himne ini kemudian menjadi terkenal karena dijadikan Himne Pekabaran Injil yang dilakukan oleh Pdt. Billy Graham. Judulnya adalah: "I Have Decided to Follow Jesus" atau dalam bahasa Indonesia: "Mengikut Yesus, Keputusanku".
Mari kita nyanyikan bersama Himne tersebut:
1). Mengikut Yesus keputusanku (3x), 'ku tak ingkar... 'ku tak ingkar.
2). Walau sendiri 'ku ikut Yesus (3x), 'ku tak ingkar... 'ku tak ingkar.
3). Dunia 'ku tolak 'ku pikul salib (3x), 'ku tak ingkar.... 'ku tak ingkar.
Sahabatku...
Keputusan untuk mengikut Yesus memang sebuah keputusan yang mengandung resiko. Sebab keputusan ini akan memperhadapkan kita dengan tantangan dan kesulitan karena "Penolakan dunia terhadap nama Yesus". Dan Yesus sendiri telah bersabda bahwa: "Sama seperti dunia ini membenci Aku, maka demikian jugalah dunia akan membenci kamu (band.: Yoh. 15:18)".
Mengapa dunia begitu alergi dengan nama Yesus dan dengan itu pula dunia sangat benci terhadap pengikut Yesus?.
Jawabannya adalah: "Karena keinginan dunia tidak sejalan dengan keinginan Yesus". Dan memang dari sejak Iblis mencobai Yesus, sudah nampak betapa kepentingan dunia ini bertolak belakang dengan kepentingan Sorga. Karena itu tidaklah heran jika Yakobus 4:4 mengatakan bahwa "Persabahatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah. Barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah".
Sekarang pilih mana yang baik:
"Takut akan Tuhan atau takut terhadap manusia atau dunia ini?".
Tentukan pilihanmu sendiri!.
Selamat beristirahat.
Tuhan memberkatimu.
Amin...Amin...Amin...
ReplyDeleteTrima kasih atas Refleksinya.
TYM.