Laman

Friday, October 26, 2018

Memetik Hikmat Dari Derita

Sebuah Refleksi Pribadi.
Sekedar Perenungan Sebelum Tidur.
(Masale, hari ke-300 tanggal 26 Oktober 2018 - Pdt. Joni Delima).

Bacaan Kontemplasi : Ayub 42:1-6.

Ane' ma'akhal lekha laila tov. Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
(Saya mengucapkan kepadamu selamat malam. Salam sejahtera bagimu di dalam nama Yesus Sang Mesias).
Semoga malam ini hati anda terus diliputi sukacita.

Sahabatku....
Dalam melakukan pelayanan selama kurang lebih 24 tahun sebagai seorang pendeta, sungguh saya sudah menjumpai sekian banyak pribadi dengan karakter yang berbeda.
Ada yang pendiam namun menghanyutkan, ada yang suka ribut namun meneduhkan.
Ada yang murah senyum namun pendendam, ada yang terlalu mahal mengumbar senyum namun penyayang.
Ada yang cenderung otoriter namun dermawan, ada yang cenderung merendahkan hati namun sulit untuk berbagi.
Ada yang brillian dalam memberi masukan namun lamban dalam bertindak, ada yang cenderung tertutup namun cepat dalam mengambil keputusan.
Ada yang cepat naik pitam namun cepat pula berubah untuk mengakui kesalahan, tetapi ada yang cenderung diam namun sulit membuka pintu maaf.
Dan masih banyak lagi karakter yang olehnya saya harus pandai-pandai menempatkan diri untuk menyambut semuanya dan menghargai mereka dengan segala kelebihan dan kekurangannya; dan menjadikan karakter mereka sebagai GURU KEHIDUPAN.

Karena itu, saya mau berbagi dengan anda tentang hal ini:

Allah membimbing aku tiap detik untuk belajar tentang mencari arti hidup,
dan berusaha memaknai tiap perilaku sesamaku sebagai guru kebajikan untuk sebuah kesuksesan.

Dari pribadi yang memiliki sikap banyak bicara,
aku belajar tentang arti mengekang lidah untuk diam dari bicara.

Dari pribadi yang memiliki sikap cepat naik pitam dan suka menuding,
aku belajar tentang pentingnya kelemah-lembutan dan arti menghargai.

Dari pribadi yang memiliki sikap mengumbar kemarahan untuk tiap hal yang dipandang salah,
aku belajar tentang arti kesabaran dalam menanti sebuah perubahan.

Dari pribadi yang memiliki sikap mementingkan diri sendiri,
aku belajar tentang makna mengalah untuk meraih sebuah kemenangan.

Dari pribadi yang memiliki sikap cepat putus asa karena sebuah kegagalan,
aku belajar tentang makna ketegaran dan kesetiaan pada prinsip.

Setiap detik adalah waktu bagiku untuk belajar:
belajar bersyukur meskipun dalam DERITA,
belajar ikhlas meskipun terasa MENYAKITKAN,
belajar untuk taat dan setia meskipun BATIN LELAH menanggung beban,
belajar untuk terus mencintai meskipun HATI TERLUKAI,
belajar untuk berbagi meskipun dalam KEKURANGAN,
belajar untuk tetap tenang meskipun situasi MENCEKAM,
belajar untuk mengerti meskipun TAK SEJALAN,
belajar untuk tegak berdiri meskipun KAKI TERASA GOYAH di tengah badai,
belajar untuk tetap percaya meskipun mata TAK MELIHAT.

Sahabatku.....
Terkadang beban yang begitu berat menjebak kita untuk meragukan kasih dan kuasa Tuhan. Kita mulai mempertanyakan: "mengapa harus begini dan bukan begitu? Mengapa harus saya dan bukan orang lain? Apa maksud Tuhan memperlakukan saya seperti ini?.

Ya....1001 macam pertanyaan kita ajukan untuk menggugat kewibawaan Tuhan. Padahal tanpa sadar, justru dalam keadaan yang tak menguntungkan, di situ Tuhan meletakkan keberuntungan; di jalan yang penuh onak dan duri, si situ Tuhan menabur kesuksesan.

Dan ketika beban hidup itu sudah sangking beratnya, maka saya sangat setuju dengan kata-kata ini:
Ketika kaki sudah tak kuat berdiri, BERLUTUTLAH.
Ketika tangan sudah tak kuat menggenggam, LIPATLAH.
Ketika kepala sudah tak mampu ditegakkan, MENUNDUKLAH.
Ketika hati sudah tak kuat menahan kesedihan, MENANGISLAH.
Ketika hidup terasa tak mampu lagi dihadapi, BERDOALAH.
Sebab justru dalam kondisi seperti itu, Tuhan mau kita berseru dan memohon kekuatanNya.
Sebab justru dalam kondisi seperti itu, Tuhan mengulurkan tanganNya untuk menolongmu.
Sebab justru dalam kondisi seperti itu, suaraNya diperdengarkan: AKU BESERTAMU.

Karena itu, hai sahabatku....
Ayub harus dijadikan cermin kehidupan untuk setiap orang percaya.
Ayub memang mengeluh tentang kondisi hidupnya, namun ia tidak kehilangan pengharapan.
Ayub memang menangis untuk semua yang hilang padanya, namun ia tidak kehilangan imannya.
Ayub memang ditinggalkan oleh orang-orang yang dikasihinya, namun ia tidak pernah berhenti untuk mengasihi.
Dan untuk semua kekeliruan yang dilakukan karena ketidak-tahuannya, Ayub menyatakan sesal dan tobatnya di hadapan Tuhan. Semua yang terjadi dalam hidupnya menjadi GURU KEBIJAKSANAAN untuk menata kehidupan yang lebih baik. Akhirnya hidup Ayub pun dipulihkan.

Bukankah kita pun berharap demikian?.

Teruslah belajar untuk memaknai hal yang bertentangan dengan keinginanmu sebagai jalan yang dipilih oleh Tuhan untuk membuktikan kasih dan kuasaNya kepada anda. Ya...teruslah belajar untuk memetik hikmat dari jalan derita. Dan ingat hal ini: "Percaya kepada Tuhan walau sulit jalanmu, tidak akan pernah membuat anda mengalami kerugian dalam hidup".

Selamat beristirahat.
Tuhan Yesus memberkatimu.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love