Laman

Sunday, October 28, 2018

Mencari Maksud Tuhan Dalam Lara

Sebuah Refleksi Batin.
Catatan Doa atas jatuhnya Pesawat Lion Air JT 610.
(Masale, pukul. 10.35 WITA tanggal 29 Oktober 2018 - Pdt. Joni Delima).


Ya Tuhanku...
Engkaulah Allahku...
Batinku mengajari aku untuk percaya penuh pada kuasaMu.
Jiwaku berbisik lembut bahwa Engkau Allah yang baik.
Engkau melingkupi dunia ini dengan cintaMu,
dan membungkus diriku dengan kasih tak berpamrih.
Dan karena itu...
pikirku....
Jika demikian adanya Engkau,
maka tentu semua laknat akan menjauh
;
dan kedamaian tercipta di tengah kekalutan dan ketakutan bangsa dan negeriku.

Tapi...
Mengapa duka dan lara bangsaku serasa tak akan pernah berhenti.
Padahal Engkau sendiri Yang Maha-tahu,
Oh....Tuhan,
tegakah Engkau membiarkan luka batin ini membuyarkan asa bangsa dan negeriku.

Bukankah Engkau adalah Allah Yang Maha-melihat,
betapa airmata anak negeriku telah habis tertumpah karena derita ini,
Oh....Tuhan,
adakah Engkau akan membiarkan kami terus menangis hingga suara kami pun lenyap.

Dan pagi ini...
06.20 WIB,
Pesawat Lion Air JT 610 take-off dari Bandara Soekarno-Hatta,
hendak ke Pangkal Pinang.
06.33 WIB, pesawat mengalami lost contact.

Oh....memilukan.
Menakutkan.
Mengerikan.
Oh...tragis....sungguh tragis.

Memang aku tak berada di sana,
tetapi mata batinku menyaksikan kepanikan yang luar biasa.

Memang aku tidak ada di situ,
Tetapi telinga nuraniku mendengar suara lirih menyayat hati,
penuh harap selamat sambil menyerukan namaMu.

Tetapi pesawat tak punya hati,
ia tak punya mata dan telinga
.
Ia terus meluncur tanpa kendali,
byuuuuurrrr....
Dummmmm.....brakkkk.
Kercebur ke laut,
hancur,
berserakan,
hanyut entah ke mana.

Oh...
Habis,
binasa,
hilang,
terhempas samudera.

Ya Tuhanku.....
Betapa ngeri pemandangan ini.
Betapa memilukan hatiku,
suara tangis sesamaku yang tak pernah henti menyebut namaMu.
Dan dalam hitungan detik,
semua terdiam dan hening.
Hanya debur ombak terdengar ditimpali kicau sang camar.
Engkau hai Tanjung Karawang jadi saksi derita bangsaku.

Kini di sini...
Di dalam ruang kerjaku ini.
Aku hanya mampu sujud dalam hening,
khusyuk dalam harap yang hampa,
hati penuh tanya,
oh Tuhan...di manakah Engkau?.

Mengapa Tuhan.....
Mengapa ini harus terjadi?.
Adakah sesuatu yang salah pada diri kami?.
Adakah sesuatu yang kami perbuat hingga celaka ini tiada henti menimpa kami?.

Ah...
Bodohnya diriku!.
Mengapa justru gugatan kutujukan pada Tuhanku?.
Mengapa aku harus teriak seolah Tuhan yang salah dalam perkara ini?.

Oh...Tuhan.
Maafkan diriku yang telah berpikir buruk karena keadaan ini.
Ampuni dosaku karena menilai peristiwa ini sebagai laknat.
Sebab mungkin saja mereka yang mengalami hal itu jauh lebih suci dari diriku.
Sebab mungkin saja mereka yang mengalami hal itu jauh lebih benar dari hidupku.

Kini aku hanya memohon...
Kuatkanlah kami anak negeri ini.
Dan hiburkan keluarga dari korban bencana itu.
Biarlah semua ini membawa kami kembali ke fitraMu.
Untuk menghargai hidup dari segala hal duniawi.
Dan untuk memaknai hidup dengan segala tindak yang terpuji.

Manakala semua yang benar,
semua yang mulia,
semua yang suci,
semua yang manis,
semua yang sedap didengar,
semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji;
ya....jika semua itu menguasai pikiran, hati, dan batin dan mewarnai kata dan tindakan,
maka dengan bangganya setiap kami akan berseru:
"Biarkanlah kami pergi dalam damai sejahteraMu, sebab hidup ini sudah jadi BERKAT".

Terpuji Engkau Tuhanku dalam perkara ini,
dimuliakanlah namaMu sekarang dan sepanjang masa.
Amin.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love