Laman

Monday, October 29, 2018

Sekali Lagi: MEMENTO MORI

Sebuah Refleksi Pribadi.
Sekedar Perenungan Sebelum Tidur.
(Masale, hari ke-303 tanggal 29 Oktober 2018 - Pdt. Joni Delima).

Bacaan Kontemplasi : Mazmur 90:1-6.

Ane' ma'akhal lekha laila tov. Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiach.
Semoga malam di malam ini hati anda terus mengalami damaiNya.

Sahabatku....
Dari pukul 06.20 sampai 06.33 WIB, dalam hitung-hitungan manusia, itu adalah sebuah waktu yang sangat singkat untuk bertindak secara bijaksana dalam mengambil keputusan yang tepat demi menyelamatkan kehidupan.

Dan hari ini, tercatat dalam sejarah penerbangan negeri yang kita cintai, sebuah peristiwa tragis tentang jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 Boeing 737 Max 8 yang hanya mengudara + 10 menit, lalu menelan korban jiwa 188 orang yang terdiri dari 178 penumpang dewasa, 1 orang anak-anak, 2 orang bayi, 2 orang pilot dan 5 orang pramugari. Saya yakin bahwa 10 menit yang ada, tak satu pun penumpang yang berharap hal tragis itu menimpah diri mereka. Dalam benak mereka, pasti hanya ada kata: "Semoga Selamat".

10 menit yang ada telah menegaskan bahwa, benarlah manusia itu hanya bisa mereka-reka jalan hidupnya, manusia hanya sebatas berencana untuk menganyam asa demi masa depannya, manusia hanya bisa bermimpi tentang hidup yang lebih baik hari ini dari pada hari kemarin, atau hari esok lebih baik dari pada hari ini; tetapi jawaban akhir datangnya dari Tuhan.
Ya...ketika lonceng kematian dibunyikan, tak seorang pun, -(bahkan malaikat sekali pun)-, tidak akan dapat menghentikannya. Kematian tak dapat ditolak dan maut tak dapat dihindari, ketika suara Tuhan terdengar: "Kembalilah hai anak-anak manusia".

Dengan demikian saya mau mengatakan seperti ini:
"Kematian tidak mengenal waktu dan masa. Ia tidak mengenal singkat atau panjangnya umur seseorang. Kematian pun tidak memiliki telinga yang peka pada jeritan dan permohonan. Kematian sungguh tak memiliki tali rasa belas kasihan. Ketika waktunya telah tiba, dengan cara apapun, kematian pasti akan terjadi".

Sahabatku...
Jika kematian adalah realita yang tak dapat ditolak dan dihindari, maka apa yang harus dilakukan agar kehidupan yang kekal pun menjadi realita yang akan terjadi setelah kematian itu?.

Pada Mzm 90:12 dikatakan:
"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana".

Menghitung hari berarti menghitung efek positif dari kehidupan yang sudah dijalani. Artinya bahwa apakah dalam hidup yang singkat ini, anda telah memaknainya dengan menabur kebajikan.

Dari sisi ini saya mau mengatakan demikian kepada anda:
Fakta kematian adalah awasan bagi setiap orang untuk memberdayakan hidupnya menjadi saluran berkat bagi dunia selagi ia ada. Ingatlah bahwa anda pasti mati (Lat = Memento Mori), ya...hal ini adalah warning agar anda tidak menyia-nyiakan waktu yang singkat ini dengan melakukan segala bentuk kemaksiatan. Memento Mori haruslah anda pandang dari sisi positif agar hidup yang anda sudah lalui dan jika Tuhan masih mengizinkan anda ada, maka hidup anda tidak menjadi sia-sia. 10 menit saja hidup yang diizinkan oleh Allah, sudah cukup dan sangat bermanfaat bagi pertumbuhan iman anda demi kehidupan yang kekal manakala anda mampu mengisinya dengan "Ucapan Syukur".

Saya berani mengatakan demikian, karena kecenderungan manusia hanya mudah bersyukur ketika keadaan selalu baik dan semuanya berjalan normal. Tetapi jika keadaan berbalik 180 derajat; ada kesesakan, penderitaan, sakit-penyakit, dan kesusahan dalam segala bentuknya, maka terlalu sulit bagi manusia itu untuk menaikkan pujian syukur kepada Tuhan. Kebanyakan dari manusia dunia ini mempertontonkan karakter seperti isteri Ayub yang mengatakan hal ini ketika semua harta benda Ayub habis binasa, tubuhnya dipenuhi borok dan anak-anaknya pun mati: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah! (Ayub 2:9)".

Sahabatku...
Bila saat ini anda mengalami hal buruk dalam perjalanan hidupmu, berhentilah mengeluh. Ingatlah bahwa keluhan tidak akan memberikan jalan keluar, justru dengan keluhan semakin memperparah keadaan. Lebih bijaksana jika segala hal yang buruk terjadi dalam perjalanan kehidupan, hal itu dipandang sebagai cambuk dalam menyadarkan anda tentang singkatnya masa hidup ini, sehingga dengan itu anda semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.
Inilah kata-kata bijak dari Rasul Petrus: "...kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa (1 Petrus 4:7b)".

Ingatlah: MEMENTO MORI = Anda akan mati.
Karena itu, buatlah hidup anda memancarkan aura positif bagi dunia anda, dan hal itu akan membuat hati Tuhan senang, sehingga keselamatan yang dari padaNya menjadi realita kekinian dan kekekalan.

Selamat beristirahat.
Tuhan Yesus memberkatimu.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love