Sebuah Refleksi Pribadi.
Sekedar Perenungan Sebelum Tidur.
(Masale, hari ke-330 tanggal 24 November 2018 - Pdt. Joni Delima).
Bacaan Kontemplasi : 1 Samuel 14:6-15.
Selamat malam dan salam damai sejahtera bagimu.
Sahabatku.....
Banyak orang tidak mengalami perkembangan dalam hidupnya karena salah mengambil kebijakan dan keputusan. Setiap hal yang hendak dilakukannya, selalu dihantui oleh bayang-bayang kegagalan, sehingga mereka sangat takut mengambil dan menghadapi resiko dari apa yang hendak diperbuatnya. Padahal untuk meraih apa yang diharapkan tidaklah semudah yang dipikirkan; butuh perjuangan dan pengorbanan, keberanian, keteguhan dan kesiapan mental menerima kegagalan.
Saya sendiri dalam mengangkat tugas dan tanggung jawab pelayanan sering mendapatkan saran dari sesama teman pendeta ataupun sesama Majelis Gereja (Penatua dan Diaken), agar selalu berhati-hati dalam melakukan perubahan demi sebuah tujuan yang agung. Ada satu prinsip yang ditawarkan, dan sepintas lalu memang hal itu sangat baik; tetapi jujur saya mau mengatakan bahwa, itu adalah prinsip yang konyol, yakni "Wait and See = Tunggu dan Lihat". Ya....sering orang mengatakan seperti ini:
"O...pak pendeta, ada baiknya kita menunggu sambil melihat peluang-peluang yang lainnya. Kita harus menunggu badai itu berlalu. Jangan gegabah bertindak. Kita harus menghindari kegagalan".
Jujur saya mau mengatakan hal ini kepada anda:
"saya memang tidak suka kegagalan, tetapi kegagalan yang paling fatal dalam hidup ialah ketika kita mematikan kreatifitas hanya karena takut mengalami kegagalan. Karena itu, jangan jadikan kegagalan sebagai momok yang menakutkan dan jangan pula menjadikan kegagalan sebagai alasan untuk tidak mau bertindak di tengah krisis yang melanda hidup".
Dalam hal ini saya sepakat dengan Pdt. Petrus Kwik melalui bukunya: "Christ in Crisis" bahwa menjadi sangat berisiko jika kita tidak berani mengambil resiko dalam keadaan yang genting sekalipun. Karena itu, bagi saya, hidup ini harus jelas; tidak boleh abu-abu, -(sekali hitam ya hitam, dan sekali putih harus tetap putih). Justru dalam kondisi yang penuh dengan resiko, kita harus menunjukkan identitas diri sebagai anak-anak Tuhan yang memiliki keyakinan bahwa "tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya (Mark. 9:23b)".
Saya hanya mau mengatakan hal ini kepada anda, bahwa prinsip "Wait and See" akan membuat anda ketinggalan kereta, sedangkan orang yang berani mengambil resiko di tengah kondisi hidup yang beresiko, justru melesat jauh dan menikmati hasil dari keberaniannya menantang krisis. Dan dalam hal ini menjadi jelaslah bagi saya secara pribadi maksud dari firman Tuhan, dan firman ini menjadi pegangan saya di tengah situasi yang sulit sekalipun:
"Siapa senantiasa memperhatikan angin, tidak akan menabur; dan siapa yang senantiasa melihat awan, tidak akan menuai....Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik (Pengkh. 11:4, 6)".
Sahabatku....
Alkitab mencatat banyak kisah tentang keberanian mengambil resiko di tengah situasi yang sangat beresiko. Salah satu yang menarik bagi saya adalah Yonathan bin Saul.
Dikisahkan bahwa saat itu tentara Filistin maju untuk memerangi Israel, lalu mereka berkemah di Mikhmas dengan kekuatan 3000 kereta, 6000 orang pasukan berkuda dan pasukan berjalan kaki yang tak terhitung jumlahnya, -(dikatakan: sebanyak pasir di tepi laut)-. Ketika dilihat orang Israel bahwa mereka terjepit, -(sebab rakyat memang terdesak)-, maka larilah mereka bersembunyi di gua-gua, keluk batu, bukit batu, liang batu dan perigi, bahkan ada yang lari ke tanah Gad dan Gilead. Situasi tersebut membuat semua bangsa Israel mengalami kegentaran (1 Sam. 13:5-7).
Di tengah kepanikan karena kondisi yang terjepit, Yonathan maju dengan keberanian menghadapi resiko. Bagi Yonathan, prinsip "Wait and See" bukanlah jawaban untuk keluar dari masalah. Itulah sebabnya ia tampil menghadapi resiko di tengah kondisi yang beresiko tinggi. Bagi Yonathan, "Hidup ini menang beresiko, tetapi diam dan tidak berani bertindak justru sebuah kebodohan". Yonathan punya prinsip hidup yang begitu kuat karena imannya kepada Yahweh (Tuhan), dan hal tersebut memotivasi dirinya untuk tidak gentar menghadapi masalah dengan segala resiko yang terkandung di dalamnya. Kata-kata inilah yang membuat Yonathan menjadi pahlawan bagi bangsanya:
"Mari kita menyeberang ke dekat pasukan pengawal orang-orang yang tidak bersunat ini. Mungkin Tuhan akan bertindak untuk kita, sebab bagi Tuhan tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang (1 Sam. 14:6)".
Sahabatku....
Di tengah terpahan badai krisis dengan berbagai beban persoalan yang melanda kehidupan, terkadang menghentikan langkah banyak orang percaya, sehingga mereka tidak berani mengambil sikap untuk menghadapi resiko. Dan melalui goresan ini, saya hanya mau menegaskan kepada anda bahwa selama kita masih menjejakkan kaki di bumi yang sudah dirusakkan oleh dosa ini, tak ada tempat yang nyaman bagi anda untuk berleha-leha menggapai harapan. Karena itu, anda tidak bisa berdiam diri jika anda mempunyai mimpi akan masa depan yang gilang-gemilang. Anda harus melupakan "Zona Nyaman" dan tinggalkan prinsip "Wait and See" jika anda ingin keluar sebagai pemenang. Ada Pecundang yang tidak berani menghadapi resiko.
Dan camkanlah hal ini:
"Hidup Yang Beresiko adalah kenyataan yang tidak dapat dihindari, tetapi hanya keberanianlah yang akan mengubah RESIKO menjadi SHALOM".
Selamat beristirahat.
Selamat mempersiapkan diri untuk menyambut dan menikmati hadirat Tuhan.
Tuhan Yesus memberkatimu.
Sekedar Perenungan Sebelum Tidur.
(Masale, hari ke-330 tanggal 24 November 2018 - Pdt. Joni Delima).
Bacaan Kontemplasi : 1 Samuel 14:6-15.
Selamat malam dan salam damai sejahtera bagimu.
Sahabatku.....
Banyak orang tidak mengalami perkembangan dalam hidupnya karena salah mengambil kebijakan dan keputusan. Setiap hal yang hendak dilakukannya, selalu dihantui oleh bayang-bayang kegagalan, sehingga mereka sangat takut mengambil dan menghadapi resiko dari apa yang hendak diperbuatnya. Padahal untuk meraih apa yang diharapkan tidaklah semudah yang dipikirkan; butuh perjuangan dan pengorbanan, keberanian, keteguhan dan kesiapan mental menerima kegagalan.
Saya sendiri dalam mengangkat tugas dan tanggung jawab pelayanan sering mendapatkan saran dari sesama teman pendeta ataupun sesama Majelis Gereja (Penatua dan Diaken), agar selalu berhati-hati dalam melakukan perubahan demi sebuah tujuan yang agung. Ada satu prinsip yang ditawarkan, dan sepintas lalu memang hal itu sangat baik; tetapi jujur saya mau mengatakan bahwa, itu adalah prinsip yang konyol, yakni "Wait and See = Tunggu dan Lihat". Ya....sering orang mengatakan seperti ini:
"O...pak pendeta, ada baiknya kita menunggu sambil melihat peluang-peluang yang lainnya. Kita harus menunggu badai itu berlalu. Jangan gegabah bertindak. Kita harus menghindari kegagalan".
Jujur saya mau mengatakan hal ini kepada anda:
"saya memang tidak suka kegagalan, tetapi kegagalan yang paling fatal dalam hidup ialah ketika kita mematikan kreatifitas hanya karena takut mengalami kegagalan. Karena itu, jangan jadikan kegagalan sebagai momok yang menakutkan dan jangan pula menjadikan kegagalan sebagai alasan untuk tidak mau bertindak di tengah krisis yang melanda hidup".
Dalam hal ini saya sepakat dengan Pdt. Petrus Kwik melalui bukunya: "Christ in Crisis" bahwa menjadi sangat berisiko jika kita tidak berani mengambil resiko dalam keadaan yang genting sekalipun. Karena itu, bagi saya, hidup ini harus jelas; tidak boleh abu-abu, -(sekali hitam ya hitam, dan sekali putih harus tetap putih). Justru dalam kondisi yang penuh dengan resiko, kita harus menunjukkan identitas diri sebagai anak-anak Tuhan yang memiliki keyakinan bahwa "tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya (Mark. 9:23b)".
Saya hanya mau mengatakan hal ini kepada anda, bahwa prinsip "Wait and See" akan membuat anda ketinggalan kereta, sedangkan orang yang berani mengambil resiko di tengah kondisi hidup yang beresiko, justru melesat jauh dan menikmati hasil dari keberaniannya menantang krisis. Dan dalam hal ini menjadi jelaslah bagi saya secara pribadi maksud dari firman Tuhan, dan firman ini menjadi pegangan saya di tengah situasi yang sulit sekalipun:
"Siapa senantiasa memperhatikan angin, tidak akan menabur; dan siapa yang senantiasa melihat awan, tidak akan menuai....Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik (Pengkh. 11:4, 6)".
Sahabatku....
Alkitab mencatat banyak kisah tentang keberanian mengambil resiko di tengah situasi yang sangat beresiko. Salah satu yang menarik bagi saya adalah Yonathan bin Saul.
Dikisahkan bahwa saat itu tentara Filistin maju untuk memerangi Israel, lalu mereka berkemah di Mikhmas dengan kekuatan 3000 kereta, 6000 orang pasukan berkuda dan pasukan berjalan kaki yang tak terhitung jumlahnya, -(dikatakan: sebanyak pasir di tepi laut)-. Ketika dilihat orang Israel bahwa mereka terjepit, -(sebab rakyat memang terdesak)-, maka larilah mereka bersembunyi di gua-gua, keluk batu, bukit batu, liang batu dan perigi, bahkan ada yang lari ke tanah Gad dan Gilead. Situasi tersebut membuat semua bangsa Israel mengalami kegentaran (1 Sam. 13:5-7).
Di tengah kepanikan karena kondisi yang terjepit, Yonathan maju dengan keberanian menghadapi resiko. Bagi Yonathan, prinsip "Wait and See" bukanlah jawaban untuk keluar dari masalah. Itulah sebabnya ia tampil menghadapi resiko di tengah kondisi yang beresiko tinggi. Bagi Yonathan, "Hidup ini menang beresiko, tetapi diam dan tidak berani bertindak justru sebuah kebodohan". Yonathan punya prinsip hidup yang begitu kuat karena imannya kepada Yahweh (Tuhan), dan hal tersebut memotivasi dirinya untuk tidak gentar menghadapi masalah dengan segala resiko yang terkandung di dalamnya. Kata-kata inilah yang membuat Yonathan menjadi pahlawan bagi bangsanya:
"Mari kita menyeberang ke dekat pasukan pengawal orang-orang yang tidak bersunat ini. Mungkin Tuhan akan bertindak untuk kita, sebab bagi Tuhan tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang (1 Sam. 14:6)".
Sahabatku....
Di tengah terpahan badai krisis dengan berbagai beban persoalan yang melanda kehidupan, terkadang menghentikan langkah banyak orang percaya, sehingga mereka tidak berani mengambil sikap untuk menghadapi resiko. Dan melalui goresan ini, saya hanya mau menegaskan kepada anda bahwa selama kita masih menjejakkan kaki di bumi yang sudah dirusakkan oleh dosa ini, tak ada tempat yang nyaman bagi anda untuk berleha-leha menggapai harapan. Karena itu, anda tidak bisa berdiam diri jika anda mempunyai mimpi akan masa depan yang gilang-gemilang. Anda harus melupakan "Zona Nyaman" dan tinggalkan prinsip "Wait and See" jika anda ingin keluar sebagai pemenang. Ada Pecundang yang tidak berani menghadapi resiko.
Dan camkanlah hal ini:
"Hidup Yang Beresiko adalah kenyataan yang tidak dapat dihindari, tetapi hanya keberanianlah yang akan mengubah RESIKO menjadi SHALOM".
Selamat beristirahat.
Selamat mempersiapkan diri untuk menyambut dan menikmati hadirat Tuhan.
Tuhan Yesus memberkatimu.
Amin...Amin...Amin...
ReplyDeleteTrima kasih atas refleksinya.
TYM.
Amin.
ReplyDelete