Laman

Saturday, December 8, 2018

Lidahmu adalah Hidup-Matimu

Sebuah Refleksi Pribadi.
Minggu Adven I, hari ke-7.
Sekedar Perenungan Sebelum Tidur.
(Masale, hari ke-342 tanggal 8 Desember 2018 - Pdt. Joni Delima).

Bacaan Kontemplasi : Yakobus 3:5-6.

Selamat malam dan salam sejahtera bagimu.

Sahabatku....
Konon ada sebuah kisah tentang seorang kakek tua yang merasa terusik oleh kehadiran seorang anak muda yang bertetangga dengannya. Kakek tua itu sangat disegani dan dihormati di lingkungannya. Tetapi ketika anak muda itu ada, popularitas dari si kakek tua pun memudar; sebab anak mudah itu adalah seorang yang sangat baik hati, murah senyum, supel dalam pergaulan serta suka memberi bantuan kepada orang-orang yang lagi berkesusahan dalam hal materi.

Pada suatu hari, ada seorang warga yang mengalami kemalingan. Si kakek tua pun menebar gosip bahwa pemuda itulah yang melakukannya. Akhirnya, pemuda itu ditangkap, diadili lalu dicebloskan ke dalam penjara.

Beberapa bulan kemudian, terbukti bahwa anak muda itu bukan pelakunya. Ia pun dibebaskan dan kemudian menggugat balik si kakek tua itu yang telah menebarkan berita bohong tentang dirinya.

Di pengadilan itu, si kakek mengatakan demikian:
"Apa yang terjadi, itu hanya sebuah ucapan dan tidak menyakiti siapapun. Hal tersebut hanya kekilafan saja yang tidak perlu dibesar-besarkan".

Sang hakim pun berkata:
"Sekarang, tulis semua hal yang kamu katakan tentang dia di selembar kertas. Kemudian gunting kertas itu sampai sekecil-kecilnya dan lemparkan dari jendela mobilmu dalam perjalanan pulang ke rumahmu. Dan besok kakek kembali ke sini untuk mendengarkan keputusannya".

Si kakek pun menulis seperti yang diminta sang hakim dan ia merasa bahwa hal tersebut merupakan perkara yang mudah. Keesokan harinya, ia kembali ke pengadilan. Kemudian sang hakim mengatakan hal ini:
"Sebelum palu ini dijatuhkan untuk mendengar keputusan, maka saya meminta kakek untuk pergi keluar dan susurilah jalan yang kakek lalui kemarin lalu kumpulkanlah kembali semua potongan-potongan kertas itu".

Betapa terkejutnya si kakek mendengar ucapan si hakim. Ia pun berkata:
"Aku tidak akan mungkin dapat melakukannya! Sebab angin telah menerbangkan potongan-potongan kertas tersebut dan sudah pasti aku tidak tahu lagi di mana tempatnya".

Lalu hakim itu menjawab:
"Dengan cara yang sama! Perkataan dan ucapan dapat menghancurkan kehormatan seseorang sehingga seorang pun tidak akan dapat memperbaikinya secara utuh dan sempurna. Karena itu, jika kakek tidak dapat berkata-kata tentang kebaikan seseorang, maka "DIAMLAH! Mari menjadi tuan atas mulut kita, dan jangan menjadi budak dari ucapan kita. Ingatlah bahwa penyebar gosip lebih buruk dari pada pencuri, karena penyebar gosip telah mencuri martabat, kehormatan, reputasi dan kredibilitas orang lain. Saat kakimu tergelincir, engkau masih bisa memulihkan keseimbanganmu, tetapi saat lidahmu tergelincir, kamu tidak dapat memulihkan kata-katamu".

Karena itu, belajar untuk "DIAM" adalah sebuah kebijaksanaan. Sebab kita hanya membutuhkan 2 tahun untuk belar agar dapat berjalan dan berbicara, tetapi kita harus menghabiskan seluruh hidup kita untuk belajar "DIAM" menceritakan keburukan orang lain, dan belajar untuk "JUJUR" mengakui kelebihan orang lain dibandingkan diri kita sendiri.

Sahabatku....
Saya sangat mengerti mengapa Firman Tuhan sangat menekankan hal "Mengendalikan Lidah" sebagai kunci yang sangat menentukan "KEHORMATAN" seseorang. Amsal 18:21 mengatakan:
"Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya".
Pun demikian dalam Amsal 12:18 dan 15:4 dengan tegas mengatakan hal ini:
"Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan....lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati".

Wajar saja jikalau dalam 10 Hukum, Allah memandang keji orang yang tidak dapat mengendalikan Lidahnya...."Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu manusia(Kel. 20:16)". Artinya, jangan engkau menceritakan hidup sesamamu yang bertolak belakang dengan kenyataan; "orang yang kelakuannya BAIK engkau katakan JAHAT, sedang yang kelakuannya JAHAT engkau mengatakan BAIK". Karena itu, raja Daud menasehati kita:
"Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu; jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya (Mzm. 34:14-15)".

Dan inilah yang saya mau tegaskan kepada anda:
"ketika anda bermain-main dengan lidah anda, maka anda pun akan menanggung baik-buruknya akibat yang ditimbulkan. Orang yang bijaksana adalah mereka yang dapat mengekang lidahnya dari ucapan-ucapan yang tidak membangun kehidupan".

Selamat menikmati dan memaknai Minggu Adven I.
Selamat beristirahat.
Tuhan Yesus memberkatimu.

1 comment:

Web gratis

Web gratis
Power of Love