Laman

Monday, December 24, 2018

Menyambut DatangNya Dalam Kesederhanaan

Sebuah Refleksi Pribadi.
Minggu Adven IV, hari ke-23.
Renungan Malam Menjelang Natal Tgl. 25 Desember 2018.
(Masale, hari ke-358 tanggal 24 Desember 2018 - Pdt. Joni Delima).

Bacaan Kontemplasi : Lukas 2:1-7.

Selamat malam dan salam sejahtera bagi kamu sekalian
.

Sahabatku....
Hati siapakah yang tidak akan senang jika hal yang sudah lama dinanti-nantikan itu ternyata sudah ada di depan mata? Dan tentunya anda dapat membayangkan, betapa senangnya anak-anak Israel, setelah mereka mengembara 40 tahun di padang gurun, sekarang mereka berdiri di ambang pintu Tanah Perjanjian. Musa saja, sekalipun tidak diperkenankan Tuhan untuk menjejakkan kaki di Tanah Perjanjian itu, ternyata sudah cukup baginya untuk merasakan senang dan bahagia hanya dengan memandang tanah itu dari puncak Gunung Nebo. Ya...setiap hal yang kita rindukan dan kita perjuangkan, saat mulai menampakkan titik terang atau hasilnya, betapa hal itu sangat menyenangkan dan membahagiakan, bukan?

4 Minggu ada masa penantian dalam mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya NATAL untuk mengenang peristiwa Kelahiran Yesus Kristus + 2018 tahun silam, dan sekaligus gambaran dari kesiapan hati untuk menyambut datangnya MARANATHA, yakni peristiwa di mana Tuhan Yesus akan datang pada kali kedua untuk membawa setiap orang percaya ke tempat di mana Ia berada.

Nah....
Betapa kita bersuka cita jika pada malam ini (tgl. 24 Desember), kita diberi kesempatan untuk berada di penghujung masa penantian itu, dan besok, -(jika Tuhan berkenan)-, maka bersama-sama dengan semua umat Kristen di seluruh muka bumi, kita akan merayakan Hari Natal, sebagai moment yang terindah untuk mengenang KASIH ALLAH yang datang melawat dan menyelamatkan umatNya. Dan saya mau mengatakan bahwa hari ini adalah "PUNCAK" persiapan untuk merayakan Natal. Bisa saja bahwa anda sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk perayaan hari esok; ornamen Natal mulai dari pohon dan segala hiasan-hiasannya di rumah sudah terpasang, cemilan Natal dan atau kue Natal sudah tersedia lebih dari cukup, hadiah Natal buat seisi rumah juga sudah siap, ruang Keluarga sudah ditata sedemikian indah untuk jadi tempat bersenda-gurau mewujudkan sukacita Natal, dan masih banyak yang lainnya.

Tetapi saya hanya mau mengatakan hal ini kepada anda, bahwa:
"Semua persiapan-persiapan seperti itu menjadi mubazir jika anda tidak memiliki kesiapan batin untuk merefleksikan kedahsyatan Kasih Allah yang telah menyelamatkan saudara dan seisi rumah saudara. Apalah artinya persiapan materi yang serba wah jika anda sendiri tidak dengan sungguh-sungguh mengamini dan mengimani bahwa anda dan seisi rumah anda telah diselamatkan".

Sahabatku....
Kisah Natal Pertama di Bethlehem adalah kisah yang sangat miris dan menyayat hati. Hanya segelintir orang saja yang dapat menikmati moment Kasih Allah yang menyelamatkan umatNya ketika suasana kota penuh sesak dengan manusia. Hanya mereka yang dipandang sebelah mata saja yang merasakan sapaan indah yang penuh cinta-kasih dari sorga. Hanya Maria dan Yusuf bersama dengan sekelompok kaum Gembala Efrata, yang karena tampilan mereka yang bersahaja, sehingga mereka terpisah dari hiruk-pikuknya kota Bethlehem; namun kepada merekalah kisah penyelamatan Allah itu dimulai.

Tidakkah ini patut menjadi pembelajaran bagi kita: Ternyata Tuhan tidak menghadirkan diriNya di hinggar-binggarnya suasana pesta, Tuhan tidak menghadirkan dirinya di pusat-pusat keramaian, Tuhan tidak menghadirkan dirinya di Mall dan Supermall, Tuhan tidak menghadirkan diriNya di istana kerajaan dengan para pembesar dan pegawainya yang berpenampilan serba mewah, Tuhan tidak menghadirkan diriNya di resto and cafe dengan sejuta rasa hidangan makanan dan minuman. Ternyata Tuhan menghadirkan diriNya dalam kepapaan, kehinaan, kesederhanaan yang jauh dari kata "LAYAK PAKAI". Ternyata Tuhan menghadirkan diriNya di wajah kaum termarginalkan, Ia menghadirkan diriNya pada orang yang hidup dalam kesederhanaan, pada mereka yang memiliki hati tulus, taat dan setia mengikut jalan Tuhan walau hidup penuh dengan derita. Ya... Tuhan menghadirkan diriNya pada mereka yang memiliki hati yang selalu bersyukur pada apa yang ada dan yang diberikan kepadanya, dan Tuhan menjauhkan diriNya dari mereka yang menonjolkan diri dengan gaya hidup mewah dan pesta pora.

Saudaraku....
Kesederhanaan dalam menyambut dan merayakan kehadiran Sang Juruselamat itu disimbolkan dengan:
"Lampin dan Palungan".

Allah bisa saja memilih istana yang megah menjadi tempat penyambutanNya. Allah bisa saja menyiapkan kain lenan atau kain woll untuk pembalut tubuh demi menghangatkan tubuhNya di tengah malam yang dingin. Allah juga bisa menyiapkan tempat yang empuk untuk menjadi tempat pembaringanNya. Ia bisa melakukan lebih dari pada yang bisa dilakukan oleh seorang pembesar atau seorang raja manusia. Tetapi fakta menyatakan bahwa Ia memilih "Lampin dan Palungan" yang jauh dari kata "LAYAK PAKAI" untuk menjadi bagian dari kisah kelahiranNya.

Mengapa yang memilih yang demikian?.

Rasul Paulus memberikan jawabannya:
"Supaya jangan ada seorang pun yang memegahkan diri di hadapan Allah (1 Kor. 1:29)".

Ya....supaya jangan ada seorang pun yang mengklaim bahwa karena kekuatan dan karena hikmatnya maka Allah berkenan kepadanya. Ya....supaya jangan ada seorang pun yang menyombongkan diri atas segala hasil karyanya di tengah pelayanan jemaat. Ya...supaya jangan ada seorang pun yang membangga-banggakan jasanya di tengah-tengah jemaat.

Ingatlah akan hal ini:
Derajat kemuliaan manusia yang dikasihi Allah tidaklah terletak pada kelimpahan materi, pangkat dan jabatan; tetapi pada kelimpahan ketaatan dan cinta kasih kepada Allah dan sesama manusia.

Pesan firman Tuhan malam ini adalah:
"Mari kita sambut dan rayakan kisah kelahiran Tuhan Yesus (Natal) dengan keteguhan iman bahwa Ia adalah Allah yang menjelma menjadi manusia yang meng-HAMBA, supaya dengan itu, kita menghindarkan diri dari sikap sombong atau penonjolan diri. Marilah kita hidup dalam kesetiaan untuk hidup bersama dengan menganyam kebersamaan tanpa memandang muka. Marilah kita sambut dan rayakan Natal hari esok dalam kesan kesederhanaan (keugaharian)".

Selamat mempersiapkan diri menyambut NATAL.
Tuhan Yesus memberkatimu.

1 comment:

Web gratis

Web gratis
Power of Love