Laman

Wednesday, December 12, 2018

Yang Mendengar, Dia Diselamatkan

Sebuah Refleksi Pribadi.
Minggu Adven II, hari ke-11.
Sekedar Perenungan Sebelum Tidur.
(Masale, hari ke-346 tanggal 12 Desember 2018 - Pdt. Joni Delima).

Bacaan Kontemplasi : Yesaya 55:1-5.

Selamat malam dan salam sejahtera bagimu.

Sahabatku....
Saya punya sahabat yang dari sudut pandang finansial, ia hidup dalam kelimpahan materi. Namun sayang bahwa ia mengidap penyakit kronis yang tentunya membutuhkan penanganan yang serius dari seorang dokter ahli, dan setiap hari ia harus mengkonsumsi obat untuk menjaga kebugaran tubuhnya. Sekali saja ia melalaikan mengkonsumsi obat, membuat ia lemah dan tidak berdaya.

Dengan melihat kondisi tersebut, saya berpikir, bagaimana jadinya jika ia dalam posisi tidak memiliki apa-apa (materi)?. Coba anda bayangkan sendiri, bahwa: "sudahlah barang tentu bahwa obat yang dikonsumsi itu adalah obat dalam kategori sangat mahal dan dokter yang menanganinya tentu mendapat insentif yang tidak sedikit. Jika ia, -(katakanlah dalam standar rata-rata dalam hal materi)-, tentu ia akan kewalahan untuk membiayai dirinya, bukan?".

Saya sendiri meyakinkan diri saya dengan jawaban ini; "bahwa seandainya ia dalam kategori MISKIN, maka sudah lama ia tidak ada!".

Sahabatku....
Dalam pengandaian di atas maka saya  hendak merefleksikan kondisi bangsa Israel yang terbuang ke Babel tidak lebih dari seorang yang sudah jatuh miskin dan hidupnya sudah sekarat. Sungguh mereka tidak berdaya, untuk membeli makanan saja (roti), mereka tidak punya uang lagi. Demikian juga dengan kebutuhan akan air; jangankan anggur dan susu, air minum saja mereka sangat sulit untuk mendapatkannya. Dan jika kondisi ini adalah realita dari kehidupan anda, adakah sesuatu yang dapat anda lakukan untuk menyelamatkan diri anda sendiri?.

Sehari atau dua hari, bisa jadi anda dapat bertahan menghadapi tekanan dan derita itu. Atau jika anda adalah orang yang kuat, mungkin saja anda dapat menerima kenyataan itu seminggu ataupun sebulan atau dua bulan. Tetapi jika keadaan itu anda alami bertahun-tahun atau berpuluh tahun, masihkah anda bertahan? Saya sendiri yakin, anda akan berpikir dan berkesimpulan bahwa jalan kematian itulah yang terbaik dibandingkan hidup dalam derita yang menyakitkan.

Sahabatku....
Berpuluh-puluh tahun bangsa Israel mengalami rasa sakit akibat yang ditimbulkan dari pembuangan itu. Wajar jika mereka putus-asa, atau wajar saja jikalau mereka kehilangan harapan akan masa depan. Karena itu, di tengah kondisi keterpurukan, suara Tuhan diperdengarkan:
"Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang-orang yang tidak mempunyai uang, marilah. Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran (Yes. 55:1)".

Ini adalah tawaran Tuhan di tengah kondisi yang tidak berpengharapan; sebuah tawaran untuk menikmati keselamatan dari Tuhan. Umat dipanggil untuk bangkit dari ketidak-berdayaannya dan diajak untuk memandang kepada Tuhan yang akan menolong mereka dan memulihkan keadaan mereka. Kunci dari "Dipulihkannya Hidup" adalah:
"Dengarkanlah AKU maka kamu akan memakan yang baik, dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepadaKU; dengarkanlah maka kamu akan hidup".

Jadi jelas bahwa akibat dari Ketidak-Mauan (Ketidak-Taatan) mendengar dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki akan mendatangkan celaka bagi kehidupan umat; tetapi Kemauan (Ketaatan) dalam mendengar dan melakukan kehendak Tuhan akan mendatangkan kehidupan dan menjaminkan masa depan.

Sahabatku....
Jika kondisi anda sekarang ini sedang terpuruk, maka inilah saatnya anda mengintrospeksi diri. Ada sikap atau tindakan anda yang sesungguhnya sudah menyimpang jauh dari jalan Tuhan. Keterpurukan atau penderitaan dalam bentuk apapun juga, adalah "AWASAN" agar kita kembali kepadaNya. Keterpurukan atau penderitaan dalam bentuk apapun juga adalah "WARNING" dari Tuhan agar kita sungguh-sungguh "Mendengar apa yang Tuhan mau, bukan apa yang kita mau".

Dan ingatlah bahwa:
"Mereka yang taat mendengarkan dan melakukan Firman Tuhan, merekalah yang diselamatkan dan layak disebut keluarga Allah. Tetapi jika anda mengeraskan hati anda untuk tidak mau mendengarkan Firman Tuhan, maka anda adalah manusia paling celaka di dunia ini".

Karena itu saya bersyukur bahwa Tuhan mau menyambut diriku sekalipun saya tidak layak untuk menerima penyambutan itu. Sungguh saya mengatakan "YA dan AMIN" akan sabda Tuhan Yesus yang merupakan kriteria khusus untuk menjadi anak-anak Tuhan atau menjadi Keluarga Allah:
"IbuKU dan saudara-saudaraKU ialah mereka, yang mendengarkan Firman Allah dan yang melakukannya (Luk. 8:21)".

Selamat menikmati dan memaknai Minggu Adven II.
Selamat beristirahat.
Tuhan Yesus memberkati.

1 comment:

Web gratis

Web gratis
Power of Love