Laman

Tuesday, February 19, 2019

Hidup Sekali, Sesudahnya MATI.

Sebuah Refleksi Pribadi.
Sekedar Perenungan Sebelum Tidur.
(Masale, hari ke-48 tanggal 17 Pebruari 2019 - Pdt. Joni Delima).

Bacaan: 1Korintus 9:24-27.

Saudaraku...
Setiap kita harus menyadari bahwa, kalau nafas hidup ini masih kita hirup, itu artinya Tuhan masih memberi kepada kita kesempatan untuk dua hal:

Pertama:
Kita diberi kesempatan untuk mensyukuri kasih dan kebaikan Tuhan serta berusaha untuk menjadikan hidup ini sebagai alat berkat di tangan Tuhan buat sesama.Ya...kasih dan kebaikan yang kita terima dari Tuhan harus kita teruskan kepada orang lain sehingga mereka pun merasakan sentuhan tangan Tuhan.

Kedua:
Kita diberi kesempatan untuk mengintrospeksi diri atas apa yang sudah terlewatkan dan berkomitmen lebih baik lagi untuk kesempatan yang masih diberi. Ya...ketika Tuhan masih berkenan atas hidup anda maka hal itu adalah kesempatan untuk bertobat dengan meninggalkan cara hidup yang lama dan hidup dalam nuansa kebaruan sebagaimana yang dikehendaki Tuhan.

Saudaraku...
Sesungguhnya kesempatan bagi setiap manusia untuk bertobat hanya sekali, yaitu selama ia masih menghirup nafas hidup. Oleh sebab itu, selagi kita masih menghirup nafas hidup ini, kita harus bisa menguasai seluruh tubuh kita, supaya apapun yang kita lakukan dalam hidup ini, semuanya itu berpadanan dengan kehendak Tuhan. Rasul Paulus mengatakan demikian:
"Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak (1Kor. 9:27)".

Di sini kita bida melihat bahwa, Rasul Paulus sendiri, sekalipun dalam tugas pelayanannya memberitakan Injil kepada orang lain, ia tidak lupa mempersiapkan masa depannya di kekekalan nanti yaitu dengan cara, ia terus melatih tubuhnya dan menguasai seluruhnya untuk takluk pada otoritas Tuhan, sebab sedikit saja ia teledor maka ia pasti akan ditolak.

Kalau dikatakan "aku melatih tubuhku dan menguasai seluruhnya", di sini kita harus menyadari bahwa di dalam tubuh ini, ada pikiran, perasaan, dan kehendak atau keinginan yang bertolak belakang dengan kehendak Tuhan. Itulah sebabnya mengapa kita harus berjuang untuk menguasai setiap gerak pikiran kita, perasaan kita dan juga seluruh keinginan kita, agar supaya semuanya itu sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki.

Tak salah jikalau Rasul Paulus berpesan demikian:
"hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (Flp. 2:5)".

Jadi untuk dapat mengerti apa yang Tuhan kehendaki, maka kita harus melepaskan diri kita dari keterikatan dengan nafsu duniawi yang hanya bertujuan untuk memuaskan keinginan daging. Kita harus lebih taat kepada perintah Tuhan dari pada takluk pada dorongan nafsu duniawi. Kita tidak boleh sama lagi dengan dunia, tetapi kita harus serupa dengan Kristus; yang sampai matiNya, tetap setia melakukan kehendak Sang Bapa sekali pun jalan yang dilalui adalah jalan derita (via Dolorosa).

Selalu saya katakan bahwa berjuang untuk tetap hidup dalam melakukan kehendak Allah adalah perjuangan untuk menentukan masa depan kita di dalam kekekalan. Orang yang tidak mau berjuang saat ini untuk hidup menurut kehendak Allah, maka di balik kematian nanti tidak ada lagi kesempatan baginya untuk bertobat.

Camkan hal ini:
"Hidup hanya sekali, sesudah itu MATI".

Selamat beristirahat.
Tuhan Yesus memberkati.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love