Laman

Thursday, May 2, 2019

Derita Berakhir Dengan Kebahagiaan

Sebuah Refleksi Pribadi.
(Masale, 2 April 2019 - Pdt. Joni Delima).

Bacaan: Roma 8:18-25.

Saudaraku....
Siapapun anda, saya percaya bahwa anda tak pernah memiliki harapan untuk menjalani hidup tanpa tujuan. 100% saya percaya bahwa tujuan hidup anda adalah "BAHAGIA". Ya...bahagia dalam artian: jauh dari segala ketakutan dan kekuatiran, jauh dari segala sakit dan derita, dan jauh dari segala duka dan nestapa. Tentu harapan seperti ini tidaklah salah, sebab saya pun merindukan hal demikian. Dan karena kerinduan itulah, maka saya berjuang; dan perjuangan itu tidaklah mudah, semudah saya membalikkan telapak tangan. Perjuangan untuk mencapai tujuan hidup itu diwarnai dengan keringat dan airmata. Jika ada seorang yang dapat mencapai tujuan hidupnya tanpa melalui perjuangan, maka apa yang dicapainya itu patut dipertanyakan. Karena itu, saya hendak tegaskan bahwa BAHAGIA itu bukanlah barang instan yang begitu mudah dan murah untuk didapatkan dan dinikmati; tetapi sesuatu yang sangat langka, seperti seorang yang mencari harta karun dengan bermodalkan peta buta.

Dalam konteks Iman Kristen, BAHAGIA yang menjadi tujuan hidup semua manusia hanya mungkin jika manusia menaruh harapannya pada sumber BAHAGIA itu sendiri, yakni TUHAN. Saya hanya mengingatkan anda bahwa, sekuat dan sehebat apapun manusia, kekuatan dan kemampuannya ada batasnya. Anda bisa saja mengatakan bahwa anda kuat untuk mengejar harapan-harapan anda, dan anda memiliki kemampuan untuk mewujudkan mimpi-mimpi anda. Tetapi pada titik tertentu, anda akan merasa lelah mengejar harapan-harapan anda, dan anda akan jenuh mewujudkan mimpi-mimpi anda, sebab anda berhadapan dengan kekuatan lain yang berusaha untuk menggagalkan segala harapan dan mimpi anda itu. Tantangan, cobaan bahkan sakit penyakit menjadi penghalang untuk bagi setiap orang untuk menggapai tujuan hidupnya.

Itulah sebabnya, Paulus dalam suratnya ini menyapa jemaat di Roma (termasuk anda dan saya), bahwa semua makhluk mengeluh; mengeluh karena untuk menggapai tujuan hidupnya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bayang-bayang kegagalan bahkan kehancuran terus mengintai dan mengancam. Tetapi jika kita mau menyikapi jalan hidup kita dengan segala tantangan dan permasalahannya sambil tetap berharap dan bersandar pada kuasa Tuhan, maka tidak ada yang perlu diragukan apalagi ditakutkan. Teladan hidup Raja Daud dalam menyikapi kepahitan yang dialami demi menggapai tujuan hidupnya, patut menjadi motto hidup anda dan saya: "Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi (Mzm. 121:1-2)".

Saudaraku...
Penderitaan dan hal-hal yang tidak mengenakkan, oleh Rasul Paulus, diibaratkan sebagai orang yang sedang sakit bersalin. Memang sakit bersalin itu sangat menyakitkan, tetapi di balik rasa sakit itu ada yang sedang dinantikan yang jauh bernilai dari rasa sakit itu sendiri; yakni kehadiran seorang bayi. Penggambaran ini oleh Rasul Paulus hendak menyadarkan kita semua bahwa untuk mencapai tujuan hidup, yakni BAHAGIA, butuh ketabahan, ketahanan, keberanian, keteguhan, ketekunan, kesabaran dan kesetiaan.

Karena itu, saya mau berbagi pengalaman iman dengan anda, bahwa seberat dan sesulit apapun tantangan, rintangan, cobaan, sakit penyakit bahkan duka nestapa menghadang langkah anda untuk menggapai harapan dan mimpi-mimpi anda; percaya dan yakini hal ini:
"Tuhan tidak pernah membiarkan anda bergumul seorang diri. Tuhan sangat peduli pada hidup anda, dan Ia sanggup memberikan segala yang dipandangNya baik untuk setiap orang yang disapa: engkau adalah AnakKu. Anda harus ingat, betapa hebat dan dahsyat derita yang dialami Ayub, tetapi pada akhirnya semua rasa sakit dan derita itu berganti dengan KEBAHAGIAAN".

Selamat beristirahat.
Tuhan Yesus memberkati.

No comments:

Post a Comment

Web gratis

Web gratis
Power of Love